Bangunan Ponpes di Sidoarjo Ambruk

Runtuhnya Bangunan Al Khoziny Sidoarjo Jadi Bencana Nasional, Proses Evakuasi Dipantau Internasional

petugas berhasil mendeteksi 15 korban selamat di bawah reruntuhan. Dalam upayanya, setelah dievakuasi ternyata tiga korban tidak selamat. 

Penulis: M Taufik | Editor: Deddy Humana
surya/M Taufik (M Taufik)
TERUS MENCARI - Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI M Syafii menyampaikan update jumlah korban runtuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Senin (6/10/2025). Pencarian korban dilanjutkan sampai tuntas. 

SURYA.CO.ID, SIDOARJO - Upaya pencarian dan evakuasi terhadap para korban ambruknya gedung di kompleks Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo terpantau oleh sejumlah negara. Semua yang dilakukan oleh Tim SAR gabungan juga termonitor negara lain, khususnya negara-negara di Asia. 

Hal itu disampaikan oleh Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI M Syafii dalam konferensi pers yang digelar di Posko Basarnas di dekat Ponpes Al Khoziny di Buduran Sidoarjo, Senin (6/10/2025). 

“Dalam prosesnya, kami juga menggunakan alat-alat yang canggih dan berstandar internasional. Semua prosesnya termonitor melalui sejumlah aplikasi di negara-negara lain. Dan kami bisa mempertanggungjawabkan semua yang kami lakukan sudah sesuai dengan aturan yang ada,” tegas Syafii.

Dalam kesempatan ini, Syafii menjelaskan panjang lebar proses yang telah dilakukan. Sejak awal kejadian, sampai proses pencarian dan evakuasi yang masih berlangsung sekarang ini.  

Saat awal, diperkirakan ada sekitar 140 orang sedang shalat berjamaah di lantai dasar. Sementara di lantai empat, juga sedang ada aktivitas pengecoran yang dilakukan sejumlah orang. 

“Tipe reruntuhan ini kita menyebutnya pancake colabs. Sejak awal, kita langsung tentukan strategi dan pola operasinya. Kita juga petakan lokasi dengan area A1, A2, A3, dan A4,” urainya. 

Basarnas mencatat, pada hari pertama ada 91 korban terselamatkan secara mandiri. Kemudian Basarnas tiba di lokasi dan melakukan assesment terhadap kondisi reruntuhan yang ada. 

Hari kedua pencarian, petugas berhasil mendeteksi 15 korban selamat di bawah reruntuhan. Dalam upayanya, setelah dievakuasi ternyata tiga korban tidak selamat. 

Hari berikutnya, Basarnas mendeteksi 15 korban lagi. Setelah diupayakan bisa terevakuasi, diketahui tujuh korban yang ada di titik itu. Hasilnya, lima berhasil dievakuasi dengan selamat, lainnya sudah meninggal dunia. 

“Kondisi reruntuhan menyulitkan evakuasi terhadap korban yang jebak di dalam. Kemudian kita buat lubang dari bawah untuk bisa mengakses para korban dan mengevakuasinya,” lanjut Sfafii. 

Sejak awal, banyak sekali peralatan dan sarana yang didatangkan. Tetapi waktu itu tim SAR berusaha menyelamatkan korban yang selamat, sehingga dipilih secara manual dengan membuat lubang. 

Selanjutnya, Basarnas melakukan reassessment sampai tiga kali. Setelah diyakinkan bahwa tidak ada tanda-tanda korban yang memungkinkan diselamatkan dalam kondisi hidup, alat berat pun dilebarkan. Dan kejadian ini sudah dinyatakan masuk kategori bencana nasional. 

“Kita juga sudah mendapat izin dari keluarga korban untuk mengerahkan alat berat. Akhirnya, Kamis kemarin alat berat dikerahkan ke lokasi. Tetapi alatnya pun yang yang terpilih. Tidak semua,” jelasnya.

Kenapa demikian, area akses masuknya terbatas. Kemudian area manuver juga terbatas. Sehingga petugas sangat hati-hati dan sampai melibatkan ahli konstruksi untuk melakukan evakuasi di lokasi. 

Petugas juga harus menjaga agar evakuasi tidak berpengaruh terhadap bangunan yang ada atau yang masih eksisting. 

Sumber: Surya
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved