Eksklusif Berebut Ranjang Pasien

Ada 202 Rumah Sakit di Jatim Yang Menjadi Rujukan

Dia harus sabar menunggu proses penghitungan tarif layanan kesehatan di masing-masing rumah sakit.

surya/ahmad zaimul haq
Suasana Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSU dr Soetomo yang dipenuhi pasien, Rabu (14/1/2015). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Kepala Divisi Regional VII BPJS Jatim, Andi Afdal Abdullah menyebut adanya penumpukan pasien di satu rumah sakit itu karena masyarakat masih saja menyerbu rumah sakit-rumah sakit besar, terutama RSU dr Soetomo, yang dinilainya paling lengkap.

Kondisi ini seharusnya tidak terjadi kalau masyarakat mau memanfaatkan rumah sakit dan fasilitas pengobatan yang disediakan BPJS.

Menurut Andi di Jatim ini, BPJS sudah menyiapkan 2.176 fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti dokter keluarga, klinik, dan puskesmas.

Mereka yang tidak bisa tertangani di sini bisa dirujuk ke rumah sakit. Ada 202 rumah sakit swasta maupun milik pemerintah yang telah digandeng.

“Malah di Surabaya ada 44 RS sedang di Malang ada 29 RS. Tapi pasien masih senang berjubel ke RSUD Soetomo. Pikiran pasien ini yang perlu kami ubah sehingga penanganan bisa di rumah sakit yang menjadi provider BPJS,” ujarnya.

Adanya kasus pasien peserta BPJS yang tidak mendapatkan kamar sesuai dengan haknya, juga diakui Andi sebagai akibat dari orientasi masyarakat.

Menurut dia, tidak semua sakit yang diderita pasien harus dibawa ke rumah sakit.

Dia beranggapan, fasilitas kesehatan pertama seperti klinik, puskesmas, dan dokter pribadi bisa dimaksimalkan.

Begitu juga dengan sistem rujukan. Hanya dokter di fasilitas kesehatan pertama itu yang punya kewenangan apakah pasien bisa dirujuk atau cukup ditangani di fasilitas kesehatan pertama.

Dalam beberapa kasus, kata dia, pasien peserta BPJS meminta langsung dirujuk ke rumah sakit top referral.

”Ini memang pekerjaan rumah kami. Edukasi ke masyarakat harus kami lakukan terus karena sakit tidak harus ke rumah sakit langsung. Kami ingin mengurangi beban RSUD Dr Soetomo agar loading di sana tidak terlalu berat. Bila sebaran pasien lebih merata, saya yakin kondisinya akan lebih baik. Saya sedang usahakan itu dan saya yakin Jatim jauh lebih baik pelayanannya,” katanya.

Andi menegaskan, berdasarkan perhitungannya, jumlah rumah sakit rekanan BPJS itu mestinya cukup untuk menampung semua pasien BPJS. Tentu dengan catatan pasien mau menyebar.

Meski begitu, lanjut Andi, pihaknya masih terus berusaha merangkul rumah sakit swasta besar untuk menjadi provider PBJS.

Sambutan manajemen rumah sakit ini, kata Andi, sebenarnya positif.

Hanya saja, dia harus sabar menunggu proses penghitungan tarif layanan kesehatan di masing-masing rumah sakit.

Halaman
12
Sumber: Surya Cetak
Tags
BPJS
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved