11 Tahun Dolly Surabaya Ditutup
Cerita Sutrisno Bertahan Jalani Usaha Batik di Eks Dolly Surabaya
Pada 2014, saat Dolly Surabaya ditutup, Sutrisno termasuk warga yang mengikuti program pemberdayaan Pemerintah Kota Surabaya.
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: irwan sy
Siapa sangka, langkah meninggalkan usaha pribadi justru membuat kondisi ekonomi Sutrisno lebih stabil.
Sebagai pelatih batik, ia berstatus pegawai kontrak di bawah Pemerintahan Pemkot Surabaya lewat Dinas Koperasi Surabaya dengan gaji Rp4 juta per bulan—lebih tinggi dari pendapatan saat ia menjadi owner.
Yang membuatnya semakin tenang adalah sudah adanya jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja BPJS Ketenagakerjaan, sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan saat menjadi pelaku usaha mandiri.
“Sekarang lebih enak. Gaji pasti, enggak mikir bayar pegawai, dan sudah ditanggung BPJS,” katanya dengan lega.
Jika dulu pendapatan naik-turun mengikuti pesanan, kini setiap bulan ia bisa mengatur keuangan tanpa cemas.
Meski hidup lebih sederhana dibanding masa Dolly yang ramai, ia menyebut hidupnya hari ini lebih barokah dan lebih tenang.
"Enakan gini mas. Nyaman. Lebih tenang dan barokah," ucapnya mengakhiri wawancara.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/EMBATIK-Aktivitas-Sutrisno-saat-mengajar-teknik-membatik-Ma.jpg)