Puluhan Peserta Seleksi PPPK Tulungagung Tak Menghadiri Tes, Batal Masuk Database BKN

28 orang peserta tes PPPK dari Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, tidak hadir seleksi tahap II pada 7-9 Mei di Madiun.

Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/David Yohanes
TIDAK HADIR - Kepala BKPSDM Tulungagung, Soeroto memaparkan bahwa 28 peserta seleksi PPPK dari Tulungagung, Jawa Timur, tidak datang ke lokasi tes, Sabtu (17/5/2025). Mereka terancam tidak dapat NIP dan tidak masuk database BKN. 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - 28 orang peserta tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dari Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur (Jatim), tidak hadir seleksi tahap II pada 7-9 Mei di Madiun.

Mereka yang tidak hadir, tidak masuk dalam database Badan Kepegawaian Negara (BKN), dan tidak akan dapat Nomor Induk Pegawai (NIP).

Menurut Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Tulungagung, Soeroto, ada 2.740 peserta tes.

Namun hanya 2.712 yang hadir ke lokasi seleksi.

"Ada 28 yang tidak hadir dengan berbagai alasan seperti sakit," jelas Soeroto, Sabtu (17/5/2025).

Soeroto merinci, pada Rabu (7/5/2025), sesi 1 jumlah peserta seleksi 380, 3 di antaranya tidak hadir.

Sesi 2 400 peserta, 4 tidak hadir.

Sesi 3 400 peserta, 3 tidak hadir.

Lalu pada Kamis (9/5/2025), sesi 1 400 peserta, 3 tidak hadir.

Sesi 2 400 peserta, 7 tidak hadir.

Sesi 3 400 peserta, 4 tidak hadir.

Hari terakhir, Jumat (9/5/205), dari 360 peserta, 4 tidak hadir.

"Mereka yang ikut tes namun gugur tetap dapat NIP dengan status paruh waktu," sambung Soeroto.

Peserta seleksi akan memperebutkan 88 formasi PPPK, mayoritas tenaga teknis.

Meski tidak lolos mereka akan dapat NIP, meski statusnya PPPK paruh waktu.

Sementara, mereka yang tidak hadir mengikuti seleksi tidak akan mendapatkan NIP.

Sebelumnya, pemerintah melakukan seleksi PPPK untuk meningkatkan status para pegawai honorer.

Mereka yang lolos seleksi akan diangkat menjadi PPPK, namun yang tidak lolos menjadi PPPK paruh waktu.

Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang menghapus pegawai honorer.

Namun, status PPPk paruh waktu ini juga mendapat tantangan dari para pegawai honorer.

Sebab, status itu dianggap hanya mengubah nama saja, namun tidak meningkatkan kesejahteraan.

Mereka tetap akan ikut sistem penggajian yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tempatnya bernaung.

Jika ini diberlakukan, mereka tetap akan menerima gaji dari sekolah yang punya kemampuan keuangan terbatas.

Gaji yang mereka dapat sekitar Rp 300.000 per bulan.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved