Prada Lucky Tewas

Yakin Prada Lucky Dianiaya Senior Sejak Lama Sebelum Tewas, Ibunda: Tak Hafal Nama Senior, Dipukul

Sepriana Paulina Mirpey, ibu kandung Prajurit Dua (Prada) Lucky Chepril Saputra Namo (23) meyakini sang putra sudah lama dianiaya senior.

Editor: Musahadah
kolase kompas.com/pos kupang
DIANIAYA - Sepriana Paulina Mirpey, ibu kandung Prada Lucky, prajurit TNI yang tewas diduga dianiaya seniornya. Ini pengakuannya. 

SURYA.CO.ID - Sepriana Paulina Mirpey, ibu kandung Prajurit Dua (Prada) Lucky Chepril Saputra Namo (23) meyakini sang putra tewas karena dianiaya seniornya. 

Sepriana membeber sejumlah fakta yang memperkuat keyakinannya itu. 

Dikutip dari tayangan Metro TV pada Jumat (8/8/2025), dia mengakui, Prada Lucky selama ini sangat baik laiknya anak rumahan. 

"Dia anak yang sipan, tidak pernah hal-hal yang buat saya marah. Ribut-ribut kecil, namanya orangtua," ungkap Sepri dalam sambungan telepon dengan Metro TV.

Diungkapkan Sepri, jauh sebelum Lucky dilarikan ke rumah sakit, dia sempat video call dengannya saat berada di rumah ibu angkatnya. 

Baca juga: Masa Lalu Prada Lucky yang Tewas Dianiaya Senior: 7 Kali Gagal Tes TNI, Baru 2 Bulan Jadi Prajurit

Saat itu Lucky sempat menunjukkan tubuhnya yang penuh luka. 

"Dia bilang, saya dicambuk sama senior. Disampaikan waktu dia ke rumah mama angkatnya. Sebelum dirawat di rumah sakit," ungkap Sepri. 

Saat itu Sepri melihat luka-lukanya sangat banyak, di paha, punggung hingga di tangan.

"Saya lihat sendiri," akunya. 

Oleh ibu angkatnya, luka-luka itu diobati dan dikompres. 

Lucky tidak mengungkapkan kesalahan apa yang diperbuat, hingga dia dianiaya seniornya.

"Dia hanya bilang,  Ma, saya dicambuk senior. Dia tidak kasih tahu apa-apa,"katanya. 

Saat itu, Lucky sempat menyebut satu nama senior yang menganiaya dia. 

Diakui Sepri, penganiayaan yang dialami Lucky sudah terjadi lama. 

Bahkan saat dia baru masuk, dia sudah diancam akan dipukul jika tidak hafal nama-nama seniornya. 

"Dia waktu ke sana, sempat kasih tahu mama kami harus menghafal nama-nama senipr. Kalau tidak hafal, kami dipukul. Disampaikan begitu. Saya pikir itu tradisi biasa. Saya tidak menyangka," sesal Sepri.  

Diakui Sepri, akhir-akhir sebelum Lucky meninggal dunia, dia kesulitan berkomunikasi dengan sang anak karena ponselnya disita komandannya. 

"Saya komunikasi itu kalau Dansi Intel kasih HP nya, saya berbicara. Itu pun sebentar. Saya dengar suaranya sudah beda,"katanya. 

Meski susah menghubungi, Sepri terus berusaha mengirimkan pesan WhatsApp ke Lucky, namun itu pun hanya dibaca, dan tidak ada balasan. 

"Mungkin karena saya WA terus dibaca Dansi. Saat itu diberi video call di Rumah Sakit, itu pun sebentar aja," katanya. 

Sebagai orangtua Sepri berharap semua pelaku yang menganiaya anaknya dihukum seberat-beratnya dan dipecat dari TNI. 

"Saya tidak terima anak saya sampai meregang nyaa. Saya menuntut keadulan, karena informasi yang saya lihat 20 orang. Saya minta semuanya diproses. Bukan hanya 4, tapi 20 orang," tegasnya. 

Terpisah, Kodam IX/Udayana akan menindak tegas prajurit yang terbukti terlibat dalam dugaan penganiayaan hingga menyebabkan tewasnya Prada Lucky.

Peristiwa ini menjadi perhatian serius jajaran TNI AD di wilayah tersebut.

“Kami ingin menegaskan bahwa tidak ada ruang di tubuh TNI AD bagi tindakan kekerasan, penyalahgunaan wewenang, atau perilaku menyimpang lainnya," kata Kepala Penerangan Kodam IX/Udayana Kolonel Inf Candra kepada wartawan, Jumat (8/8/2025).

Candra mengatakan, saat ini proses penyelidikan dan pemeriksaan terhadap para personel yang diduga terlibat sedang dilakukan oleh Subdenpom Kupang.

Dalam hal itu, pihaknya tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah terhadap terduga pelaku.

"Namun jika nanti terbukti bersalah, maka akan ditindak tegas sesuai hukum dan ketentuan yang berlaku di lingkungan militer," tegas Candra.

Ia juga menegaskan, TNI AD tidak mentolerir tindakan kekerasan, penyalahgunaan wewenang, atau perilaku menyimpang lainnya.

“Pimpinan kami telah berkomitmen penuh untuk menegakkan disiplin, serta memastikan bahwa seluruh prajurit menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme dan kemanusiaan dalam pelaksanaan tugas," ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, Prada Lucky meninggal dunia pada Rabu (6/8/2025), saat sedang menjalani perawatan intensif di Unit Perawatan Intensif (ICU) RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo.

Diduga, Prada Lucky meninggal akibat dianiaya beberapa orang seniornya.

Prada Lucky merupakan anggota Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere Nagekeo.

Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 21/Komodo, Letkol Inf Agus Ariyanto menyatakan bahwa kasus tersebut sedang ditangani penyidik Polisi Militer.

“Kita serahkan semuanya kepada penyidik dalam hal ini Polisi Militer,” ujar Agus saat dihubungi, Kamis (7/8/2025).

Ayah Akan Kejar Pelaku Kemanapun

(kiri) Jenazah Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23) dibungkus dengan sarung adat. (kanan) ucapan duka cita atas kematian Prada Lucky
(kiri) Jenazah Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23) dibungkus dengan sarung adat. (kanan) ucapan duka cita atas kematian Prada Lucky (Kolase Dok. Warga Nagekeo, Ignas via KOMPAS.com/Instagram)

Tewasnya Prada Lucky membuat Serma Christian histeris.

Sambil menengadahkan tangan kanannya dia berteriak di belakang mobil ambulans yang memuat jenazah putra tercintanya, Prajurit Lucky. 

Baca juga: Tabiat Prada Lucky Prajurit TNI yang Tewas Diduga Dianiaya Senior, Ayah: Saya Kejar Pelaku Kemanapun

Dengan suaranya bergetar, Christian yang mengenakan seragam pakaian dinas lapangan khas matra darat itu mempertanyakan kehadiran negara saat anaknya meninggal dengan cara tak wajar.

Berjalan mondar-mandir di halaman depan kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, Kamis (7/8/2025), Christian yang bertugas di Komando Distrik Militer (Kodim) 1627 Rote Ndao ini berulang kali meminta keadilan untuk anak lelaki sulungnya itu.

Beberapa kali rekan kerjanya berusaha menenangkan Christian, tetapi tetap saja tak mempan.

Dia terus saja mengumpat. 

"Kamu saksikan semua, yang bunuh anak saya sifat PKI, keji. Ingat baik-baik itu," kata Christian dengan lantang.

Kekecewaannya semakin memuncak, lantaran keinginan untuk mengotopsi jenazah anaknya di Rumah Sakit Wira Sakti Kupang dan Rumah Sakit Bhayangkara Kupang tak bisa terwujud. 

Di Rumah Sakit Wira Sakti, tidak ada tenaga dokter untuk mengotopsi jenazah.

Sementara itu, di Rumah Sakit Bhayangkara, dokter meminta surat pengantar dari polisi.

Christian hanya ingin membuktikan penyebab meninggalnya sang buah hati melalui otopsi.

Dia meminta negara harus untuk membantunya, termasuk juga mengungkap pelaku pembunuh anaknya.

"Saya masih sah jadi tentara, jiwa saya merah putih. Saya sudah 31 tahun berdinas TNI, baru pertama terjadi di diri saya. Apa ini balasan buat saya? Saya hanya menuntut keadilan, negara tidak bisa bantu saya kah?" katanya.

Beberapa rekan kerjanya, termasuk komandan dan keluarganya, terus saja membujuknya. 

Tak lama kemudian, Christian mulai melunak. Dia lalu meminta sopir ambulans untuk membawa jenazah putranya ke rumah duka di Rumah Dinas TNI Angkatan Darat, Kodim 1617 Rote Ndao, yang berada di Kuanino, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang.

Tiba di rumah duka, ratusan pelayat dan keluarga ikut menangis menyambut kedatangan jenazah Lucky.

Christian mengungkapkan bahwa putranya sempat curhat kepada dokter yang merawatnya bahwa dipukul senior di barak.

"Dia mengaku kepada dokter dipukuli oleh seniornya di barak," ujarnya, Kamis (7/8).

Christian tak terima anaknya dihajar hingga tewas. 

"Saya akan kejar pelakunya sampai ke mana pun. Anak saya sudah tidak ada, saya tuntut keadilan," tegasnya.

Ia mengungkapkan kondisi sang putra sebelum meninggal dunia.

Tubuh Prada Lucky Namo dipenuhi luka lebam dan sayatan. Ada juga luka seperti sulutan api rokok.

Pada bagian punggung korban penuh bekas hantaman benda keras, sementara lengan dan kakinya terdapat luka bakar mirip sundutan rokok.

Sersan Mayor Christian Namo menduga, putranya tewas akibat ginjal pecah dan paru-paru bocor.

Pernyataan Christian ini dibuktikan dengan dua foto yang beredar.

Foto pertama Prada Lucky Namo dibaringkan menyamping, dibantu petugas yang memakai sarung tangan.

Dia tidak memakai baju sehingga bagian belakangnya terekspose. Tampak bekas luka menyebar di sekujur belakangnya, dari pinggang sampai ke bahu.

Diduga foto itu diambil saat petugas hendak memandikan jenazah Prada Lucky Namo saat berada di RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo.

Foto kedua Prada Lucky Namo tidur tengadah. Meski ditutup kain putih namun bagian perut dan dadanya terekspose.

Dada bidangnya tertempel beberapa alat medis. Luka lebam tampak jelas terlihat di dada dan perut.

Lewat dua foto ini, menguatkan dugaan bahwa Prada Lucky Namo menjadi korban penganiayaan. 

Seorang warga yang membantu mengurus jenazah Prada Lucky Namo mengungkapkan bahwa tubuh anggota Batalyon Teritorial Pembangunan/834 Wakanga Mere ( Yonif TP/834/WM ) Nagekeo ini dipenuhi luka lebam dan sayatan di beberapa bagian.

Siapakah Serma Christian Namo

Serma Christian sudah 31 tahun menjadi anggota TNI. 

Prada Lucky adalah anak kandungnya dengan Sepriana Paulina Mirpey.

Saat ini Serma Christian bertugas di Kodim 1627 Rote Ndao.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kodam Udayana Janji Tindak Tegas Prajurit yang Terlibat Kasus Tewasnya Prada Lucky"

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved