Madiun Akan Aktifkan 6 Dapur Untuk Makan Bergizi Gratis, Jadi Pendorong Ekonomi Lokal di 3 Kabupaten

Ia menambahkan secara ekonomi, satu dapur dengan anggaran Rp 1 miliar per bulan dapat menciptakan efek pengganda hingga Rp 5 miliar

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Deddy Humana
surya/Febrianto Ramadani (Febrianto)
MBG BERDAMPAK EKONOMI - Deputi Penyediaan dan Penyaluran BGN, Brigjen (Purn) Suardi Samiran (batik kuning coklat cerah) bersama Forkopimda Madiun meninjau dapur operasional Makan Bergizi Gratis (MBG) di Dusun Kalilumbu, Desa Sidorejo, Kecamatan Kebonsari, Jumat (2/5/2025). 

SURYA.CO.ID, MADIUN - Kabupaten Madiun bakal mempunyai dapur operasional program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang direncanakan berlokasi di Dusun Kalilumbu, Desa Sidorejo, Kecamatan Kebonsari.

Deputi Penyediaan dan Penyaluran Badan Gizi Nasional (BGN), Brigjen (Purn) Suardi Samiran juga meninjau kesiapan dapur MBG itu, Jumat (2/5/2025).

Suardi mengatakan, dapur yang dikelola oleh Satuan Pelayanan dan Pemenuhan Gizi (SPPG) itu juga diproyeksikan menjadi motor penggerak ekonomi rakyat .

“Dapur MBG ini tidak hanya menyuplai makanan sehat dan gratis, tetapi juga menyerap hasil pertanian, peternakan, serta produk UMKM lokal secara masif,” ujar Suardi dalam soft launching dapur MBG itu.

Ia mengungkapkan, nantinya BGN bakal menggandeng petani, peternak, dan pelaku usaha mikro dari tiga wilayah perbatasan. Yakni Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ponorogo.

“Rencananya total akan berdiri enam unit dapur MBG di Desa Sidorejo. Empat unit akan beroperasi di Dusun Kalilumbu, satu di Dusun Penjalinan, dan satu lagi di Dusun Balungasri. Dua dapur siap berjalan pada Mei ini,” ungkapnya.

Suardi menambahkan, masing-masing dapur memiliki kapasitas produksi antara 3.000 hingga 3.500 porsi makanan per hari.

"Menu MBG itu ditujukan bagi anak sekolah mulai TK hingga SMA, santri pondok pesantren, balita, serta ibu hamil dan menyusui di Kecamatan Kebonsari dan sebagian wilayah Geger,” imbuh Suardi.

Pihaknya memperkirakan, kebutuhan bahan baku dari enam dapur itu mencapai skala besar. Setiap hari, konsumsi beras bisa mencapai 1,2 hingga 1,5 ton, setara dengan 26,4 hingga 33 ton per bulan jika beroperasi selama 22 hari. 

Lalu kebutuhan sayuran, buah-buahan, daging ayam dan sapi, serta telur berada di kisaran yang sama. Untuk susu, satu dapur memerlukan 600 liter per hari. 

“Bila dikalikan enam dapur dan 22 hari kerja, maka total kebutuhan susu bulanan mencapai 79.200 liter. Selain itu, dapur-dapur ini juga membutuhkan hingga 1,2 ton tempe dan tahu per hari,” terangnya.

Semua bahan akan dipasok oleh produsen lokal yang tersebar di Madiun Selatan, Ponorogo, dan Magetan, memanfaatkan letak strategis dapur yang berada di titik temu tiga kabupaten tersebut

Di tempat yang sama, Wakil Kepala I Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin), Nanik S Deyang menyampaikan, program ini bukan hanya bertujuan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang sangat besar.

“Setiap dapur langsung menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 50 orang, belum termasuk 200 tenaga tidak langsung di sektor pertanian dan UMKM. Ini program revolusioner presiden dalam menekan angka kemiskinan dan membangun generasi sehat,” tegas Nanik.

Ia menambahkan bahwa secara ekonomi, satu dapur dengan anggaran Rp 1 miliar per bulan dapat menciptakan efek pengganda hingga Rp 5 miliar. 

“Bila program ini terealisasi dalam 30.000 titik dapur di seluruh Indonesia, maka 5 sampai 6 juta pengangguran diprediksi akan terserap,” pungkas mantan wartawan itu. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved