Berita Viral

7 Pengakuan Prof Koentjoro Soal Kasus Ijazah Jokowi: Marahi Rismon Sianipar, Kritik Keras Roy Suryo

Pengakuan Mantan Ketua Dewan Guru Besar Prof Koentjoro terkait kasus ijazah Jokowi tengah ramai jadi sorotan. Marahi Rismon Sianipar.

Kolase Kompas TV dan Tribun Solo
KASUS IJAZAH JOKOWI - Kolase foto Prof Koentjoro dan Jokowi. Simak sederet Pengakuan Prof Koentjoro Soal Kasus Ijazah Jokowi. 

Dalam debat itu, Rismon menyoroti transkrip nilai Jokowi yang ditunjukkan pihak kepolisian, karena dianggap tidak sesuai standar.

Ia menyebut, dokumen itu ditulis tangan dan berbeda dengan format resmi transkrip tahun 1980-an.

Namun, Prof Koentjoro membantah klaim tersebut dan menjelaskan bahwa dokumen tulisan tangan merupakan hal lazim di UGM pada masa itu.

Ia menekankan bahwa interpretasi Rismon tidak didukung oleh konteks sejarah administrasi akademik kampus.

“Saya pun punya dokumen yang menunjukkan hal serupa. Tapi saya tidak berhak mempublikasikannya,” katanya.

Ia juga mempertanyakan legalitas Rismon mengakses dokumen yang belum final atau masih berupa draf.

4. Merusak Citra Institusi

Dalam kesempatan berbeda, tepatnya dalam diskusi Dialektika Madilog Forum di YouTube Forum Keadilan (21 Juli 2025), Koentjoro menyatakan bahwa isu ijazah Jokowi bukan semata soal asli atau palsu, melainkan soal kepercayaan publik.

“Universitas punya arsip. Fakultas juga punya catatan akademik lengkap. Itu asli. Tapi lebih dari itu, nama baik UGM yang kini dipertaruhkan,” tegasnya.

Ia menuding bahwa Roy Suryo, Rismon, dan dr. Tifa telah merusak reputasi institusi akademik dengan narasi yang menurutnya menyesatkan publik.

Baca juga: Marahi Rismon Sianipar karena Kasus Ijazah Jokowi, Prof Koentjoro Tuding Alumnus UGM Ini Bermain

5. Kritik Keras Roy Suryo Cs

Koentjoro menyoroti peran Roy Suryo yang kerap menyampaikan opini lewat media sosial.

Menurutnya, jika Roy mengaku sebagai peneliti, maka ia seharusnya memahami kode etik profesi.

“Peneliti tidak menyebarkan stigma. Kalau ingin melaporkan, salurkan ke pihak berwenang, tidak perlu bawa massa atau membuat opini di ruang publik,” ujarnya.

Ia membandingkan dengan forum guru besar yang pernah mengkritik Jokowi secara formal dan akademis, bukan melalui provokasi harian.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved