Bangunan Ponpes di Sidoarjo Ambruk

Tangis Sukarti Ratapi Jenazah Sang Anak Mohammad Aziz Pratama Santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Sukarti sang ibunda, yang baru tiba di RS Bhayangkara Surabaya ingin melihat wajah sang anak sulung setelah lebih dari seminggu

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Titis Jati Permata
Tribun Jatim/Luhur Pambudi
TERIDENTIFIKASI - Foto semasa hidup Mohammad Aziz Pratama Yudistira (16). Ibunda Aziz, Sukarti terus menerus menangis seusai melihat kondisi wajah dan jenazah sang anak di RS Bhayangkara Surabaya, pada Senin (6/10/2025) 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Mohammad Aziz Pratama Yudistira (16) menjadi satu di antara 17 jenazah korban Ponpes Al-Khoziny yang berhasil teridentifikasi Tim DVI Polda Jatim di RS Bhayangkara, Surabaya, Senin (6/10/2025) sore. 

Pada malam harinya, jenazah Aziz sapaan akrab santri kelas dua madrasah aliyah atau setara SMA itu, bakal diserahkan kepada anggota keluarganya yang tinggal di Cikarang Barat, Jawa Barat. 

Namun, sebelum itu, Sukarti sang ibunda, yang baru tiba di RS Bhayangkara Surabaya ingin melihat wajah sang anak sulung setelah lebih dari seminggu dikabarkan hilang.

Ibu dua anak itu dengan tatapan mata sayu dipersilahkan petugas DVI untuk memasuki tenda khusus berwarna oranye tempat pemulasaraan jenazah. 

Langkah kakinya berjalan menyusuri halaman sisi barat kamar mayat secara perlahan menuju ke tenda khusus yang bersebelahan dengan ruangan rekonsiliasi. 

Di ruangan tenda tersebut, Sukarti diberi kesempatan melihat sang anak.

Baca juga: BREAKING NEWS Jenazah Santri Al Khoziny Asal Bangkalan Tambah 2, BPBD Standby di Jembatan Suramadu

Air mukanya tampak datar dan tatapannya kosong sepanjang dibopong perlahan menuju ke ruangan tenda itu. 

Setibanya di dalam tenda, Sukarti langsung menjerit dan tangis tatkala diperlihatkan wajah sang anak yang sudah dimasukkan dalam peti berwarna putih. 

Tak kuat terus menerus menangis di dalam tenda, Sukarti akhirnya dibopong keluar oleh beberapa kerabatnya dan petugas DVI yang mengarahkan ke tenda ruang tunggu keluarga korban. 

Sukarti didudukkan di salah satu kursi besi bersandar beralaskan spon warna biru.

Baca juga: UPDATE Basarnas Evakuasi 65 Korban Di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Teruskan Pencarian Sampai Tuntas

Sepanjang menunggu prosesi salat jenazah terhadap tujuh jenazah yang berhasil teridentifikasi namanya.

Tangis perempuan berkerudung motif gambar bunga-bunga warna cokelat itu, tak juga mereda. 

Paman korban, Muzaini (39) memaklumi, sejak memperoleh kabar Aziz belum ditemukan pasca ambruknya gedung tersebut pada Senin (29/10/2025) kemarin, Sukarti sudah kehilangan kesadarannya.

Sukarti berkali-kali pingsan dan menangis sepanjang hari dan berlangsung berhari meratapi hilangnya Aziz, selama menunggu di ruang tunggu keluarga yang disediakan pihak ponpes di kompleks Ponpes Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo. 

Baca juga: Kisah Haru Penyelamatan Haikal, Santri Ponpes Al Khoziny Tak Bisa Keluar Terhalang Teman Meninggal

Mungkin, seingat Muzaini, kondisi psikologis ibunda Aziz baru stabil dan mulai menerima nasib kepergian sang anak pada sehari lalu, Minggu (5/10/2025). 

Itulah mengapa dirinya enggan mengajak ngobrol banyak hal terkait cerita mengenai firasat atau hal ihwal yang mengaitkan pada sosok Aziz. 

"Firasat engga ada. Karena ibunya (Sukarti) baru stabil baru kemarin hari Minggu. Dan kita  enggak sempat mengorek tentang apa-apa. Takut tambah sedih gitu," katanya saat ditemui di RS Bhayangkara Surabaya, pada Senin (6/10/2025) malam. 

Justru firasat yang menandai kepergian sang keponakan; Aziz, sempat muncul pada pengalamannya.

Pada hari kejadian itu, Senin (29/9/2025) kemarin, dirinya mendapati sejumlah keanehan, saat bermain Aplikasi TikTok. 

Video konten TikTok berbahan foto dan video merekam momen Aziz tatkala masih pertama kali mondok di Ponpes Al-Khoziny, muncul di beranda akunnya, karena disukai beberapa akun. 

Hal itu aneh dirasa oleh Muzaini karena video tersebut merupakan konten terbilang lawas karena dibuat dan diunggah sekitar empat tahun lalu. 

Saat itu, pihak keluarga yang kerap menjenguk atau 'sambang' Aziz pada waktu awal pertama kali mondok, adalah dirinya karena memang tinggal di Kota Surabaya

Nah, pada momen pertemuan 'sambang' di tahun itu, ia sempat merekam video dan memfoto sosok Aziz untuk dikirimkan pada nomor ponsel ibunya yang tinggal di Cikarang, Bekasi Barat, Jabar. 

Namun, ada juga beberapa foto dan video Aziz itu, sengaja dijadikan konten video akun TikTok-nya sekadar untuk kenang-kenangan. 

"Justru kalau firasat, malah dari saya pribadi. Saya kan main TikTok. Saat dia dulu awal mondok, saya yang sering kirim dan sambang untuk bawa makanan ke pondok," bebernya. 

Peristiwa kecil tersebut dirasa Muzaini aneh. Karena seperti menjadi sebuah petanda akan insiden tragis tersebut. 

Pasalnya, terjadi pada pukul 12.00-12.30 WIB, atau sekitar empat jam sebelum insiden ambruknya gedung ponpes tersebut, pada pukul 15.30 WIB. 

Semula ia menganggap peristiwa kecil tersebut sebagai hal biasa.

Namun, tatkala menyadari beberapa potongan video amatir kejadian tersebut, berlokasi di Ponpes Al-Khoziny tempat mondok Aziz. 

Barulah Muzaini menyadari, peristiwa aneh saat bermain TikTok itu, merupakan petanda kepergian tragis dari sang keponakan. 

Apalagi, tatkala dirinya pada saat mendatangi ponpes tersebut tepat pada hari kejadian, dan tidak menemukan keberadaan sang keponakan hingga seminggu ke depan, yakni pada Senin (6/10/2025). 

"Jam 12.00 sampai 12.30 WIB. Itu video 4 tahun lalu, iya tiba-tiba di-like orang. Nah ini ada apa. Pas jam 14.30, saya habis salat Ashar, saya dapat telpon. Kalau di ponpes Itu ada musibah gedung ambruk," terangnya. 

Setahu Muzaini, keluarga Aziz terakhir kali berkomunikasi dengan sang anak pada dua hari sebelum kejadian, Sabtu (27/10/2025). 

Itu pun sebenarnya pihak keluarga dikirimi video oleh pengajar pondok yang merekam momen Aziz sedang menyetorkan hafalan mengaji sebuah kitab. 

Video tersebut membuat terenyuh keluarga Aziz di rumah. Maklum saja, jarak tempuh panjang membentang di antara tiga provinsi Pulau Jawa; Cikarang Jabar dengan Sidoarjo Jatim, tak bisa membuat orangtua Aziz sering-sering sambang. 

"Aziz kelas 2 SMA. Terakhir komunikasi, keluarga dapat kiriman video dari ustadnya, korban setor hafalan kitab. Hari Sabtu. Iya 2 hari sebelum kejadian," jelasnya. 

Mengenang sosok Aziz, seingat Muzaini, sulung dari dua bersaudara itu, merupakan pribadi yang lugu dan pendiam.

Meskipun secara akademis, Aziz terbilang sebagai anak yang biasa-biasa. Namun, memiliki karakter yang rajin dan gigih. 

"Dia rajin. Dan polos. Dia itu kalau lagi liburan puasa. Di rumah enggak ngapa ngapain. Ya dia lebih memilih habiskan waktu sama orangtua mungkin. Palingan dia main ke rumah temannya. Tapi kalau disuruh pulang ya pulang," katanya. 

Terlepas dari itu semua, Muzaini benar-benar dibuat kagum dengan momentum meninggalnya sang keponakan karena ditengah proses menuntut ilmu dan tepat saat sujud menjelang rakaat ketiga. 

"Meninggalnya dia saat sujud salat ashar rakaat ketiga. Ashar 4 rakaat, dia lagi rakaat ketiga, lalu ambruk. Ini meninggalnya sahid, kami minta do'anya ya mas," pungkasnya. 

Sementara itu, kantong jenazah bernomor PM RSB B-027 teridentifikasi melalui gigi, medis dan properti atau barang kepemilikan, cocok dengan nomor AM 039 sebagai Mohammad Aziz Pratama Yudistira, laki-laki 16 tahun, alamat Kampung Pulo Kapuk Mekar Mukti Cikarang Utara Bekasi Barat, Jabar. 

Kabiddokkes Polda Jatim Kombes Pol dr M Khusnan Marzuki mengatakan, terungkapnya identitas tujuh jenazah pada hari ini, menambah daftar nama korban meninggal dunia yang berhasil diidentifikasi dalam insiden tersebut, menjadi total 17 jenazah. 

"Sampai hari ini, tim gabungan telah berhasil mengidentifikasi total 17 korban dari 59 kantong jenazah yang diterima. Saat ini proses operasi DVM masih berjalan dengan melakukan pendalaman baik nomor AM maupun PM," ujar dr M Khusnan, di depan Kamar Mayat RS Bhayangkara Surabaya

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved