Kecelakaan Bus Di Sukapura Probolinggo

Gelagat Sopir Bus Rombongan RS Bina Sehat Sesaat Sebelum Kecelakaan di Probolinggo, Sudah Pasrah

Beginilah gelagat Albahri (57), sopir bus rombongan RS Bina Sehat Jember yang mengalami kecelakaan di Probolinggo. Pasrah rem blong.

Kolase instagram dan Polres Probolinggo
SOPIR BUS - Kolase foto bus Rombongan RS Bina Sehat yang kecelakaan di Probolinggo. Terungkap gelagat sopir bus. 

Sebanyak delapan korban dilaporkan meninggal dunia pada kecelakaan bus priwisata rombongan pegawai RS Bina Sehat Jember di Probolinggo Jawa Timur.

Direktur RS Bina Sehat Jember, dr Faida, mengatakan sebanyak 7 korban tewas di lokasi, dan 1 meninggal saat dirawat di RSD M Saleh Probolinggo.

"Kami sudah sampai di RSUD M Saleh untuk identifikasi Jenazah. Ada 7 meninggal di lokasi dan 1 lagi meninggal di RS belum tahu identitasnya," kata Faida melalui keterangan tertulis WhatsApp, Minggu (14/9/2025).

Menurutnya, korban meninggal dunia yang berhasil diidentifikasi, di antaranya bernama Hesty, ahli Gizi Rumah Sakit Bina Sehat

"Arti perawat, Hendra CS , Istri Hendra CS, Anak Hendra serta anak seorang perawat Maria," kata Faida.

Faida mengaku mengerahkan belasan mobil ambulan milik RS Bina Sehat untuk mengevakuasi rombongan kecelakaan di Probolinggo.

"Ada 5 Ambulan RS Bina Sehat, 11 Ambulan Merah Putih Bina Sehat, 1 Ambulan RS Al-Huda, 1 Ambulan RS Reda, dan satu Elf untuk korban yang selamat," tutur perempuan yang pernah menjabat sebagai Bupati Jember ini.

Pantauan di lapangan, RS Bina Sehat Jember juga menyediakan tenda bagi keluarga, yang menunggu kepulangan korban dari RS M Saleh Probolinggo.

Kecelakaan bus di Probolinggo ini kembali mengingatkan kita betapa krusialnya faktor keselamatan transportasi, terutama untuk kendaraan pariwisata yang mengangkut puluhan nyawa sekaligus.

Dari keterangan sopir, jelas bahwa masalah teknis seperti rem blong bukan sekadar gangguan kecil, tetapi bisa berubah menjadi bencana besar hanya dalam hitungan detik.

Tragedi ini menunjukkan betapa pentingnya perawatan armada secara berkala, pengecekan rem sebelum berangkat, hingga kesiapan sopir menghadapi kondisi darurat.

Meski sang sopir sudah berusaha menepi dan mengambil keputusan cepat, nyatanya insiden tetap tidak bisa terhindarkan.

Delapan korban jiwa yang meninggal bukan hanya angka dalam berita, melainkan nyawa manusia dengan keluarga yang menanti kepulangan mereka.

Setiap kecelakaan seperti ini seharusnya menjadi pelajaran bersama bagi perusahaan transportasi, pemerintah, hingga masyarakat agar standar keselamatan tidak pernah dinegosiasikan.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved