Lipsus Menguji Klaim Tembakan Polisi
Pria Ini 11 Tahun Merawat Peluru Yang Bersarang di Betis
Sambil menikmati secangkir kopi, Akbar lalu mengisahkan nasib nahas yang dialami tahun 2003 atau 11 tahun silam.
SURYA Online, SURABAYA - Akbar terlihat berjalan pincang melintasi lapangan di Rumah Tahanan (Rutan) Medaeng. Langkahnya berhenti tepat di bawah pohon kersen di pinggir lapangan.
Pria 37 tahun ini tidak bisa langsung duduk seperti tahanan lain. Ia butuh waktu karena satu kakinya kaku dan sulit ditekuk.
Ia mengaku lebih enak duduk dengan kaki selonjor. “Kalau dipaksa duduk dengan kaki menekuk, rasanya nyeri sekali ,” ungkap Akbar sambil memijit-mijit kaki kanan.
Kaki kanan Akbar memang bermasalah. Ada benjolan di daerah tulang kering.
Akbar menyeringai waktu Surya menyentuh benjolan yang konturnya keras itu. “Tersenggol sedikit saja, sakit sekali mas!,” tuturnya.
Akbar tidak tahu, benjolan itu kanker atau tumor. Yang ia tahu, di dalam benjolan itu tersimpan sebuah peluru milik polisi.
“Ini bekas pelurunya,” jelasnya sembari menunjukkan luka bekas peluru. Bekas lubang peluru terlihat menghitam. Letaknya di betis.
Rupanya peluru itu dulu menembus dari belakang, mengenai betis, lalu menyodok tulang kering hingga menonjol ke depan. “Kalau dipakai berjalan agak lama terasa nyut-nyutan dan ngilu,” katanya.
Menurut Akbar peluru polisi itu sudah sepuluh tahun lebih tertanan kakinya.
Proyektil peluru itu bulat dan sebesar ujung jari kelingking. Itu bisa dirasakan saat meraba kulit kulit benjolan Akbar.
“Saya tidak punya uang buat operasi, makanya sampai sekarang masih di dalam. Ini bisa dipegang dari luar,” ucap Akbar.
Bekas luka peluru juga terlihat kaki kiri Akbar. Namun Akbar merasakan, kaki kirinya itu baik-baik saja.
“Kalau yang kiri memang tidak masalah. Tembakannya tembus, jadi pelurunya langsung keluar,” katanya.
Kakinya yang jebol tertembus peluru, lambat laun sembuh dan kembali normal.
Sambil menikmati secangkir kopi, Akbar lalu mengisahkan nasib nahas yang dialami tahun 2003 atau 11 tahun silam.