Berita Viral

Daftar Barang Mewah Milik Uya Kuya yang Dikembalikan Setelah Dijarah, Ada AC hingga Kucing

Proses pengembalian barang hasil penjarahan di rumah mertua Uya Kuya masih terus berlangsung, Ada AC hingga Kucing.

Kolase Warta Kota dan Tribunnews
DIKEMBALIKAN - Kolase foto Uya Kuya dan rumahnya yang dijarah. Beberapa barang ikembalikan Setelah Dijarah. 

3. Kucing Peliharaan Juga Pulang

Tak hanya barang, hewan peliharaan Uya Kuya juga kembali. Lewat unggahan di Insta Story, Uya memperlihatkan tiga kucing kesayangannya yang sempat hilang kini sudah kembali. Salah satunya, Dery, berusia lebih dari 11 tahun.

“Alhamdulillah, Dery sudah sama kita juga, ditemukan di sekitar sini juga. Dia ini sudah 11 tahun lebih umurnya. Alhamdulillah sudah enggak stres,” kata Uya pada Kamis (4/9/2025).

Ia juga bersyukur dua kucing lainnya kembali dengan selamat. “Alhamdulillah, Ara juga sudah bersama kita. Oreo juga sudah kembali ya,” tambahnya.

Uya Kuya berharap para pelaku penjarahan lainnya segera menyerahkan barang-barang yang masih dikuasai, terutama yang memiliki nilai personal.

"Menghimbau bahwa seperti ada kesadaran dari pihak pelaku yang mengambil, terutama kucing, foto-foto, surat-surat berharga segera bisa dikumpulkan ke ketua RW," ungkapnya.

Menurut Uya, prioritas utamanya kini adalah memperbaiki rumah mertuanya yang rusak sekaligus mencari barang-barang lain yang hilang.

Fenomena pengembalian barang hasil penjarahan di rumah mertua Uya Kuya di Duren Sawit bukan sekadar cerita tentang kehilangan dan kembalinya benda-benda.

Lebih dari itu, peristiwa ini mencerminkan dinamika sosial di tengah masyarakat urban: bagaimana massa bisa larut dalam situasi chaos, lalu perlahan muncul kesadaran individu untuk memperbaiki kesalahan.

Dari seorang ibu paruh baya yang mengembalikan AC, seorang pemuda bernama Rio yang mengembalikan kasur, hingga kucing-kucing peliharaan Uya yang kembali ke rumah, semuanya menunjukkan sisi lain dari tragedi sosial: ada rasa bersalah, ada tekanan moral, dan ada pula jalan damai yang dipilih korban.

Keputusan Uya Kuya untuk menempuh restorative justice menjadi titik menarik. Di saat publik cenderung menginginkan hukuman, ia justru memilih memaafkan dengan alasan kemanusiaan. Pertimbangannya sederhana tapi kuat: pelaku hanyalah seorang tukang parkir yang menanggung cucu dengan disabilitas. Di sini, Uya menunjukkan bahwa hukum tidak melulu soal pidana, tetapi juga ruang bagi empati.

Peristiwa ini sekaligus menjadi cermin tentang betapa tipisnya batas antara solidaritas dan oportunisme dalam sebuah kerumunan.

Rio, misalnya, bercerita bahwa ia awalnya enggan membawa kasur, tetapi desakan orang-orang membuatnya tergoda. Namun, ketakutan terhadap konsekuensi hukum akhirnya mengembalikan akal sehat.

Dari kasus ini, ada pesan penting bagi masyarakat: kejujuran dan keberanian mengakui kesalahan akan selalu lebih bermakna dibanding sekadar bersembunyi di balik keramaian.

Bagi aparat, peristiwa ini juga bisa menjadi pelajaran bahwa penyelesaian masalah sosial tidak cukup hanya lewat hukuman, melainkan juga dengan membuka ruang pemulihan.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved