Berita Viral

Nasib Keluarga Pasien yang Paksa Dokter Syahpri Buka Masker: Minta Maaf, RSUD Sekayu Bantah Damai

Begini nasib keluarga pasien yang paksa dokter spesialis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Syahpri Putra Wangsa, buka masker. 

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
YouTube Tribun Sumsel/Sripoku Fajeri
LAPOR POLISI - (kiri dan tengah) Tangkap layar keluarga pasien VIP bersikap arogan ke dokter RSUD Sekayu, Dokter Syahpri Putra Wangsayang (kanan). 

SURYA.CO.ID - Begini nasib keluarga pasien yang paksa dokter spesialis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Syahpri Putra Wangsa, buka masker. 

Akhirnya pihak keluarga pasien VIP itu menyampaikan permintaan maaf setelah dilakukan mediasi di RSUD Sekayu, Rabu (14/8/2025).

Pertemuan pihak keluarga pasien dan dokter Syahpri terekam dalam video yang diunggah di akun Instagram @perawat_peduli_palembang

“Dengan tidak mengurangi rasa hormat, Bapak, Ibu, pejabat pimpinan RSUD Sekayu, saya terlebih dahulu memohon maaf atas terjadinya video yang viral kemarin di hari Selasa yang terjadi di ruangan tempat ibu saya dirawat,” ujar perwakilan keluarga pasien.

Dalam video lainnya yang diunggah oleh akun Instagram @pesonamuba.official, keluarga pasien terlihat bersalaman dengan dokter Syahpri, di mana keduanya saling berjabat tangan didampingi seorang pria berpeci hitam.

Proses Hukum Tetap Berjalan

Meski sudah meminta maaf, pihak RSUD Sekayu memastikan bahwa proses hukum terus berlanjut di Polres Muba.

“Pertemuan dengan keluarga pasien bukan bertujuan untuk menghentikan proses hukum, melainkan untuk memberi ruang klarifikasi dari keluarga pasien atau terduga pelaku."

"Pihak RSUD Sekayu akan tetap memastikan, mendampingi, mendukung, dan mengawal proses hukum yang tetap berlanjut sesuai ketentuan yang berlaku dan sepenuhnya menjadi kewenangan aparat kepolisian serta penegak hukum,” tegas Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Sekayu, drg Dina Krisnawati Oktaviani, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.

Baca juga: Sosok Neneng Rosdiyana yang Viral Sebut Demo Bupati Pati Sudewo Jadi Rambu Kuning Untuk Para Pejabat

Dina menjelaskan, hasil pertemuan tersebut akan menjadi pertimbangan terkait laporan yang dilayangkan oleh korban.

Mediasi itu juga dihadiri oleh Sekda Muba, Apriyadi, yang memastikan tidak ada intervensi dalam kasus tersebut.

“Kehadiran pejabat daerah dalam hal ini bertujuan memfasilitasi komunikasi dan mencegah eskalasi konflik, bukan untuk mengintervensi hukum,” tambahnya.

Manajemen RSUD Sekayu menegaskan, mereka tidak mentolerir aksi kekerasan terhadap tenaga medis.

Mereka berharap, masyarakat dapat menghormati para tenaga medis saat bertugas.

“Kami berharap seluruh pihak dapat menjaga komunikasi yang baik, menghormati prosedur pelayanan yang berlaku, dan bersama-sama menciptakan suasana kondusif demi pelayanan kesehatan yang optimal,” ungkap Dina.

Polres Muba Terima Laporan

Baca juga: Kronologi Keluarga Pasien VIP RSUD Sekayu Emosi ke Dokter Syahpri, Pegang Leher dan Buka Masker

Sementara Kapolres Muba, AKBP God Parlasro Sinaga, mengonfirmasi bahwa korban telah membuat laporan dan memastikan bahwa proses hukum laporan tersebut telah berjalan.

"Kami pastikan akan diproses sesuai prosedur yang berlaku. Buktinya, tadi pagi saya langsung asistensi yang dihadiri Kasat Reskrim dan Kasi Propam untuk memastikan kasus ini berjalan sesuai prosesnya," jelas God.

Dalam laporan tersebut, polisi telah memeriksa dua saksi untuk dimintai keterangan terkait kejadian yang menimpa dokter Syahpri.

“Nanti akan terlihat saat proses penyidikan, akan terlihat peristiwa itu melanggar pasal berapa."

"Apabila kedua belah pihak ini nantinya akan bertemu untuk mengupayakan hal kebaikan (upaya damai) tentu kita fasilitasi. Namun, selama belum ada perdamaian, proses hukum tetap berjalan,” ujarnya.

Kronologi Kejadian

Kasus ini dipicu oleh kemarahan keluarga pasien dengan dokter Syahpri saat melakukan memeriksa pasien lansia.

Keluarga pasien menuding dokter Syahpri bertele-tele dalam merawat ibunya yang tidak sadarkan diri dan didiagnosa sakit Tuberculosis (TBC).

"Ini dokter ini, ibu saya disuruh tunggu dahak. Tiap hari tunggu dahak, dikit-dikit tunggu dahak. Hasil rontgen, hasil rontgen, kita masuk sini biar pelayanan layak," ungkap keluarga pasien.

Pihak keluarga merasa sudah menyewa kamar VIP. Mereka berharap pasien bisa mendapatkan perawatan intensif dan cepat. 

"Kita sewa ruang VIP ini untuk pelayanan. Pelayanan yang bagus, pelayanan yang layak. Bukan sekadar disuruh nunggu."

"Kalau disuruh nunggu kita bisa pakai BPJS. Kita nggak mau pakai BPJS, nggak mau dimain-mainkan seperti kamu ini, kamu paham ya? Kamu harus paham ya," ujar pria perekam video tersebut. 

Kemudian, keluarga pasien mencecar dokter lantaran merasa pelayanan yang didapatkannya tidak sesuai dengan kamar VIP yang sudah disewa untuk perawatan. 

"Ini nyawa, ini mak saya, ini nyawa, jangan kamu kayaknya kesannya main-main. Kamu berdalih dengan menjelaskan hasil rontgen, menunggu air ludah. Ada semua prosedur, saya juga orang sekolah."

"Ngerti nggak? Dengar nggak? Saya juga orang sekolah, cuma kalau hasil rontgen, hasil rontgen, bukan begitu."

"Saya minta tindakan yang pasti. Kamu bilang ini ruangan sangat layak, sangat bagus. Mana layaknya ini, ini plafonnya begini, kamu bilang layak ini," ujarnya.

Paksa Buka Masker

Setelah melampiaskan kemarahan, muncul satu pria lagi yang langsung memaksa dokter Syahpri membuka masker.

Dokter Syahpri lantas membuka maskerya, setelah beberapa kali diintimidasi.

"Buka masker, ini nah dokternya. Dokter apa bagian apa, ngomong! Jelasin dekat ibu saya, jelasin sudah tiga hari ini kita masuk ruangan VIP cuma memperlihatkan hasil rontgen, ini dokter-nya ini. Pulang ke mana kamu?" ucap pria itu. 

Kendati dimaki-maki oleh keluarga pasien, dokter itu tetap tenang menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya. 

"Jadi, ibunya ke rumah sakit dengan kondisi tidak sadar. Dengan gula darah yang sangat rendah, kemudian tekanan darahnya tidak terkontrol."

"Kemudian kita lakukan pemeriksaan, didapatkan rontgen dan adanya gambaran indu trek atau gambaran pecah di paru-paru kanan," jelas dokter tersebut.  

"Kamu tahu indu trak itu apa?" tanya perekam. 

"Gambaran khas dari penyakit TBC," jawab dokter. 

Keluarga pasien itu tampaknya masih kurang puas setelah mendapatkan jawaban dari dokter. 

Ia kembali marah-marah karena menilai tidak ada pelayanan perawatan yang cepat. 

Sebab, setiap hari ibunya hanya pemeriksaan daha dan hasil rontgen. 

"Ini dokter karena saya sudah berapa tahun hidup orang ngecek TBC harus dari apa?" tanya pria tersebut. 

"Dahak," jawab dokter. 

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved