Berita Viral 

Dedi Mulyadi Kena Sentil Imbas Ubah Jam Masuk Sekolah Pukul 6, Mendikdasmen Singgung Aturan Ini

Gebrakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang akan menerapkan jam masuk sekolah pukul 06.00 WIB, mendapat tanggapan dari Mendikdasmen, Abdul Mu'ti.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kompas.com Dinda Aulia/Firda Janati
ATURAN JAM MASUK SEKOLAH - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di Universitas Indonesia (UI), Selasa (27/5/2025). Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti saat ditemui di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta Pusat, Selasa (3/6/2025) 

SURYA.CO.ID - Gebrakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang akan menerapkan jam masuk sekolah pukul 06.00 WIB, mendapat tanggapan dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti.

Abdul Mu'ti menegaskan, sudah ada aturan resmi mengenai durasi sekolah.

Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 mengenai Pendidikan Karakter.

"Jadi begini ya, ini kan ada ketentuan kementerian tentang berapa lama belajar di sekolah, kemudian juga hari-hari sekolah itu ada ketentuannya di kementerian," tegas Mu'ti, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.

Mu'ti lantas meminta semua pihak, termasuk Dedi Mulyadi, untuk mengikuti kebijakan yang sudah ditetapkan negara.

"Jadi sebaiknya semua pihak memahami apapun kebijakannya. Kami harapkan senantiasa mengacu kepada apa yang sudah menjadi kebijakan di kementerian," ucapnya.

Ubah Jam Sekolah

Dedi Mulyadi, bakal mengubah jam belajar mengajar sekolah untuk siswa tingkat dasar hingga atas menjadi lebih pagi, yaitu pukul 06.00 WIB, mulai Juni 2025.

Dedi Mulyadi juga menyeragamkan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah yang akan berlangsung dari Senin hingga Jumat.

"Saya mengajak kepada bupati dan wali kota (para pelajar) hari belajarnya sampai hari Jumat, Sabtu-Minggu libur," ujar Dedi Mulyadi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (30/5/2025).

Baca juga: 12 Gebrakan Dedi Mulyadi di 100 Hari Kerja Gubernur Jabar, Program Diakui Terbaik se-Indonesia

"Sekarang SMA sampai hari Jumat, SMP sampai hari Sabtu, harusnya menurut saya di Jawa Barat diseragamkan, semua proses belajar mengajar sampai hari Jumat," tuturnya.

Dedi mengatakan, semasa menjabat sebagai Bupati Purwakarta dua periode, dirinya pernah menerapkan aturan tersebut.

Dia pun mengeklaim aturan belajar lebih pagi telah berhasil menciptakan situasi kondusif bagi tumbuh kembang para peserta didik.

"Dulu waktu menjadi Bupati Purwakarta, saya bupati pertama yang membuat hari belajar sampai hari Jumat dan jam pelajarannya mulai pukul 06.00 pagi. Tidak apa-apa mulai pukul 06.00, tetapi belajarnya kan sampai Jumat," katanya.

Semua bupati dan wali kota di Jabar diharapkan memperhatikan aturan ini dan menerapkannya secara optimal sehingga tidak ada perbedaan antardaerah.

"Mudah-mudahan para bupati, wali kota, sama dengan Gubernur Jawa Barat," ucap Dedi.

Kebijakan ini ditolak sebagian orangtua siswa dan guru serta dikritik habis-habisan oleh Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Jawa Barat.

Ketua Fortusis Jabar, Dwi Subianto mengatakan, terkait kebijakan tersebut tentu aturannya harus jelas, terutama ketika siswa sudah tiba di sekolah atau sudah berada di kelas pada pukul 06.00 WIB.

"Kalau itu digunakan untuk pengajian ya gak apa-apa, bagus. Tapi jam 6 pagi itu mau ngapain saja, apakah ada yang namanya pengajian atau apa, gak mungkin kalau olahraga," ujarnya saat dihubungi, Minggu (1/6/2025), melansir dari Tribun Jabar.

Atas hal tersebut, Dwi mewanti-wanti jika pemerintah ingin mengubah kurikulum, tentunya harus ada induk acuannya agar tidak merugikan masyarakat, mengingat di masing-masing satuan ada induk kurikulumnya.

DEDI MARAHI PERSIKAS - Gubernur Jawa Barat, Desi Mulyadi dan sejumlah suporter Persikas Subang. Terungkap Alasan Suporter Persikas Subang Bentangkan Spanduk hingga Bikin Dedi Mulyadi Murka.
DEDI MARAHI PERSIKAS - Gubernur Jawa Barat, Desi Mulyadi dan sejumlah suporter Persikas Subang. Terungkap Alasan Suporter Persikas Subang Bentangkan Spanduk hingga Bikin Dedi Mulyadi Murka. (koalse instagram)

"Jadi ada blue books, ada kisi-kisinya, nah itu jangan diubah. Maka sebelum diputusin masuk pagi itu, harus ada bedah kurikulum induk dulu, terus konten apa yang harus disisipkan, baru bicara waktu," kata Dwi.

Untuk itu, dia menyarankan Dedi Mulyadi meminta pendapat ahli sebelum menerapkan kebijakan tersebut agar nantinya tidak sampai merugikan masyarakat, terutama siswa di setiap sekolah di wilayah Jawa Barat.

"Jadi pak gubernur gak memahami itu, seharusnya kan memanggil ahli, minta pendapat ahli, baru diputuskan konten yang diinginkan. Kalau masih harus dintroduksi, ya ubah kurikulumnya, sehingga tidak merugikan semua pihak," ucapnya.

Dwi mengatakan, sebelum kebijakan masuk sekolah pukul 06.00 WIB ini diterpakan, harus dilakukan kajian yang sangat matang agar tidak melanggar aturan yang selama ini telah diputuskan oleh pemerintah pusat.

"Kalau ini mau diterapkan harus dikaji, benar gak sesuai dengan aturan, dan sesuai dengan juklak juknis yang sudah ditentukan kementerian. Jadi, pada intinya jangan sampai juklak juknis enggak nyambung," ujar Dwi.

Kebijakan ini juga mendapat sorotan dari psikolog dari Universitas Islam Bandung (Unisba), Stephani Raihana Hamdan.

Stephani mengatakan, jam masuk sekolah yang dibuat maju dari biasanya itu akan berdampak secara mental kepada para siswa.

Jika peraturan itu dianggap sebagai hal negatif maka akan berdampak negatif pula pada mental siswa tersebut.

"Jadi kalau bicara ke kesehatan mental, ya itu tadi kalau dia menilainya negatif maka semua bisa dibawa ke negatif karena semua itu ada di penghayatan," ujarnya saat dihubungi TribunJabar, Minggu (1/6/2025).

Jika berkaca ke luar negeri, kata dia, berdasarkan hasil penelitian, bahwa penerapan jam sekolah terlalu pagi tersebut, persepsinya memang dinilai negatif karena ada tuntutan tenaga pendidik dan siswa untuk bangun lebih pagi.

"Karena hal-hal yang seharusnya bisa tenang dan santai di pagi hari untuk siap-siap, itu jadi harus cepat-cepat. Jadi persepsinya negatif, tapi persepsi itu sifatnya subjektif," ucapnya

Namun, kata Stephani, urusan bangun tidur lebih pagi demi masuk sekolah pukul 06.00 WIb bukan hal mustahil untuk dilakukan.

Jika siswa menjadikan bangun pagi sebagai kebiasaan, maka dia tidak akan kesulitan masuk sekolah tepat waktu.

"Pada prinsipnya, bangun atau tidak bangun pagi-pagi itu lebih ke kebiasaan saja, bukan berarti orang gak bisa bangun pagi, semua orang bisa. Hanya apakah dia akan membiasakan diri apa tidak," ujar Stephani.

Tentu, jika aturan baru ini dianggap sebagai tantangan positif, maka akan berdampak positif pula kepada siswa.

Stephani menyarankan agar para siswa menerima gagasan Dedi Mulyadi itu.

"Jadi nikmatilah karena ini aturan yang sifatnya baik, maka sikapi dengan positif. Kalau sikap positif, maka bisa mengubah kebiasaan dan merasa tidak terbebani, sehingga bisa berdaptasi, kemudian mengikuti sekolah dan kehidupan sehari-hari dengan baik," katanya.

Ditolak Guru dan Wali Murid

Nendah, warga yang juga seorang guru, menyatakan penolakannya terhadap kebijakan tersebut. 

Sebagai orangtua, ia harus menyiapkan sarapan dan mempersiapkan anaknya sebelum berangkat sekolah.

"Kalau saya mah nggak setuju. Baik posisi seorang ibu atau posisi guru juga," ujarnya, Senin (2/6/2025).  

Nendah menambahkan, persiapan yang matang sangat penting agar anak-anak dapat berkonsentrasi belajar.

"Sarapannya penting supaya anak-anak lebih konsentrasi belajar, membuat bekal - meminimalisir jajan sembarangan di lingkungan sekolah," jelasnya.

Ia juga mengkhawatirkan dampak dari jam masuk yang terlalu pagi terhadap mood anak, terutama bagi siswa TK dan SD kelas bawah. 

"Setiap anak berbeda dan tidak bisa disamakan," imbuhnya.

Senada dengan Nendah, Adi, warga Sukajadi, juga menolak kebijakan tersebut.

Menurutnya, memindahkan jam masuk sekolah tidak akan memecahkan masalah disiplin.

"Itu gak memecahkan masalah disiplin. Menurutku, soal meningkatkan disiplin itu bukan dengan memindahkan jam masuk sekolah, tapi soal bagaimana dia bersikap dan bertutur kata yang baik pada orang lain," ungkapnya.

Adi menambahkan, perubahan jam masuk sekolah akan memaksa anak-anak untuk berangkat lebih pagi dan memerlukan adaptasi yang berbeda-beda dari setiap anak.

Reaksi serupa datang dari Refi (38), yang juga mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap rencana tersebut.

Ia menilai, kebijakan ini akan berpengaruh pada pola bangun tidak hanya anak, tetapi juga seluruh keluarga. 

"Kurang setuju terlalu pagi. Kalo misal sekolah jam 6, kemungkinan anak dan orang tua harus bangun sekitar pukul 4.45 WIB," katanya.

Refi berharap agar jam sekolah kembali ke waktu normal, karena tidak semua anak dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut.

 

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved