Berita Viral

Gerak Cepat Dedi Mulyadi Atasi Kasus Keracunan MBG di Jawa Barat, Ungkap Penyebab Utamanya

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi langsung gerak cepat menangani kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayahnya.

Kompas.com
KERACUNAN MBG - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi usai rapat koordinasi percepatan pembangunan di Kantor Bupati Karawang, Kamis (18/9/2025). 

SURYA.co.id - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi langsung gerak cepat menangani kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayahnya.

Hal ini dilakukan Dedi Mulyadi setelah menemukan dugaan penyebab utamanya.

Jawa Barat sendiri tercatat sebagai provinsi dengan jumlah insiden keracunan MBG tertinggi.

Dedi menegaskan, pemerintah provinsi akan segera mengambil langkah tegas dengan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggara maupun pihak vendor yang bertugas menyediakan makanan.

Dalam waktu dekat, ia bahkan akan memanggil seluruh pengelola MBG untuk dimintai keterangan.

"Ya jadi begini, yang pertama, saya dalam minggu depan ingin bertemu dengan pengelola MBG wilayah Jabar," ujar Dedi Mulyadi saat ditemui di Balai Pakuan Bogor, Rabu (24/9/2025), melansir dari Kompas.com.

Manajemen Penyajian yang Buruk

Menurut Dedi, faktor utama kasus keracunan bukan semata-mata pada bahan makanan, melainkan karena pola manajemen penyajian yang keliru.

Jumlah penerima layanan yang sangat banyak tidak sebanding dengan tenaga pelaksana yang tersedia.

Selain itu, proses memasak yang dilakukan terlalu dini membuat makanan kehilangan kualitas saat akhirnya disajikan.

"Misalnya yang dilayani ribuan orang, tetapi yang melayani sedikit. Masaknya jam 1 malam, disajikan jam 12 siang. Jarak waktunya terlalu lama, ini yang harus dievaluasi. Kalau penyelenggara tidak mampu, ya diganti dengan yang lebih mampu," tegasnya.

Dampak Psikologis bagi Anak-Anak

Meski tak ada korban jiwa dalam kasus ini, Dedi mengingatkan bahwa kejadian keracunan bisa menimbulkan trauma, terutama bagi anak-anak penerima manfaat MBG.

Ketidakpercayaan untuk mengonsumsi makanan dari program tersebut dapat mengganggu pemenuhan gizi mereka, padahal MBG dirancang untuk mendukung tumbuh kembang generasi muda di Jawa Barat.

Menanggapi usulan penghentian sementara (moratorium) program MBG, Dedi berpendapat bahwa yang dibutuhkan bukan menghentikan program, melainkan pengecekan ketat terhadap penyelenggara.

"Yang harus dilihat, pertama penyelenggara mampu atau tidak. Kedua, makanan yang disajikan sesuai dengan harga atau tidak. Kalau ternyata tidak mampu dan kualitasnya menurun, ya harus dievaluasi," tutup Dedi.

Dengan langkah evaluasi ini, Pemprov Jabar bertekad memastikan kualitas MBG tetap terjaga dan aman dikonsumsi, sehingga tujuan program untuk meningkatkan gizi masyarakat bisa benar-benar tercapai.

Kasus keracunan makanan bergizi gratis di Jawa Barat menjadi alarm penting bagi pemerintah daerah. Program yang sejatinya bertujuan mulia, yakni meningkatkan asupan gizi anak-anak, justru bisa kehilangan kepercayaan publik jika pengelolaannya tidak serius.

Dari kacamata penulis, masalah utamanya bukan pada ide programnya, melainkan ketidaksiapan sistem pendukung: mulai dari vendor penyedia, tenaga pelaksana, hingga standar distribusi yang tidak disiplin.

Evaluasi menyeluruh yang dijanjikan Gubernur Dedi Mulyadi adalah langkah yang patut diapresiasi. Namun, lebih dari itu, ke depan dibutuhkan pengawasan independen dan mekanisme audit berkala agar kasus serupa tidak terulang.

Anak-anak penerima MBG harus mendapat jaminan bukan hanya pada kuantitas makanan, tetapi juga kualitas dan keamanan pangan. Bila hal ini tidak ditangani secara serius, maka dampak psikologis dan hilangnya kepercayaan masyarakat bisa jauh lebih berbahaya daripada sekadar kasus keracunan sesaat.

Seekor Ulat Ditemukan di Menu MBG di Tuban

Seekor ulat ditemukan dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Tuban, Jawa Timur, Rabu (24/9/2025).

Dalam video yang beredar, ulat itu tampak berada di atas sayur sawi yang disajikan bersama mie kuning di dalam menu MBG yang akan dibagikan kepada siswa SD di Kecamatan Widang.

Menanggapi hal itu, Danramil Widang, Kapten Inf Hasan Bisri, menyampaikan bahwa pihak penyedia makanan, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), langsung menarik makanan yang terindikasi tercemar dan menggantinya dengan menu baru.

“Alhamdulillah, ulat sudah ditarik dan makanan diganti. Pihak SPPG sudah meminta maaf, dan mulai besok mereka berkomitmen lebih teliti dalam menyiapkan nasi, lauk, dan sayurnya,” ujarnya.

Hasan memastikan temuan ulat ini hanya terjadi di satu ompreng saja, pada pendistribusian menu MBG di SDN 1 Compreng hari ini.

Ulat ini diketahui dari laporan siswa kepada guru, lalu diteruskan ke Bhabinsa hingga sampai ke Koramil.

“Kami pastikan kejadian ini hanya satu kasus. Namun, pengawasan tetap akan ditingkatkan,” imbuhnya.

Dalam mensukseskan program pemerintah, mantan Danramil Grabagan itu berujar bahwa peran TNI adalah mendampingi program pemerintah agar berjalan baik, termasuk dalam pengawasan makan siang gratis di sekolah.

“Program pemerintah ini harus kita bantu sukseskan. Walaupun ada kelemahan, kami akan selalu memberikan masukan dan saran,” pungkasnya.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved