Kematian Dosen Untag Semarang
Apa Penyebab Kematian Dosen Untag Semarang? Polisi dan Keluarga Beda Pendapat, Beber Kejanggalan Ini
Kematian dosen Untag Semarang penuh tanda tanya. Polisi duga karena sakit, tapi keluarga temukan darah di beberapa bagian tubuh.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
Ringkasan Berita:
- Dosen Untag Semarang berinisial DLL ditemukan meninggal tanpa busana di kamar hotel Gajahmungkur.
- Polisi menduga korban tewas karena sakit, dengan tensi 190 mmHg dan gula darah 600 mg/dl.
- Korban sempat dua hari berobat ke RS Telogorejo sebelum meninggal.
- Keluarga menemukan kejanggalan: darah di hidung, mulut, dan area intim, serta wajah yang berubah.
SURYA.co.id - Penyebab kematian dosen Untag Semarang berinisial DLL (35) hingga kini masih jadi sorotan publik.
Pasalnya, ada perbedaan pendapat antara polisi dan pihak keluarga korban.
Perbedaan keterangan muncul antara pihak kepolisian dan keluarga mengenai penyebab kematian seorang dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang berinisial DLL (35).
Ia ditemukan tak bernyawa dalam kondisi tanpa busana di sebuah kamar hotel di kawasan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Senin pagi (17/11/2025).
Kapolsek Gajahmungkur, AKP Nasoir, menyampaikan bahwa kematian DLL sementara ini diduga disebabkan faktor kesehatan.
Dugaan tersebut muncul setelah polisi mengetahui bahwa korban sempat menjalani pemeriksaan di RS Telogorejo Semarang selama dua hari berturut-turut sebelum meninggal.
Dari hasil pengecekan riwayat medis, tekanan darah DLL tercatat mencapai 190 mmHg, sementara kadar gula darahnya mencapai 600 mg/dl, dua kondisi yang masuk kategori berbahaya bagi tubuh.
“Korban diduga meninggal karena sakit. Tim Inafis Polrestabes Semarang juga tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban,” ujarnya, dikutip Selasa (18/11/2025).
Nasoir menambahkan bahwa DLL datang ke rumah sakit bersama seorang pria yang juga menginap di kamar yang sama.
Keduanya sempat mendapat saran dokter untuk menjalani rawat jalan.
Sebagai pembanding, data dari WHO menunjukkan bahwa tekanan darah normal wanita usia 41–60 tahun berada di rentang 120/80–140/90 mmHg.
Adapun kadar gula darah normal berada di bawah 200 mg/dl, dan setelah makan idealnya tidak melebihi 140 mg/dl.
Keluarga Temukan Banyak Kejanggalan
Berbeda dengan keterangan polisi, keluarga korban justru menilai kematian DLL tidak wajar.
Seorang kerabat, Tiwi, mengungkapkan bahwa dari foto yang diterima keluarga, terlihat darah pada hidung, mulut, hingga area intim korban.
Ia juga menyebutkan bahwa raut wajah DLL tampak berbeda dari kondisinya saat masih hidup.
“Dari informasi yang kami terima, ada darah keluar dari hidung dan mulut. Di bagian intim juga terlihat bercak darah. Inilah yang membuat keluarga merasa kematian korban janggal,” ujar Tiwi, melansir dari Tribun Jateng.
Kejanggalan lain muncul karena keluarga baru mendapat kabar kematian pada Senin sore, padahal korban ditemukan meninggal sejak pukul 05.30 WIB.
Kondisi DLL yang ditemukan tanpa busana dan tergeletak di lantai hotel juga menambah pertanyaan besar bagi keluarga.
Meski demikian, Tiwi menegaskan bahwa pihaknya masih menunggu keputusan keluarga besar terkait langkah hukum yang akan diambil.
“Keluarga sebenarnya sudah gelisah dan ingin mencari kejelasan. Namun semuanya kami serahkan pada keputusan keluarga, terutama kakak kandung korban,” katanya.
Ditemukan Polisi Pangkat AKBP B, Satu KK dengan Korban
Kasus kematian DLL semakin menjadi sorotan setelah sosok yang pertama kali melaporkannya adalah polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) berinisial B.
Adapun AKBP B merupakan perwira menengah (pamen) dan menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat Pengendalian Massa (Dalmas) Direktorat Samapta Polda Jawa Tengah.
Hal ini dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto.
"Benar, AKBP B memang pamen (perwira menengah) di Dalmas (Direktorat Samapta)," jelasnya, Selasa.
Selain itu, Tiwi menyebut AKBP B terdaftar dalam Kartu Keluarga (KK) yang sama dengan DLL.
Dia pun kaget atas fakta ini lantaran korban tidak pernah bercerita soal hubungannya dengan perwira polisi tersebut.
"Kami baru tahu tadi siang (Selasa, 18 November 2025), hubungan korban dan saksi pertama, infonya agar korban bisa pindah KTP Semarang maka masuk KK-nya saksi pertama," bebernya.
Gelagat AKBP B
Selain mengungkap kejanggalan kematian korban, keluarga juga mengungkap kejanggalan gelagat AKBP B yang menjadi saksi kunci kasus ini.
Menurut TW, ternyata selama ini AKBP B satu kartu keluarga (KK) dengan korban, DLL.
Fakta ini diketahui keluarga korban selepas kematian DLL.
"Iya korban satu KK dengan saksi pertama (AKBP B), katanya sebagai saudara. Kecurigaan ini muncul ketika adik saya menanyakan alamat korban dengan saksi pertama kog sama, ternyata mereka satu KK, korban dimasukkan ke KK sebagai saudara," kata kerabat korban, TW saat dihubungi Tribun, Selasa (18/11/2025).
TW mengaku, kaget atas keterkaitan antar korban dan saksi pertama.
Sejauh yang ia tahu, korban tak pernah menceritakan sosok polisi tersebut.
"Kami baru tahu tadi siang (Selasa, 18 November 2025), hubungan korban dan saksi pertama infonya agar korban bisa pindah KTP Semarang maka masuk KK-nya saksi pertama," bebernya.
Namun, keluarga korban juga bertanya-tanya mengapa polisi tersebut tak muncul di rumah sakit ketika jenazah korban hendak dilakukan autopsi.
"Kalau namanya saudara harusnya hadir karena sebagai saudara harusnya hadir, tapi sampai sore dia (polisi) itu tidak datang," terangnya.
Sosok AKBP B diungkap Komunitas Muda Mudi Alumni Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (Untag) Kota Semarang.
Ketua Umum Komunitas Muda Mudi Alumni Untag Semarang, Jansen Henry Kurniawan menyebut AKBP B memiliki jabatan di Ditsamapta Polda Jateng.
"Oknum polisi ini yang mengabarkan kematian korban ke resepsionis hotel, Polsek Gajahmungkur dan tim Inafis Polrestabes Semarang," lanjutnya.
Dia menilai kematian korban masih patut dicurigai mengingat keberadaan oknum polisi di lokasi kejadian.
Terlebih, sebelum korban meninggal dunia pernah menceritakan sosok polisi ini. Kendati menjunjung asas praduga tak bersalah, tapi oknum polisi itu disebut dekat dengan korban.
“Sempat cerita, karena korban tahu saya aktivis yang sering demo. Korban bilang ‘ibu punya teman polisi, dia kasubdit pengendalian masa. Jangan-jangan kalian sering ketemu pas demo, soalnya kan demo itu pasti urusannya berkaitan dengan urusan pengendalian masa’,” ujarnya mengikuti perkataan korban.
Untuk itu para alumni mendorong agar kepolisian untuk mengusut tuntas kasus kematian dosennya. Dia berharap proses penanganan kasus diungkap secara transparan.
"Kami ikatan alumni Untag mendesak kepolisian agar kasus ini dibuktikan secara terang benderang dan jangan melindungi oknum tertentu," harapnya.
Polda Jawa Tengah membenarkan Perwira menengah berinisial B dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) merupakan anggota kepolisian yang bertugas sebagai kepala sub direktorat Pengendalian Massa (Dalmas) Direktorat Samapta.
"Benar, AKBP B memang pamen (perwira menengah) di Dalmas (Direktorat Samapta)," jelas Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Jateng Kombes Pol Artanto kepada Tribun, Selasa (18/11/2025).
Artanto belum mengetahui secara detail keterlibatan AKBP B dalam kasus ini. Kendati demikian, kasus ini menjadi perhatian pihaknya.
"Polda Jateng akan monitoring proses penyelidikan kasus ini, mengawasi penyelidikan yang dilakukan Polrestabes Semarang," bebernya.
Menurut Artanto, Satreskrim Polrestabes Semarang akan melaporkan perkembangan kasus yang akan diterima oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jateng.
Dari laporan kasus itu, Polda Jateng akan melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyelidikan. "Semisal ditemukan pelanggaran yang dilakukan (oleh AKBP B) nanti kami akan menindak sesuai aturan," paparnya.
Terkait adanya hubungan korban dengan AKBP B, Kapolsek Gajahmungkur, AKP Nasoir membenarkannya.
Namun, ia enggan menjelaskannya lebih detail hubungan mereka."Bisa langsung tanya ke propam," bebernya.
Sementara Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polrestabes Semarang AKBP Andika Dharma Sena juga membenarkan, ada anggota polisi di lokasi kejadian yang menemukan pertama kali korban.
"Kami ambil keterangan polisi ini untuk mengetahui peristiwa kejadian ini," ujarnya kepada Tribun.Namun, Andika belum mengetahui hubungan antara polisi tersebut dengan korban. Pihaknya sementara ini hanya meminta keterangannya sembari mengumpulkan sejumlah bukti-bukti lain terutama rekaman kamera CCTV hotel.
Terkait kondisi korban, lanjut Andika, hasil pemeriksaan visum luar tidak ada tanda-tanda kekerasan.
Akan tetapi pihaknya melakukan autopsi (bedah mayat) terhadap tubuh korban supaya mengetahui penyebab pasti kematian korban.
"Kami lakukan autopsi sedang berproses hari ini. Tujuannya agar memastikan kematian korban terutama kepada keluarga korban," ujarnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/Apa-Penyebab-Kematian-Dosen-Untag-Semarang-Polisi-dan-Keluarga-Beda-Pendapat-Beber-Kejanggalan-Ini.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.