Alasan Cak Eri Larang Study Tour dan Wisuda Sekolah di Surabaya, Ternyata Berlaku Sejak 2015

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, memiliki alasan melarang sekolah negeri, khususnya jenjang SD dan SMP negeri, menggelar study tour dan wisuda.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase SURYA.co.id/Nuraini Faiq dan youtube Dedi Mulyadi
LARANGAN STUDY TOUR - (kiri) Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat menyampaikan pidato perdana sebagai wali kota periode 2025-2030 di sidang paripurna DPRD Surabaya, Senin (3/3/2025). (kanan) Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. 

"Kalau sampai ada, saya tegur kepala sekolahnya, saya beri sanksi [untuk] gurunya. Itu kalau ada di sekolah negeri," katanya.

Beda halnya apabila sekolah akan menggelar wisuda atau wisata dengan menggunakan anggaran di luar iuran wali murid, misalnya donasi dari pihak tertentu.

Menurutnya, hal itu bisa dilakukan.

Bagaimana dengan sekolah swasta?

Eri Cahyadi mengatakan, larangan ini masih berupa imbauan.

Mengingat, lembaga swasta berada di luar kewenangan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. 

"Wisuda sekolah memang jadi salah satu momen yang menggemberikan atau bahkan dinanti oleh anak-anak kita."

"Tapi, sejatinya esensi dari sebuah pendidikan bukan soal euforia kelulusan tiap akhir tahun pelajaran."

"Yang paling penting adalah bagaimana anak-anak kita tumbuh dengan karakter terbaik di tengah lingkungannya," ujar Wali Kota Eri.

Kebijakan Dedi Mulyadi

Selain Eri Cahyadi, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, juga tegas melarang sekolah-sekolah di melakukan study tour.

Dedi Mulyadi menjelaskan alasan utama di balik larangan studi tur siswa sekolah adalah agar tidak membebankan biaya pada orangtua siswa. 

“Saya tegaskan kembali ya, yang kami larang itu adalah kegiatan-kegiatan studi tur, kunjungan ilmiah, study industry, kunjungan industri, apapun namanya, yang di dalamnya melakukan pembebanan kepada orang tua siswa,” tegasnya melalui video di Instagram pribadinya.

Menurutnya, biaya studi tur yang sering kali dibebankan sepenuhnya kepada orang tua siswa membuat banyak keluarga terpaksa berutang. 

“Banyak orang tua siswa yang tidak dalam posisi punya kemampuan keuangan harus ngutang ke sana kemari, yang berakibat pada beban ekonomi hidupnya semakin berat,” tambahnya. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved