Kisah Lia Perajut Boneka dari Jombang, Merangkai Impian Lewat Keindahan Karya Flowgurumi

Rasanya beda dengan boneka pabrikan. Lebih personal, apalagi bisa request warna dan bentuk. Lucunya bikin nagih

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
surya/Anggit Puji Widodo (anggitkecap)
AMIGURUMI - Lia (30), perajut boneka asal Desa Sengon, Kecamatan/Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menunjukkann boneka-boneka hasil, karyanya yang langsung menarik perhatian banyak kalangan. 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Di sebuah rumah sederhana di Desa Sengon, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, gulungan benang berwarna-warni tersusun rapi. 

Dari situlah tangan terampil Lia (30) bergerak lincah, menyulap benang menjadi boneka kecil nan menggemaskan. 

Brand bernama Flowgurumi itu sudah menjadi jembatan bagi Lia untuk merajut karya, mimpi, sekaligus rezeki.

Hobi merajut sebenarnya sudah lama melekat pada diri Lia. Namun baru pada Desember 2023, ia memberanikan diri mengembangkan usaha. 

Boneka amigurumi menjadi produk andalan yang langsung menarik perhatian banyak kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. 

“Saya memang suka boneka, jadi lebih semangat kalau yang saya buat bisa juga disukai orang lain,” ucap Lia ketika ditemui, Jumat (5/9/2025). 

Meski begitu, proses penciptaan boneka-boneka lucu itu bukan perkara instan. Lia membutuhkan waktu antara 1-3 jam untuk menghasilkan satu boneka berukuran standar. 

Prosesnya dimulai dari memilih benang, menentukan pola, hingga merangkai rajutan tahap demi tahap. Butuh kesabaran dan ketelatenan, tetapi di situlah letak keindahannya.

Tidak berhenti pada produksi, Lia ingin berbagi kecintaannya terhadap rajut. Ia membuka kelas merajut dengan dua pilihan, privat berbayar dan workshop gratis. 

Di kelas privat, peserta diajari membuat karya khusus sesuai target, sementara kelas gratis biasanya berupa keterampilan sederhana seperti gelang atau makrame.

“Tujuan saya sederhana, agar orang punya kegiatan positif sekaligus bisa merasakan betapa menyenangkannya merajut,” tutur Lia.

Peserta kelasnya datang dari berbagai latar belakang dan usia. Ada anak sekolah dasar yang penasaran, ada pula ibu rumah tangga yang mencari kegiatan di sela rutinitas. 

Tidak semua bertahan sampai akhir, sebab merajut membutuhkan kesabaran ekstra. Namun Lia tak kecewa. “Yang penting mereka pernah mencoba. Kalau ada yang lanjut, itu bonus bagi saya,” ia melanjutkan. 

Meski sibuk dengan pekerjaan utamanya, Lia berusaha menjaga keseimbangan. Baginya, waktu menjadi tantangan terbesar.

Namun keinginannya untuk terus mengembangkan Flowgurumi membuatnya bertahan. 

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved