Cuaca Merusak Harga Tembakau, Hasil Rajangan di Jombang Laku Rp 32 Ribu Bahkan Daun Basah Rp 2.500
Budiono (42), petani sekaligus perajang asal Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu, mengaku kondisi ini membuatnya rugi besar
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, JOMBANG - Anjloknya harga tembakau pada musim panen tahun ini tidak hanya menekan para petani, namun juga memukul perajang dan tengkulak.
Rendemen rendah serta kualitas daun yang menurun membuat sebagian perajang memilih menghentikan sementara aktivitas produksi.
Budiono (42), petani sekaligus perajang asal Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu, mengaku kondisi ini membuatnya rugi besar.
Ia menyebut harga jual tembakau kering rajangan saat ini hanya berkisar Rp 32.000 hingga Rp 40.000 per KG. Itu pun untuk kualitas terbaik yang sulit diperoleh karena cuaca tidak mendukung.
“Kalau yang kualitas bagus non gula masih bisa Rp 40.000, tetapi barangnya jarang. Rata-rata sekarang hanya Rp 32.000 Rp 33.000, jelas lebih banyak ruginya,” kata Budiono, Selasa (23/9/2025) lalu.
Sementara harga daun basah terus melorot sejak awal September. Dari sebelumnya Rp 4.500-Rp 6.000 per KG, kini hanya laku Rp 2.500. “Turun terus sampai tiga pekan terakhir ini,” ujarnya melanjutkan.
Penurunan mutu juga dipicu hujan yang kerap turun di masa panen. Daun yang terpapar air hujan menjadi lebih cepat hitam, sulit kering, dan membuat hasil rajangan tidak laku dengan harga tinggi.
Rendemen yang biasanya 14-15 persen kini hanya 10-11 persen. “Penyusutannya terlalu tinggi. Ditambah penjemuran susah karena sering keburu hujan,” kata Budiono.
Kondisi ini diperparah minimnya serapan dari gudang tembakau. Banyak gudang membatasi pembelian karena pasokan menumpuk, sementara sejumlah pabrik rokok besar juga memperketat penerimaan bahan baku.
Akibat situasi tersebut, Budiono memilih mengurangi produksi. Dari biasanya 5 ton per hari, kini hanya mampu merajang sekitar 3 ton.
Bahkan beberapa hari ke depan, ia berencana menghentikan total kegiatan produksi sambil menunggu harga kembali stabil. “Kalau diteruskan, kerugiannya malah semakin besar. Jadi lebih baik berhenti dulu,” ungkapnya.
Suyanto, petani tembakau warga Desa Mangonan, Kecamatan Kabuh mengatakan, harga tembakau anjlok karena faktor cuaca.
"Pada intinya penurunan tembakau pada tahun 2025 ini karena faktor cuaca yang kadang hujan dan kadang panas," bebernya.
Faktor lain yang mempengaruhi anjloknya harga tembakau kali ini yakni banyak pabrik yang tidak mencari tembakau.
"Serta sekarang banyak pabrik yang tidak mencari tembakau karena banyak kurangnya rendemen. Itu yang membuat harga anjlok dan kemarin tembakau non gula harganya dari Rp 55.000 sampai Rp 60.000 per KG. Dan sekarang harganya antara Rp 45.000 sampai Rp 35.000, bahkan Rp 32.000," pungkasnya. *****
tembakau
harga tembakau turun
perajang tembakau Jombang rugi
cuaca ganggu panen tembakau
tembakau rajangan
panen tembakau
Jombang
SURYA.co.id
Lirik Sholawat Madaihuna Teks Arab, Latin dan Terjemahan |
![]() |
---|
Lirik Sholawat Ya Nabi Salam Alaika Lengkap, Tulisan Arab, Latin dan Arti |
![]() |
---|
Gencar Tertibkan Puluhan Kabel Optik Ilegal, Pemkab Jombang Tetap Beri Pembinaan Tanpa Sanksi |
![]() |
---|
Trik WhatsApp Cara Login WA dengan Email, Panduan Praktis dan Mudah Dipahami |
![]() |
---|
Hadapi Derasnya Informasi Digital, Bupati Gresik Tegaskan Pramuka Membentuk Kharakter Generasi Muda |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.