Penutupan Jalur Gumitir

Driver Ojol di Jember Berhenti Beroperasi Akibat Krisis BBM, Orderan Masuk Terpaksa Diabaikan

Misalnya driver tersebut punya cadangan BBM, tetapi dapat orderan jauh maka memilih tidak mengambil pesanan tersebut.

Penulis: Imam Nahwawi | Editor: Deddy Humana
surya/imam nahwawi (imamNahwawi)
DAMPAK KRISIS BBM - Antrean kendaraan terlihat di depan SPBU Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Selasa (29/7/2025). Krisis BBM akibat penutupan jalur Gumitir akhirnya memaksa para driver ojek online berhenti operasi. 


SURYA.CO.ID, JEMBER - Roda ekonomi riil di Jember seperti tidak berputar gara-gara kelangkaan BBM tidak kunjung diselesaikan. Hal ini juga  berdampak pada pendapatan penyedia jasa transportasi online, seperti ojek online (ojol).

Hingga hari keempat krisis BBM tersebut, para driver ojol di kawasan Jember Kota nampak sepi, dan jarang yang berlalu lalang.

Ketua Forum Komunikasi Jember Online Bersatu (FKJOB), Deddy Novianto mengatakan, driver ojol terpaksa tidak beroperasi sejak Senin (28/7/2025) atau hari ketiga krisis BBM.

"Fenomena ini membuat kerja teman-teman (driver) terhambat, karena kekurangan suplai BBM," kata Deddy, Selasa (29/7/2025).

Menurutnya, banyak konsumen yang tidak mendapatkan driver. Para ojol memilih membiarkan orderan tersebut, karena suplai BBM di kendaraan sangat tipis.

"Saya tadi malam pesan juga tidak dapat, karena driver yang bekerja sangat sedikit atau masih antre BBM di SPBU," kata Deddy.

Misalnya driver tersebut punya cadangan BBM, tetapi dapat orderan jauh maka memilih tidak mengambil pesanan tersebut.

"Teman-teman tetap rasional, dari pada berangkat ambil pesanan tetapi tidak bisa pulang, kan repot. Soalnya kelangkaan BBM terjadi di semua SPBU di Jember," kata Deddy.

Menurutnya, minimnya driver ojol yang beroperasi di jalanan secara otomatis akan menaikkan tarif kepada konsumen yang berkali-kali memesan ojol.

"Kenaikan tarif bukan karena BBM, tetapi karena drivernya sepi. Soalnya ketika ketika konsumen pesan driver, dan ter-cancel berkali-kali, otomatis sistem menaikan tarifnya," imbuh Deddy.

Deddy mengungkapkan kenaikan tarif tersebut sangat signifikan ketika dua hari ini driver tidak beroperasi. Biasanya tarifnya Rp 30.000 menjadi Rp 50.000.

"Misal order lagi akan naik lagi menjadi Rp 55.000, kalau tetap pesan lagi akan terus naik. Karena memang tidak ada driver, dan driver mau ambil tidak punya BBM," tuturnya.

Deddy menjelaskan, kelangkaan BBM ini bukan disebabkan kurangnya pasokan, tetapi karena pengiriman dari Pertamina ke SPBU terhambat.

"Masyarakat juga agak panik. Meskipun tangki kendaraan masih setengah, tetapi masih ikut antre di SPBU. Hal itu karena tidak ada penjelasan mengenai kelangkaan BBM ini," ulasnya. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved