AS Tunda Tarif Impor untuk Indonesia, Kadin Jatim Minta Pemerintah segera Ambil Langkah Kongkrit

Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto, mengimbau pemerintah bergerak cepat dan cerdas serta bijaksana dalam memutuskan kebijakan.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
sri handi lestari/surya.co.id
TRIF IMPOR - Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto. Kadin Jatim mengimbau pemerintah bergerak cepat dan cerdas serta bijaksana dalam menyikapi penundaan tarif impor AS. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Pemerintahan Amerika Serikat (AS) menunda pemberlakuan kenaikan tarif impor dari Indonesia sebesar 32 persen sampai 90 hari ke depan.

Dalam kurun waktu tersebut, Amerika memberlakukan tarif impor sebesar 10 persen.

Atas kebijakan tersebut, Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur (Kadin Jatim), Adik Dwi Putranto mengimbau pemerintah bergerak cepat dan cerdas serta bijaksana dalam memutuskan kebijakan.

Karena hubungan ekonomi internasional, termasuk yang dibangun Indonesia dengan rezim Donald Trump tidak dibangun di atas prinsip multilateralisme atau keterikatan institusional seperti WTO, melainkan pada prinsip transaksi langsung, kekuatan tawar, dan pengaruh bilateral.

“Ada indikasi dari Trump, bahwa sebagian dari negara-negara yang tidak melakukan retaliasi (balasan red) tarif terhadap kebijakan tarif Trump, mereka tergolong sebagai negara-negara yang masih menginginkan hubungan dagang jangka panjang dengan USA,” kata Adik, Sabtu (12/4/2026).

Untuk itu, Trump melakukan penundaan pemberlakuan tarif tersebut kepada mereka dengan harapan apakah negara-negara yang tidak melakukan retaliasi tarif impor Trump cukup cerdik untuk melakukan langkah strategis berikutnya, yaitu langkah nyata dengan membuat transaksi dagang riil dengan membeli produk-produk USA dalam tempo 90 hari ke depan.

"Jika negara-negara “non-retaliasi” tersebut berhasil membuktikan diri sebagai “good Boys” lewat transaksi dagang riil dalam waktu 90 hari, maka bukan hanya menghindari tarif, tetapi negara tersebut juga  berpotensi mendapatkan insentif dagang tambahan," jelas Adik.

Hal ini menurutnya bisa dibaca dari narasi strategis yang diungkapkan Trump 'Kami Tahu Kalian Tidak Bisa Bayar Lunas, Tapi Kami Ingin Lihat Itikad Baikmu'.

“Ini artinya, Donald Trump dan tim ekonominya paham bahwa defisit perdagangan AS yang menahun tidak bisa diatasi dalam 90 hari. Namun, periode ini digunakan sebagai alat ukur kesungguhan,” ungkap Adik.

Dengan kata lain, Trump mencari sinyal kesetiaan ekonomi, bukan saldo dagang sempurna.

Maka negara yang melakukan transaksi riil dalam waktu 90 hari bisa dianggap beritikad baik dan besar kemungkinan reward diplomatik dan dagang bisa diberikan sebagai bentuk apresiasi atas sikap kooperatif.

Adik memperkirakan, ada beberapa bentuk reward atau insentif yang mungkin diberikan Trump jika Indonesia atau negara lain dianggap 'Good Boy'.

Pertama, penurunan tarif bertahap (progressive tarif rollback). Tarif 32 persen tidak langsung diberlakukan, atau diturunkan secara selektif pada sektor tertentu.

Contoh, produk pertanian dikenai 10 persen, bukan 32 persen, sebagai pengakuan atas 'kesungguhan dagang'.

“Kedua, pengecualian produk tertentu. Indonesia bisa negosiasi agar produk unggulan seperti tekstil, alas kaki, atau komponen otomotif dikecualikan dari tarif penuh. Ini membuka ruang untuk diplomasi sektoral berbasis komitmen dagang timbal balik,” terang Adik.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved