Berita Viral
Kisah Hisyam Nyaris Jadi Korban Bus Maut di Probolinggo, Kini Sebatang Kara, Orangtua dan Adik Tewas
Kesedihan Hisyam Al Azzam masih terlihat jelas. Dia adalah anak korban tewas kecelakaan bus maut di Probolinggo, Minggu (14/9/2025).
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Kesedihan Hisyam Al Azzam masih terlihat jelas.
Tatapan matanya pun kosong saat menyambut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang datang melayat ke rumahnya di Desa Serut Kecamatan Panti, Jember (15/9/2025).
Gubernur Khofifah memeluk tubuh mungil bocah yang kini sebatang kara itu.
Anak berusia 10 tahun ini tak hanya kehilangan orangtuanya, Hendra Pratama dan Wardatus Soleha, tetapi juga adiknya, Aiza Fahrani Agustin.
Mereka tewas dalam kecelakaan bus rombongan staf RS Bina Sehat Jember, di jalur Bromo, Minggu (14/9/2025).
Dia hanya menangis dan tampak bingung ketika melihat jenazah orang tua dan adiknya diturunkan dari ambulans dan hendak dishalatkan lagi di masjid di Desa Serut, Kecamatan Panti, Jember.
Kakak kandung Hendra, Lusiana Agustin, mengungkapkan bahwa keponakannya itu sempat diajak ke Bromo, tetapi menolak sehingga adiknya yang ikut berlibur.
"Ini diajak tapi dianya yang enggak mau," ujar Lusiana, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.
Baca juga: 3 Keberatan Keluarga Bos Bank Plat Merah ke Penyidik Polda Metro, Minta Dijerat Pembunuhan Berencana
Ia mengungkapkan bahwa keponakannya itu akan tinggal bersama nenek dan kakek dari ibunya di Desa Serut, sesuai permintaan Hisyam.
"Maunya ikut sama pihak Mbak Wardah karena sekolahnya ngajinya juga di situ," ujarnya, Senin (15/9/2025).
Anak yang duduk di bangku kelas 4 SD itu sejak kecil memang tinggal bersama orangtuanya di desa tersebut.
Lusiana berharap, biaya pendidikan ponakannya itu benar-benar ditanggung oleh Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS), seperti yang telah diucapkan Direktur Utamanya, dr Faida.
Lusiana telah menerima takdir yang menimpa adik dan keponakan perempuannya.
Di tengah kesedihannya, Hisyam mendapatkan santunan dari berbagai pihak. Hisyam telah menerima santunan dari Jasa Raharja sebesar Rp 100 juta dan uang pesangon ayahnya dari RSBS sebesar Rp 72,6 juta.
Selain itu, Hisyam mendapatkan santunan dari Pemerintah Provinsi Jatim sebesar Rp 10 juta dan uang klaim BPJS Ketenagakerjaan Hendra sebesar Rp 142,8 juta. Biaya pendidikannya sampai perguruan tinggi pun ditanggung oleh RSBS Jember.
Detik-detik Kecelakaan Maut
Detik-detik bus pariwisata yang mengangkut rombongan RS Bina Sehat Jember kecelakaan di Probolinggo, Jawa Timur, akhirnya terungkap.
Muhammad Zainuri, penumpang sekaligus korban selamat dalam kecelakaan maut itu memberikan kesaksian.
Dalam kecelakaan itu, dia hanya mengalami cedera ringan dan bagian pelipis mata kanan terluka dan harus dijahit sehingga tak perlu rawat inap di rumah sakit.
Sementara istrinya, Evalia (37), yang merupakan perawat ICCU di RSBS sejak 2009 mengalami patah tulang tubuh bagian kanan dan telah dioperasi.
Sedangkan putranya, Zahir (13), mengalami patah tulang di bagian kaki, serta putrinya bernama Azka (11) patah tulang di bagian tangan.
Mereka harus menjalani operasi.
Zainur bercerita, ia dan keluarga berlibur ke Bromo untuk merayakan kelulusan Eva sebagai Sarjana Keperawatan.
"Umpamanya ada kejadian ini saya enggak ikut, saya lebih syok. Allah ngasih kesempatan saya selamat," ungkapnya sembari menangis, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.
Sudah Ingatkan Sopir
Pria 46 tahun itu lantas menceritakan detik-detik sebelum bus mengalami kecelakaan maut.
Zainuri merupakan karyawan swasta yang sangat paham urusan mengemudi dan permasalahan mesin kendaraan.
Oleh karena itu, dia bisa merasa ada kejanggalan pada kondisi bus, beberapa menit setelah bertolak dari wisata Gunung Bromo, Minggu (14/9/2025) siang.
Saat itu, bus sempat gagal menanjak sebanyak dua kali. Dia pun mencium bau gosong menyengat dari bagian belakang bus.
Sopir mengemudikan bus pelan, sekira 20 kilometer per jam, tapi ia yakin bus harus berhenti sejenak.
Zainuri sempat memperingatkan sopir untuk memeriksa kampas rem.
Namun, peringatan itu tak diindahkan.
Sekira 10 menit kemudian, bus meluncur tak terkendali di jalan menurun dan menikung.
Bus mencoba menghindari sejumlah kendaraan di depannya, hingga menyeruduk seorang pemotor di Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo.
"Saya pejamkan mata, pasrah. Saya pikir saya akan mati bersama istri dan anak-anak," kata Zainuri lirih di Jember, Senin (15/9/2025).
Zainuri mendengar seluruh penumpang bus menjerit. Begitu pula penumpang yang mulanya tertidur, sontak ikut berteriak.
Suasana bus chaos.
Kepanikan makin menjadi ketika kernet dan pemandu wisata lari ke belakang.
Pria asal Desa Mojosari, Kecamatan Puger, itu tak berani membuka mata sembari mendekap istrinya, Evalia Sari, serta dua anaknya, Zahir dan Azka dari belakang yang berada tepat di belakang kursi sopir.
Sisi kanan bus menghantam pagar besi pembatas jalan lalu kembali menabrak pagar rumah warga dan berhenti.
Pelipis kanannya terkena pecahan kaca jendela.
Istrinya terlempar ke depan bagian kemudi, tubuh anak-anaknya terjepit di antara bangku yang terlipat.
Zainuri berpegangan kuat pada bangku-bangku bus, mencoba membuka mata dan kebingungan menerpanya.
Ia berupaya tenang, mencoba mengevakuasi istri serta kedua anaknya.
"Saya bilang gini, ya Allah dik, tangane sampeyan kok suwek to dik (tangannya lamu kok robek)," ucapnya mengehela napas.
Di tengah upaya mengevakuasi anaknya yang terjepit, ia mencoba berdiri dan melihat kondisi para penumpang lainnya.
"Tapi ketika saya berdiri, Masya Allah, ya Allah, kok ada yang mati."
"Tadi kan tak bilangi semisal (tadi saya bilang berhenti dulu) berhenti cek kampas, kopling kan enak, enggak seperti sekarang enggak ada yang mati," kata Zainuri mengungkapkan kepiluannya siang itu.
Dari yang awalnya tenang saat akan mengevakuasi anaknya, Zainuri menjadi histeris ketika melihat seorang anak bernama Bella.
Wajah yang menurutnya sudah tak berbentuk dan korban lain yang terluka parah. Banyak korban yang terlempar hingga keluar bus.
Masyarakat berdatangan mendekati bus yang ringsek bagian kanannya, beberapa dari mereka membantu evakuasi korban di dalam bus.
Ada yang sengaja memecahkan kaca bus untuk memudahkan mengevakuasi korban.
Sebab, kondisinya pada saat itu kursi berhamburan dan terdorong ke depan, banyak yang terjepit.
Zainuri dibantu warga setempat mengeluarkan Eva, Zahir, dan Azka. Ia ingin membawa mereka menjauh dari bus karena takut meledak.
Ponselnya hilang.
Ia meminjam milik sopir ambulans yang mulai berdatangan dan mengabarkan kondisinya kepada kakaknya di Jember.
Ia dan keluarganya seolah mendapatkan keajaiban dari Tuhan.
Korban meninggal mayoritas duduk di sisi kanan, namun Zainuri dan keluarga masih bisa selamat.
Pengakuan Sopir
Sopir bus maut, Albahri (57), mengakui kecelakaan itu dipicu rem blong pada kendaraannya.
Dia mengaku rem bus yang dikendarainya ketika sampai di wilayah Jatian, Desa Boto, sudah tidak enak sehingga memutuskan untuk ke pinggir dengan memelankan laju kendaraan.
"Sampai di Jatian itu rem sudah tidak enak, akhirnya saya ke pinggir pelan-pelan. Malah sama pengendara di belakang saya itu sampai di klakson dan saya juga ikut klakson," kata Albahri.
Selain melaju pelan, menurut Albahri, dirinya juga sempat memberitahukan kondekturnya untuk pergi ke belakang karena rem bus yang dikendarai sudah blong setelah sebelumnya merasa tidak enak.
"Sudah kerasa tidak enak, jadi saya langsung suruh Melo (Kondektur) ke belakang dan bilang kalau rem blong," ujar Albahri.
Saat di Jatian itu, lanjut Albahri, ketika melintas di jalan yang sedikit naik dan menikung, dirinya langsung memutuskan banting stir. Sebab, di sisi jalan sebelah kiri itu banyak kendaraan melintas, baik itu mobil dan sepeda motor.
"Jadi saya langsung banting ke kanan, karena di depan itu kosong. Jadi rem blong itu sudah dari Jatian itu yang angin nya sudah tidak ada. Un rem juga saya fungsikan tapi juga tidak bisa, saya juga sudah pasrah," terang Albahri.
Di dalam bus tersebut, sambungnya, terdapat kurang lebih 55 penumpang dari RS Bina Sehat.
"Kondisi bus saat berangkat dan bahkan saat pulang sebelum sampai di Jatian ini masih aman, tidak ada apa-apa. Tiba-tiba nge blong dan angin langsung habis," pungkasnya.
(SURYA.CO.ID Ahsan Faradisi)
===
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.
Klik di sini untuk untuk bergabung
3 Keberatan Keluarga Bos Bank Plat Merah ke Penyidik Polda Metro, Minta Dijerat Pembunuhan Berencana |
![]() |
---|
Sosok S Buron, Dalang Pemindahan Dana Rekening Dormant di Kasus Pembunuhan Bos Bank Plat Merah |
![]() |
---|
Rekam Jejak Erick Thohir saat Pimpin BUMN, Kini Diangkat Prabowo Jadi Menpora |
![]() |
---|
Dilaporkan Hilang Pasca Demo Jakarta, Bima Permana Putra Ditemukan Polisi di Malang |
![]() |
---|
Keberadaan Wapres Gibran Disorot saat Presiden Prabowo Lantik 11 Pejabat Baru, Kerjakan Tugas Lain |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.