Jumlah Penerima Bansos di Jombang Menurun, Sistem DTSEN Dinilai Lebih Selektif dan Akurat
Jumlah penerima bansos di Jombang, Jatim, menurun. Sistem DTSEN dinilai lebih selektif dan akurat. Dinsos sebut itu justru tanda positif.
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Cak Sur
Ringkasan Berita:
SURYA.CO.ID, JOMBANG — Jumlah keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan sosial (bansos) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim), tercatat menurun pada tahun 2025.
Penurunan ini terjadi, seiring dengan pergantian sistem pendataan dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) ke Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
Data terbaru dari Dinas Sosial (Dinsos) Jombang, menunjukkan bahwa penerima Program Keluarga Harapan (PKH) kini berkisar di angka 50 ribu KPM, turun dari 61 ribu pada tahun 2024.
Sementara, penerima program sembako berkurang, dari 110 ribu menjadi sekitar 91 ribu keluarga.
Sistem DTSEN Dinilai Lebih Selektif
Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos Jombang, Albarian Risto Gunarto, menjelaskan bahwa penurunan jumlah penerima tidak semata-mata karena sistem baru, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika sosial ekonomi masyarakat.
“Ada warga yang pindah domisili atau kondisi ekonominya berubah. Misalnya, yang dulu masuk desil 5, bisa saja turun ke desil 4 karena penghasilan menurun,” ujar Risto, Senin (27/10/2025).
Sistem DTSEN hanya mencakup warga pada desil 1 hingga 5, atau kelompok berpenghasilan rendah.
Rumah tangga yang masuk desil 6 ke atas, otomatis tidak lagi berhak menerima bansos.
Penurunan Jumlah Penerima Bansos Dianggap Positif
Risto menilai, penurunan jumlah penerima bansos di Jombang bisa menjadi indikator positif.
“Kalau angka kemiskinan menurun, otomatis jumlah penerima bantuan ikut berkurang. Itu justru tanda positif,” imbuhnya.
Meski begitu, program Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan atau KIS masih mencatat kelebihan penerima.
Hal tersebut menunjukkan, bahwa layanan kesehatan gratis bagi masyarakat berpenghasilan rendah tetap terjaga.
Warga Bisa Ajukan Verifikasi Ulang
Sistem DTSEN memungkinkan pembaruan data secara cepat dan responsif. Warga yang merasa belum terdata atau mengalami kekeliruan klasifikasi, dapat melapor ke petugas pendamping untuk dilakukan verifikasi ulang.
“Kalau ada kesalahan, misalnya warga miskin masuk desil tinggi, data bisa segera dikoreksi. Prinsipnya, bantuan harus tepat sasaran,” tegas Risto.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang berharap, penerapan DTSEN dapat memperkuat transparansi dan akurasi penyaluran bansos, sehingga bantuan benar-benar menyentuh masyarakat yang paling membutuhkan.
penerima Bansos di Jombang menurun
DTSEN
Jombang
Kabupaten Jombang
Dinsos Jombang
Albarian Risto Gunarto
Berita Jombang
| Pemerintah Salurkan Jagung Subsidi Rp5.500/Kg, Disnak Jombang: Bantu Peternak Ayam Tekan Biaya Pakan |
|
|---|
| Koperasi Merah Putih Pulogedang Jombang Jadi Motor Ekonomi Desa Tanpa Saingi Toko Warga |
|
|---|
| Influencer Camp 2025, Ajang Mengemas Promosi Wisata Jombang Lebih Atraktif Di Tangan Anak Muda |
|
|---|
| Hadiri 2 Abad Ponpes Bahrul Ulum Jombang, KH Ma'ruf Amin Minta Santri Siap Menyambut Era Baru |
|
|---|
| Bisantren di Tebuireng Jombang, Santri Beradu Inovasi Untuk Kemandirian Ekonomi Berbasis Keislaman |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.