Berita Viral
Alasan Motif Kematian Arya Daru Disembunyikan Polisi, Susno Duadji Ucap Tak Layak, Keluarga Syok
Polisi belum mengungkap motif di balik kematian diplomat Arya Daru Pangayunan yang disebut sengaja mengakhiri hidup.
SURYA.CO.ID - Polisi belum mengungkap motif di balik kematian diplomat Arya Daru Pangayunan yang disebut sengaja mengakhiri hidup.
Polisi baru mengungkap fakta-fakta, bukti-bukti dan kronologi kejadian yang menguatkan kesimpulan tersebut.
Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya memastikan penyebab kematian korban karena gangguan pertukaran oksigen pada saluran pernafasan atas yang menyebabkan mati lemas.
Polisi menyimpulkan tidak ada unsur pidana dan Arya meninggal karena melilitkan lakban sendiri.
Hasil penyelidikan menunjukkan Arya Daru meninggal dunia tanpa keterlibatan pihak lain.
Baca juga: 4 Bukti Ungkap Penyebab Kematian Arya Daru Bukan Pidana, CTM hingga Akses Layanan Kesehatan Mental
Belum adanya motif di balik kematian Arya Daru ini dipertanyakan Mantan Wakapolri Komjen (purn) Oegroseno.
"Ini menarik bagi seorang penyidik Polri ya, ke depan bahwa mengungkap motif itu juga bagian dari penyidikan yang jangan ditinggalkan," kata Oegroseno dikutip Tribun Bogor, Selasa (29/7/2025).
Oegroseno juga menyinggung hasil pemeriksaan psikologi korban yang mengarah ke permasalahan mental individu korban.
"Apa yang tidak diberikan yang terbaik oleh negara kepada almarhum ?," kata Oegroseno.
Hal ini menurutnya bisa menjadi pelajaran baru untuk ke depannya.
Selain itu, Oegroseno juga menilai Polisi tidak hanya melihat keterangan saksi dan ahli.
Di bagain lain, Mantan Kabareskrim Komjen (purn) Susno Duadji memiliki jawaban terkait alasan polisi tidak mengungkap motif kematian Arya Daru.
Diakui Susno, dalam kasus ini memang ada hal-hal yang tidak sampai dikemukakan secara vulgar ke publik, seperti alasan korban melakukan tindakan itu.
Hal itu, menurutnya karena menyangkut masalah keluarga kaitannya dengan istri, orangtua dan anak.
"Itu menjadi perhatian khusus. Seandainya hal demikian menimpa pada kita semua, tidak layak dikemukkan kepada publik," katanya.
Susno yakin polisi telah memanggil keluarga dan orangtua korban untuk menyampaikan latar belakang sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan.
Terlepas dari itu, Susno mengakui langkah yang diambil Polri sudah on the track sesuai SOP dan peraturan yang berlaku.
"Mereka cermat sekali dalam mengumpulkan alat bukti scientific maupun alat bukti dari keterangan saksi, ahli, hasil otopsi, dan lain-lain. Sudah tepat, karena alat bukti satu dan lain saling mendukung, saling bersesuaian," tegasnya.
Keluarga Syok dan Berencana Cari Pengacara
Di bagian lain, keluarga Arya Daru meyakini almarhum tidak meninggal akibat bunuh diri.
Kakak ipar Arya Daru, Meta Bagus menjelaskan, selama hidupnya, ADP dikenal sebagai sosok yang ceria dan senang membantu orang lain.
Berdasarkan pengamatan keluarga selama bertahun-tahun, mereka meyakini bahwa ADP tidak mungkin melakukan tindakan bunuh diri.
"Kami melihat pengamatan kami terhadap yang bersangkutan itu selama bertahun-tahun. Jadi cukup kami sampaikan bahwa kami meyakini almarhum tidak seperti itu," kata Bagus.
Saat ini, keluarga sedang mempertimbangkan untuk mencari kuasa hukum.
"Opsi itu (mencari kuasa hukum) masih dibicarakan," ujarnya.
Keluarga berharap agar penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian tidak dihentikan.
Bagus menegaskan keyakinan bahwa polisi akan terus melanjutkan penyelidikan.
"Betul (proses penyelidikan berlanjut). Karena tadi dari Direskrimum juga sudah menyampaikan bahwa ini belum tuntas, ya. Berarti kan masih ada hal-hal yang perlu didalami lagi oleh beliau-beliau, para penyidik," ungkapnya.
Keluarga meyakini bahwa penyelidikan yang dilakukan akan mengungkap kebenaran.
"Pada waktunya nanti, kami juga percaya kebenaran akan terungkap dengan terang, dan membawa keadilan dan ketenangan bagi Daru juga bagi yang ditinggalkan," tambahnya.
Bagus juga mengungkapkan bahwa keluarga masih dalam kondisi syok dan berduka selepas konferensi pers yang digelar Polda Metro Jaya di Jakarta.
"Saat ini kami masih dalam posisi berat, masih syok dan sangat berduka," ujarnya.
Bagus juga mengungkap kondisi istri ADP, Pita, yang syok.
"Saya agak ngenes (kasihan) jawabnya," ujar dia singkat, Selasa (29/7/2025).
Saat ini, istri ADP yakni Pita berada di Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Bagus menyampaikan, saat ini Pita sedang dalam menjalani proses-proses sulit.
"Saat ini ada di sini (Bantul). Baru sedang menjalani proses ini semua. Kan bukan hal yang mudah bagi Pita untuk menjalani proses ini, mencerna ini semua," kata dia.
Untuk membesarkan hati adiknya, Bagus meminta doa dan dukungan kepada masyarakat agar keluarga mampu menjalaninya.
"Makanya kami atas nama keluarga, juga mohon doa kepada teman-teman dari pers, kepada masyarakat Indonesia juga, untuk mendoakan almarhum dan keluarganya. Kurang lebih seperti itu," ujar dia.
Menanggapi pernyataan polisi mengenai akses ADP terhadap layanan bantuan kesehatan mental secara daring pada tahun 2021, Bagus menegaskan bahwa hal tersebut merupakan urusan pribadi almarhum.
"Namanya konsultasi ya, mengenai berbagai macam hal terkait dengan materi apa pun itu, saya rasa itu kan merupakan hal pribadi," katanya.
Meskipun demikian, Bagus menegaskan bahwa ADP tidak pernah mengeluhkan tekanan atau beban kerja.
"Perlu kami sampaikan juga bahwa namanya orang bekerja itu kan pasti ada beban. Hanya saja sepemahaman dan sepengamatan kami terhadap Daru itu sampai sejauh ini tidak pernah menceritakan beban-beban berat yang ada," jelasnya.
Terkait dengan ditemukannya obat-obatan seperti paracetamol di kosan ADP, Bagus menyatakan bahwa hal tersebut adalah hal yang lumrah jika seseorang merasa sakit.
"Namanya orang sakit itu kan lumrah, ya. Kadang kita pusing, ya minum Paracetamol," ujarnya.
Bagus juga menambahkan bahwa komunikasi antara ADP dan istrinya berjalan baik.
"Memang segala sesuatu itu didiskusikan, dikomunikasikan antara suami dan istri ini, dengan cukup baik," imbuhnya.
Ajak publik kawal kasus Ia mengajak publik untuk ikut mengawal proses hukum kasus ini dengan empati dan obyektivitas.
"Kami juga mengajak kepada teman-teman media dan masyarakat luas, untuk ikut mengawal jalannya proses ini dengan empati, kemudian informasi yang cukup berimbang dan objektif," kata Meta.
Keluarga sangat menghargai dukungan dari masyarakat terhadap kasus ini.
"Kami sangat, sangat menghargai sekali dukungan dari teman-teman media dari seluruh masyarakat Indonesia mengenai kasus ini," tambahnya.
Mereka berharap penyelidikan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dapat mengungkap fakta sebenarnya di balik kematian ADP.
"Kami juga percaya bahwa pihak yang berwajib bekerja berdasarkan kaidah-kaidah pekerjaannya yang baik," tutupnya.
Kandungan CTM hingga Akses Layanan Kesehatan Mental

Sebelumnya, penyelidik Polda Metro Jaya bersama Subbid Toksikologi Puslabfor Polri juga melakukan uji pada organ dan cairan tubuh korban.
AKP Ade Laksono dari Toksikologi Puslabfor Polri memastikan sudah meneliti otak, empedu, limpa, hati, ginjal, lambung, darah, urine.
Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi senyawa toksin, apakah ada di organ atau cairan tubuh tersebut, antara lain, obat-obatan atau bahan kimia.
Hasilnya, seluruh organ dan cairan tubuh, tidak terdeteksi senyawa toksin, seperti pestisida, sianida, arsenik, alkohol maupun narkoba.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan dan menemukan kandungan paracetamol di otak, kandungan chlorpheniramine atau CTM di empedu, hati, dan limpa.
Lalu kandungan paracetamol dan chlorpheniramine di ginjal dan urine serta kandungan chlorpheniramine di lambung dan darah.
"Kesimpulannya pemeriksaan tidak terdeteksi senyawa toksin umum. Namun ditemukan kandungan paracetamol dan klor," terangnya.
Sesuai studi literatur chlorpheniramine atau CTM adalah antihistamine yang dapat meredakan gejala alergi seperti hidung tersumbat dan menimbulkan efek mengantuk.
Sementara paracetamol dipakai untuk meredakan nyeri.
"Ini menunjukkan sdanya konsumsi atau paparan obat sebelum kematian," tegas Ade Laksono.
Sementara itu, Ipda Saji Purwanto dari Ditressiber Polda Metro Jaya menjelaskan, pihaknya telah meneliti 20 titik CCTV yang ada di kantor Kemenlu, mal GRand Indonesia dan tempat kos Arya Daru.
Hasilnya, pihaknya tidak menemukan adanya gerakan atau motion atau muatan tindakan kekerasan fisik.
"Tidak ada pemotongan video. Tidak ada gerakan-gerakan yang memiliki muatan adanya tindakan kekerasan," tegas Ipda Saji.
Selain itu, tim Diressiber juga meneliti perangkat handphone milik korban yang aktif pertama tanggal 29 juni 2019 dan terakhir 20 september 2022.
Dari pemeriksaan ini, pihaknya menemukan pengiriman email ke salah satu badan amal yang menyediakan layanan dukungan orang yang memiliki emosional, perasaan tertekan dan putus asa termasuk yang menyebabkan bunuh diri.
"Kami menemukan 2 segmen, pertama 2013, tanggal 20 juni 2013- sampai 20 juli 2013.
Menceritakan alasan ada keinginan bunuh diri. Kemudian tahun 2021, dimulai 24 September sampai 5 OKtober 2021. Terdapat 9 segmen, intinya, ada niatan yang semakin kuat untuk melakukan bunuh diri karena problem yang dihadapi," katanya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tanggapi Kesimpulan Polisi, Keluarga Diplomat Kemlu ADP Syok, Yakin Bukan Bunuh Diri, dan Siapkan Pengacara"
===
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.
Klik di sini untuk untuk bergabung
Arya Daru Pangayunan
penyebab kematian Arya Daru
diplomat tewas di kamar kos
kematian Arya Daru Pangayunan
Susno Duadji
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
Akhir Nasib Rosdewi Driver Ojol di Jambi yang Kena Suspend Imbas Tagih Rp 30 Ribu, Trauma Berat |
![]() |
---|
Teka Teki Temuan Alat Kontrasepsi Dan Pelumas Di Tas Dan Kamar Arya Daru, Ini Kata Polisi |
![]() |
---|
4 Fakta Kondisi Terakhir Arya Daru Sebelum Tewas, Akses Layanan Kesehatan Mental Sejak 2013 |
![]() |
---|
Kondisi Terkini Meta Ayu Istri Arya Daru usai Penyebab Kematian Suaminya Terungkap, Kakak: Kasihan |
![]() |
---|
Kisah Risma dan Sofi, Anak Pedagang dan Tukang Las yang Lolos Kuliah di ITB dengan Beasiswa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.