Ketika Gen Z Memilih Blackberry: Menata Ulang Panggung Kehumasan di Tengah Kebisingan Digital
Fenomena ini sedang marak di platform media sosial TikTok. Salah satunya maraknya penggunaan hashtag blackberry (#blackberry)
Karena kebanyakan mereka tenggelam di antara meme, hoaks, dan konten receh yang lebih “menggoda” algoritma.
Kita hidup di era information surplus but meaning deficit. Setiap hari publik disuguhi konten, namun jarang diberikan waktu apalagi ruang untuk memahami maknanya.
Di sinilah kebisingan digital terbentuk, ketika komunikasi berlangsung masif tapi kehilangan arah. Bahkan banyak yang ikut-ikutan dalam euforia memproduksi konten viral tanpa narasi, mengejar eksistensi alih-alih membangun kepercayaan.
Dalam rangka melihat realitas yang ada, humas saat ini tidak bisa hanya sekadar menjadi juru bicara formal yang selalu menyampaikan data.
Ia harus menjadi narator yang mampu menyusun cerita mulai dari angka, wajah dari kebijakan, dan empati dari birokrasi. Komunikasi harus dibangun bukan untuk memukau, tetapi lebih dapat menyentuh masyarakat dan memanusiakan peran institusi kepada masyarakat.
Belajar dari Generasi Digital
Kembalinya Gen Z ke Blackberry, atau setidaknya ke perangkat yang tidak mengedepankan notifikasi kini menjadi cermin.
Mereka mendambakan komunikasi yang lebih dalam dan lebih manusiawi. Mereka memilih slow media bukan karena anti-teknologi, melainkan karena ingin merestorasi makna hidupnya.
Dalam konteks ini, humas pemerintah perlu mengevaluasi ulang panggung komunikasi yang dibangunnya, apakah kita terus berteriak di tengah keramaian? Atau mulai memilih untuk berbicara dengan jeda, dan mendengar dengan lebih seksama?
Panggung kehumasan ke depan harus dibangun dengan prinsip kejelasan, kedalaman, dan kepercayaan. Narasi harus lebih bermakna, pesan harus dikontekstualisasikan, dan komunikasi harus dibangun sebagai hubungan timbal balik. Jadi bukan sekadar tayangan satu arah.
Sebagai humas di tengah kebisingan terjadi saat ini, komunikasi sudah seharusnya terjalin dalam dua arah tanpa harus terus memborbadir dengan banyak konten di media sosial.
Apakah penetrasi informasi dapat tersampaikan begitu Gen-Z sudah mulai tidak lagi tertarik untuk menggunakan Smartphone:
Keheningan yang Bermakna
Jika generasi digital saat ini mulai merindukan ketenangan, maka sudah saatnya kita sebagai komunikator publik meninjau ulang orientasi kita. Kehumasan masa depan bukan tentang siapa yang paling nyaring, tetapi siapa yang paling bermakna.
Dan seperti Gen Z yang memilih Blackberry, mungkin kita pun perlu kembali bukan ke masa lalu, tetapi lebih memanfaatkan esensi komunikasi untuk mendengar lebih banyak, berbicara lebih bijak, dan menyampaikan pesan dengan hati.
(I Gede Alfian Septamiarsa, Pranata Humas Ahli Muda Biro Administrasi Pimpinan Setda Prov. Jatim.)
Sosok Adrianus Agal, Pengacara yang Bongkar Peran F Diduga Oknum Aparat Pembunuh Bos Bank Plat Merah |
![]() |
---|
Guru Besar UPN Beri Solusi untuk Akhiri Kasus Ijazah Jokowi, Berkaca Dari Kasus Bahlil Lahadalia |
![]() |
---|
Rekam Jejak Hakim I Ketut Darpawan yang Gugurkan PK Silfester Matutina, Raih Antigratifikasi Award |
![]() |
---|
Gelagat Bupati Pati Sudewo Setelah Diperiksa KPK, Masih Ngotot Tak Mau Mundur: Saya Akan Amanah |
![]() |
---|
Kualifikasi Piala Asia U23 2026: Jadwal, Lawan Timnas Indonesia, Di Stadion Gelora Delta Sidoarjo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.