UTM Bangkalan Buka Prodi Teknologi Pangan, Bahas Tantangan Agroindustri dan Food Loss Bersama BGN
teknologi pangan merupakan kebutuhan strategis bangsa karena pangan adalah kebutuhan pokok dan kunci ketahanan nasional.
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
Ringkasan Berita:
- UTM Bangkalan membuka prodi Teknologi Pangan di Fakultas Pertanian yang menjadi prodi ke-39 sebagai inovasi yang menjawab tantangan swasembada pangan nasional.
- Bupati Bangkalan menegaskan bahwa teknologi pangan merupakan kebutuhan strategis bangsa karena menjadi kebutuhan pokok dan kunci ketahanan nasional.
- Rektor UTM mendorong Prodi Teknologi Pangan berperan dalam membangun kemandirian pangan berbasis inovasi dan kearifan lokal.
SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Pembahasan mengenai pangan bukan sekadar panen dan ketersediaan untuk konsumsi, tetapi juga membangun kemandirian pangan berbasis inovasi, kearifan lokal, pengelolaan pangan berkeadilan dan berkelanjutan.
Filosofi itu menjadi salah satu alasan dibukanya Prodi Teknologi pangan di Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan, yang menjadi prodi ke-39 di kampus terkemuka di Madura tersebut.
Peresmian Prodi Teknologi Pangan itu dikemas dalam Seminar Nasional dengan Keynote Speaker, Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN), Dr Ir Tigor Pangaribuan di Aula Syaikhona Muhammad Kholil, Gedung Graha Utama Lantai 10 UTM, Kamis (13/11/2025).
Seminar Nasional bertemakan, ‘Teknologi Pangan Menuju Generasi Cerdas dengan Food Wisdom dan Food Intelligence’ semakin menarik ketika sesi diskusi panel yang diperdalam dengan topik kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri pangan.
Dalam kesempatan itu, Prof Ir Umi Purwandari, MApp, Sc, PhD selaku Guru Besar Fakultas Pertanian UTM menyoroti pentingnya pendidikan berbasis food intelligence dan food wisdom untuk membentuk generasi sadar pangan.
Bahkan Dekan Fakultas Pertanian UTM, Dr M Fuad Fauzul Mu’tamar, STP, MSi mengulas rantai pasok agroindustri dalam mendukung program MBG.
Ia menegaskan pentingnya efisiensi logistik dan penggunaan teknologi digital seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan Blockchain guna mengurangi food loss yang saat ini mencapai 30 persen per tahun.
“Rantai pasok agroindustri yang tangguh akan memastikan ketersediaan pangan berkelanjutan, menjaga kualitas gizi, dan meningkatkan kesejahteraan petani,” ungkap Dr Fuad.
Food Loss merupakan hilangnya bahan pangan sebelum mencapai konsumen akhir yang disebabkan hasil panen tidak diolah tepat waktu atau rusak akibat hama dan penyakit.
Hilangnya makanan bisa terjadi pada tahap produksi, pascapanen, pengolahan, atau saat proses distribusi.
Seminar Nasional itu juga dihadiri Guru Besar Universitas Airlangga sekaligus pengurus PERGIZI Pangan Indonesia, Prof Annis Catur Adi, Rektor UTM Prof Dr Safi’, SH, MH, Bupati Bangkalan, Lukman Hakim, SIP, MH, jajaran rektorat dan dekan, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), kepala SMA/MA se-Kabupaten Bangkalan, mahasiswa Fakultas Pertanian, serta civitas akademika lintas disiplin ilmu.
Bupati Lukman mengungkapkan, keberadaan Prodi Teknologi Pangan menjadi langkah penting dalam mendukung kebijakan nasional di sektor pangan.
Pasalnya, teknologi pangan merupakan kebutuhan strategis bangsa karena pangan adalah kebutuhan pokok dan kunci ketahanan nasional.
“Tema seminar ini selaras dengan arah pembangunan nasional dan dunia. Potensi Bangkalan sebagai gerbang distribusi pangan ke wilayah Timur Indonesia harus dikembangkan dengan pendekatan teknologi dan inovasi,” ungkap Lukman.
Selama ini, lanjutnya, masyarakat masih melihat pertanian sebagai aktivitas budaya, padahal kini harus berorientasi ekonomi. Dengan kolaborasi pemerintah dan perguruan tinggi seperti UTM, proses pascapanen bisa dikelola lebih efisien, hasil pertanian bernilai tambah, dan kesejahteraan petani meningkat.
Mitra Pemda Dalam Inovasi Pertanian
“Kami berharap UTM terus menjadi mitra strategis pemda dalam mengembangkan inovasi pertanian berbasis teknologi pangan yang dapat menjawab tantangan swasembada pangan nasional. Ini adalah bagian dari kontribusi nyata Madura untuk Indonesia,” pungkasnya.
Tigor juga menyebut bahwa kehadiran prodi Teknologi Pangan UTM menjadi langkah visioner karena menyiapkan sumber daya manusia yang mampu mendukung tata kelola pangan nasional, terutama dalam program besar seperti MBG.
“Dengan inovasi dan riset dari perguruan tinggi seperti UTM, bangsa ini akan memiliki tenaga ahli yang dapat memperkuat sistem pangan dari hulu ke hilir, menjamin gizi masyarakat, serta menjaga stabilitas ekonomi daerah,” kata Tigor.
Tigor menyatakan, kehadiran prodi Teknologi Pangan UTM menjadi langkah visioner karena menyiapkan sumber daya manusia yang akan mampu mendukung tata kelola pangan nasional, terutama dalam program besar seperti MBG.
“Dengan inovasi dan riset dari perguruan tinggi seperti UTM, bangsa ini akan memiliki tenaga ahli yang dapat memperkuat sistem pangan dari hulu ke hilir, menjamin gizi masyarakat, serta menjaga stabilitas ekonomi daerah,” katanya.
Ia menjelaskan, BGN berperan sebagai tulang punggung penciptaan Generasi Emas 2045 melalui tata kelola pangan nasional yang efisien, transparan, dan inklusif.
Karena itu, BGN menjadi salah satu program prioritas strategis pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Melalui ekosistem yang disebut Sirkulasi Ekonomi Desa (Circular Economy Village), BGN membangun jejaring produksi dan distribusi pangan berbasis komunitas dengan melibatkan petani, nelayan, koperasi, dan pelaku UMKM pangan di seluruh Indonesia.
“MBG bukan sekadar memberi makan bergizi, tetapi membangun sistem ekonomi pangan nasional. Setiap SPPG mampu membuka lapangan kerja bagi warga lokal, membutuhkan ratusan ton bahan pangan, dan melibatkan petani, peternak, serta pelaku usaha kecil di sekitarnya. Ini bentuk kolaborasi konkret antara pemerintah dan perguruan tinggi dalam memperkuat kemandirian pangan bangsa,” pungkas Tigor.
Rektor UTM, Prof Dr Safi’, SH, MH mengungkapkan, pendirian prodi Teknologi Pangan merupakan wujud komitmen UTM dalam mendukung agenda prioritas Presiden RI Prabowo Subianto.
Sekaligus wujud implementasi Asta Cita keempat presiden yang menitikberatkan pada penguatan sistem pertahanan dan keamanan nasional.
“UTM kini memiliki 34 program studi aktif dan menargetkan 20 program baru hingga 2026. Termasuk Teknologi Pangan sebagai prodi baru yang berperan dalam membangun kemandirian pangan berbasis inovasi dan kearifan lokal,” ungkap Prof Safi’.
Melalui Prodi Teknologi Pangan, lanjutnya, UTM mampu mewujudkan terbangunnya food wisdom, kebijaksanaan terhadap sumber daya lokal, food intelligence, dan kecerdasan dalam mengelola pangan modern.
Sinergitas kebijakan pemerintah dan perguruan tinggi adalah kunci keberhasilan pembangunan pangan yang berkelanjutan.
Peluncuran Prodi Teknologi Pangan menjadi jawaban nyata sinergitas antara perguruan tinggi, pemerintah pusat maupun daerah, serta masyarakat dalam menjawab tantangan pangan di masa depan,” pungkasnya. *****
UTM Bangkalan
Prodi Teknologi Pangan
Badan Gizi Nasional (BGN)
inovasi pertanian di UTM
Bupati Bangkalan Lukman Hakim
food loss pasca panen
peran UTM dalam inovasi pangan
Bangkalan
SURYA.co.id
Meaningful
Multiangle
Eksklusif
| Jadwal Siaran Langsung Live RCTI Malam Ini Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Eropa |
|
|---|
| Sikap Vita Amalia ASN Dipecat karena Injak Alquran, Tak Terima dan Siap Tempuh Jalur Hukum |
|
|---|
| Pria Iseng Terekam Mencuri Pakaian Dalam Wanita di Gresik, Warga Malu Melapor Ke Polisi |
|
|---|
| Putusan MK: Kapolri Tak Lagi Bisa Tunjuk Polisi Aktif Duduki Jabatan Sipil |
|
|---|
| Setahun Kasus Penganiayaan ASN Di DPUTR Gresik Mengambang, Korban Akhirnya Polisikan Rekan Kerja |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/teknologi-pangan-di-UTM-Bangkalan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.