Berita Viral

Kejanggalan Alasan Sopir Rantis Brimob Soal Lindas Affan Kurniawan Driver Ojol, Kini Dipecat

Bripka Rohmat akui lindas ojol demi selamatkan anggota, tapi praktisi hukum menilai alasannya janggal. Kini pelaku dipecat.

Kolase IST/Tribunnews
KEJANGGALAN - Tangkap layar video rantis brimob lindas driver ojol Affan Kurniawan. Praktisi hukum ungkap kejanggalan. 

Sidang etik untuk Bripka R dijadwalkan berlangsung Kamis (4/9/2025). Baik Kompol K maupun Bripka R digolongkan melakukan pelanggaran berat. 

Adapun lima anggota Brimob lain yang duduk di kursi belakang kendaraan, yakni Aipda MR, Briptu D, Bripda M, Bharaka J, dan Bharaka YD, juga akan menjalani sidang etik terpisah atas pelanggaran sedang.

Kasus meninggalnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, dalam insiden dengan kendaraan taktis (rantis) Brimob masih menyisakan polemik.

Peristiwa yang terjadi pascademonstrasi ricuh di depan Gedung DPR itu memperlihatkan adanya perbedaan pandangan antara pihak kepolisian, ahli hukum, dan masyarakat luas.

Dari sisi sopir rantis, Bripka Rohmat, tindakannya dianggap sebagai upaya menyelamatkan diri dan anggota Brimob lain dari ancaman massa.

Namun, pandangan tersebut ditanggapi kritis oleh kalangan hukum yang menilai alasan tersebut tidak sejalan dengan fungsi rantis sebagai kendaraan taktis berlapis baja yang memang dirancang menghadapi kondisi darurat.

Proses hukum masih bergulir, dengan aparat kepolisian menemukan unsur pidana dalam kejadian tersebut.

Sanksi etik pun sudah dijatuhkan kepada Komandan Batalyon Brimob yang turut berada di dalam kendaraan. Hal ini menunjukkan adanya akuntabilitas internal yang sedang diupayakan.

Objektifnya, peristiwa ini perlu dilihat dari dua sisi: pertama, konteks kericuhan yang menimbulkan tekanan psikologis dan risiko bagi aparat di lapangan; kedua, hak warga sipil untuk memperoleh perlindungan hukum dan keadilan ketika menjadi korban tindakan aparat negara.

Ke depan, penanganan kasus ini tidak hanya penting untuk memastikan pertanggungjawaban individu yang terlibat, tetapi juga untuk memperbaiki mekanisme pengendalian massa dan penggunaan kendaraan taktis agar kejadian serupa tidak terulang.

Transparansi, keadilan bagi korban, dan evaluasi menyeluruh atas prosedur di lapangan akan menjadi kunci agar peristiwa ini tidak semakin memperlebar jarak kepercayaan antara aparat dan masyarakat.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved