Transkrip Lengkap Pidato Presiden Prabowo Subianto di PBB yang Membuatnya Disanjung Donald Trump

Presiden RI Prabowo Subianto menghadiri Multilateral Meeting on the Middle East di Ruang Konsultasi Dewan Keamanan PBB, New York

Editor: Adrianus Adhi
YouTube PBB
Tangkapan layar Presiden Indonesia Prabowo Subianto saat sidang umum Majelis PBB 

SURYA.co.id, New York - Presiden RI Prabowo Subianto menghadiri Multilateral Meeting on the Middle East di Ruang Konsultasi Dewan Keamanan PBB, New York, Selasa, 23 September 2025, atas undangan Presiden AS Donald Trump.

Di hadapan para pemimpin dunia, Trump menyampaikan apresiasi langsung kepada Prabowo.

Ia menilai pidato Prabowo di Sidang Majelis Umum ke-80 PBB tegas dan penuh energi, serta mampu menarik perhatian para delegasi.

“Anda juga, sahabatku. Pidato yang hebat. Anda melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan mengetukkan tangan di meja itu. Anda melakukan pekerjaan yang luar biasa. Terima kasih banyak,” ujar Presiden Trump sembari menoleh ke arah Presiden Prabowo seperti SURYA.co.id dari website kepresidenan RI

Momen itu mencairkan suasana di tengah pembahasan serius soal Gaza dan perdamaian Timur Tengah.

Pujian Trump dinilai sebagai pengakuan terhadap keberanian Prabowo dalam menyuarakan keadilan di forum internasional dan menegaskan posisi Indonesia sebagai suara penting dalam diplomasi global.

Berikut Pidato lengkap Presiden Prabowo di PBB yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:

Yang Mulia Bapak António Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Yang Mulia Ibu Annalena Baerbock, Presiden Sidang Majelis Umum PBB. Yang Mulia Bapak Movses Abelian, Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Majelis Umum dan Manajemen. Para Yang Mulia, para kepala negara dan pemerintahan, para delegasi yang terhormat, hadirin sekalian.

Merupakan kehormatan besar bagi saya berdiri di Aula Sidang Umum yang agung ini, di antara para pemimpin dan perwakilan yang mewakili hampir seluruh umat manusia. Kita berbeda dalam ras, agama, dan kebangsaan. Namun hari ini kita berkumpul sebagai satu keluarga manusia. Pertama dan terutama, kita hadir sebagai sesama manusia, masing-masing diciptakan setara, dikaruniai hak-hak yang tidak dapat diganggu gugat: hak untuk hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan.

Kata-kata dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat telah menginspirasi gerakan demokrasi lintas benua, termasuk Revolusi Prancis, Revolusi Rusia, Revolusi Meksiko, Revolusi Tiongkok, serta perjuangan dan perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan. Nilai-nilai itu juga melahirkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi PBB pada tahun 1948. “Semua manusia diciptakan setara” adalah kredo yang membuka jalan bagi kemakmuran dan martabat global yang tak tertandingi.

Namun, di era kejayaan sains dan teknologi kita—era yang sejatinya mampu mengakhiri kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan—kita tetap berhadapan dengan bahaya, tantangan, dan ketidakpastian yang serius. Kebodohan manusia, yang dipicu oleh ketakutan, rasisme, kebencian, penindasan, dan apartheid, mengancam masa depan bersama kita.

Bangsa saya memahami rasa sakit ini. Selama berabad-abad, rakyat Indonesia hidup di bawah kolonialisme, penindasan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih rendah dari anjing di tanah air kami sendiri. Kami tahu bagaimana rasanya ditolak keadilan, bagaimana rasanya hidup dalam apartheid, dalam kemiskinan, dan tanpa kesempatan yang setara. Kami juga tahu kekuatan solidaritas. Dalam perjuangan kemerdekaan, dalam upaya mengatasi kelaparan, penyakit, dan kemiskinan, Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri bersama Indonesia dan memberikan bantuan yang vital.

Keputusan-keputusan yang diambil di sini, berdasarkan solidaritas kemanusiaan—baik oleh Dewan Keamanan maupun Majelis ini—memberikan Indonesia kemerdekaan, legitimasi internasional, membuka pintu, dan mendukung pembangunan awal kami melalui UNICEF, FAO, WHO, dan banyak lembaga PBB lainnya. Karena itu, hari ini Indonesia berdiri di ambang kemakmuran bersama serta kesetaraan dan martabat yang lebih besar.

Ibu Presiden, para Yang Mulia, Dunia saat ini digerakkan oleh konflik, ketidakadilan, dan ketidakpastian yang kian dalam. Setiap hari kita menyaksikan penderitaan, genosida, dan pengabaian terang-terangan terhadap hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan. Menghadapi tantangan ini, kita tidak boleh menyerah. Seperti dikatakan Sekretaris Jenderal PBB: kita tidak boleh menyerah, kita tidak boleh mengorbankan harapan dan cita-cita. Kita harus saling mendekat, bukan saling menjauh. Bersama, kita harus berupaya mewujudkan harapan dan mimpi kita.

PBB lahir dari puing-puing Perang Dunia II yang merenggut puluhan juta nyawa. PBB dibentuk untuk menegakkan perdamaian, keamanan, keadilan, dan kebebasan bagi semua. Kami tetap berkomitmen pada internasionalisme, multilateralisme, dan setiap upaya memperkuat lembaga agung ini.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved