Panen Raya Kopi Robusta, Petani Jember Kecewa Harga Malah Merosot Sampai 50 Persen

Di sisi lain, kata dia, curah hujan di kawasan Jember memang cukup tinggi, hal ini mengakibatkan proses penjemuran kopi butuh waktu cukup lama.

Penulis: Imam Nahwawi | Editor: Deddy Humana
surya/imam nahwawi (imamNahwawi)
HARGA KOPI MURAH - Warga menjemur kopi di lapangan Desa Garahan, Kecamatan Silo Jember, Minggu (3/8/2025). Harga kopi di tingkat petani Jember menurun tahun ini. 

SURYA.CO.ID, JEMBER - Hukum ekonomi juga berlaku untuk komoditas kopi saat masa panen. Pekan ini harga kopi jenis robusta di tingkat petani di Jember mengalami penurunan selama musim panen raya.

Kondisi tersebut membuat petani kopi di Desa Garahan, Kecamatan Silo kecewa. Meski, mereka sebenarnya tidak sampai mengalami kerugian dari kejatuhan harga hingga 50 persen itu.

Abdus Salam, salah seorang petani Kopi mengatakan, harga panen tahun ini kisaran Rp 48.000 per KG oce atau kopi kering. Dan harga tersebut ditentukan oleh pengepul.

"Sementara untuk kopi glondongan, harganya Rp 15.000 per KG atau atau Rp 1,5 juta per kuintal," kata Salam, Senin (5/8/2025).

Sementara tahun sebelumnya, kata Salam, untuk kopi robusta glondongan dihargai Rp 30.000 per KG atau Rp 3 juta untuk satu kuintal. "Sementara untuk oce atau kopi kering, harganya bisa tembus Rp 75.000 per KG," kata Salam.

Di sisi lain, kata dia, curah hujan di kawasan Jember memang cukup tinggi, hal ini mengakibatkan proses penjemuran kopi butuh waktu cukup lama.

"Kalau cuaca normal, empat hari penjemuran kopi sudah kering. Tetapi kalau hujan kayak kemarin sampai tiga hari, penjemuran bisa makan waktu sepekan," imbuh Salam.

Salam menjelaskan, untuk kualitas kopi petani hasil panen ini sebetulnya sama dengan tahun sebelumnya, cuma harganya berbeda.

"Karena bagi petani, nomor satu adalah harganya. Kalaupun kualitasnya bagus, tetapi harganya melorot, percuma tidak setara dengan biaya produksi," imbuhnya.

Ia merinci, jika kondisi buah bagus maka dalam satu hektare lahan bisa menghasilkan 2 ton kopi dalam kondisi glondongan.

"Itu untuk jenis robusta, sebab petani di sini tidak minat menanam jenis Arabika. Karena biji kopinya kecil-kecil, jadi petani petani tidak suka menanamnya," papar Salam. *****

 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved