11 Tahun Dolly Surabaya Ditutup

Cerita Sutrisno Bertahan Jalani Usaha Batik di Eks Dolly Surabaya

Pada 2014, saat Dolly Surabaya ditutup, Sutrisno termasuk warga yang mengikuti program pemberdayaan Pemerintah Kota Surabaya.

Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: irwan sy
Fikri Firmansyah/TribunJatim.com
MEMBATIK - Aktivitas Sutrisno saat mengajar teknik membatik. Mantan pelaku usaha batik di eks Dolly ini kini berperan membina UKM baru binaan Pemkot Surabaya sebagai pelatih batik tulis. Kawasan eks Dolly Surabaya tak hanya menyimpan cerita kelam masa lalu, tetapi juga kisah bangkitnya warga yang berusaha membangun hidup baru setelah lokalisasi tersebut resmi ditutup pada 2014. 
Ringkasan Berita:
  • Sutrisno (44), warga eks Dolly, memulai usaha batik tulis (Alpujabar) pada 2014 setelah mengikuti program pemberdayaan Pemkot Surabaya.
  • Usaha Alpujabar ditutup 2018; Sutrisno memilih mundur agar memberi ruang bagi UKM binaan baru di eks Dolly.
  • Sutrisno beralih peran menjadi Pelatih Batik di Rumah Batik Surabaya dan membina UKM baru.
  • Sebagai pelatih, gaji Sutrisno lebih stabil (Rp4 juta) dan ia mendapat jaminan BPJS, membuatnya merasa lebih tenang dan barokah dibanding menjadi owner UKM.

 

SURYA.co.id, SURABAYA – Kawasan eks Dolly Surabaya tak hanya menyimpan cerita kelam masa lalu, tetapi juga kisah bangkitnya warga yang berusaha membangun hidup baru setelah lokalisasi tersebut resmi ditutup pada 2014.

Cerita tersebut salah satunya adalah Sutrisno (44), warga asli kawasan Putat Jaya yang kini dikenal sebagai pelatih batik di Rumah Batik Surabaya.

Baca juga: Melihat Geliat Usaha Sepatu di Eks Dolly Surabaya, KUB Mampu Jaya Akui Masih Terima Dukungan Pemkot

Namun sebelum memegang profesi itu, perjalanan Sutrisno melalui dunia usaha tidak selalu mudah.

Pada 2014, saat Dolly ditutup, Sutrisno termasuk warga yang mengikuti program pemberdayaan Pemerintah Kota Surabaya.

Dari pelatihan hingga bantuan peralatan membatik, ia kemudian membuka usaha batik tulis bernama Alpujabar.

Usaha itu berkembang dan bertahan beberapa tahun, menjadi salah satu wajah baru eks Dolly yang mencoba meleburkan identitas lamanya.

“Waktu itu saya dapat bantuan peralatan lengkap. Dari situ saya mulai buka usaha sendiri,” kenangnya saat menceritakan kisahnya kepada Harian Surya dan Tribun Jatim Network, Selasa (18/11/25).

Namun menjalankan UMKM batik di tengah lingkungan kota besar tidak semudah membatik di atas kain.

Dalam sehari-hari, pendapatan Sutrisno yang rata-rata hanya Rp3,5 juta harus dibagi untuk membayar pekerja dan membeli bahan baku.

Kondisi tersebut kemudian membuat penghasilan sebagai pemilik usaha tidak selalu stabil.

Usaha Alpujabar Sempat berhenti pada 2018.

Namun bukan karena sepi pesanan atau gagal bersaing. Justru sebaliknya, Sutrisno memilih menutup usahanya demi memberi ruang bagi UKM binaan baru yang dibentuk Pemkot Surabaya.

“Kalau saya terus buka, nanti UKM baru kalah. Nama Alpujabar yang keluar terus. Saya tutup supaya mereka bisa muncul,” ujarnya.

Keputusan itu membawa Sutrisno pada peran baru: pelatih batik di Rumah Batik Surabaya yang berlokasi di Jalan Putat Jaya Barat VIII B No. 31, Kecamatan Sawahan, Surabaya.

Di tempat itu, ia mengajar teknik batik tulis, membina UKM baru, dan mengenalkan batik Surabaya kepada masyarakat luas.

Siapa sangka, langkah meninggalkan usaha pribadi justru membuat kondisi ekonomi Sutrisno lebih stabil.

Sebagai pelatih batik, ia berstatus pegawai kontrak di bawah Pemerintahan Pemkot Surabaya lewat Dinas Koperasi Surabaya dengan gaji Rp4 juta per bulan—lebih tinggi dari pendapatan saat ia menjadi owner.

Yang membuatnya semakin tenang adalah sudah adanya jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja BPJS Ketenagakerjaan, sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan saat menjadi pelaku usaha mandiri.

“Sekarang lebih enak. Gaji pasti, enggak mikir bayar pegawai, dan sudah ditanggung BPJS,” katanya dengan lega.

Jika dulu pendapatan naik-turun mengikuti pesanan, kini setiap bulan ia bisa mengatur keuangan tanpa cemas.

Meski hidup lebih sederhana dibanding masa Dolly yang ramai, ia menyebut hidupnya hari ini lebih barokah dan lebih tenang.

"Enakan gini mas. Nyaman. Lebih tenang dan barokah," ucapnya mengakhiri wawancara.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved