Hikmah Ramadan 2025
Meluruskan Orientasi Hidup di Dunia
Bulan Ramadan bulan istimewa dengan keutamaan-keutamaannya yang banyak, hingga menyebabkan keberadaan bulan ini selalu ditunggu kehadirannya.
Setiap manusia yang memahami dan menyadari ini, akan teringat untuk mempersiapkan diri saat ada di kehidupan dunia ini.
Ketika seseorang mengambil jalan hidup dengan menjadikan akhirat sebagai orientasinya, tidaklah berarti hidupnya lalu hanya diisi dengan ibadah ritual saja serta melupakan urusan tanggungjaqwab dunianya.
Pesan Allah SWT dalam QS. al-Qashash [28]: 77): “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Dengan meneguhkan orientasi hidup adalah akhirat, setidaknya akan melahirkan tiga hal:
Pertama, sikap hidup yang hati-hati karena setiap yang dikerjakan di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat sehingga tidak terperdaya dengan tipu daya dunia. Di manapun posisi seseorang dalam stuktur masyarakat, apakah ada di lapisan atas ataupun ada di kalangan bawah tetap menjaga sikap hati-hati dan waspada. Rasa khasyah (takut) kepada Allah terus dipupuk agar tidak terjerumus pada pelanggaran terhadap larangan Allah, apakah pelangaran itu berkaitan dengan haq Allah ataupun berkaitan dengan haq manusia. Ketika mendapatkan amanah sebagai pejabat misalnya, akan berfikit berkali-kali ketika akan melakukan korupsi, mengambil hak yang bukan haknya, atau bertindak yang membuat susah orang lain.
Kedua, seseorang akan menjadi lebih bertanggungjawab karena ia menyadari sebelum dia dimintai pertangujawaban di akhirat baginya akan lebih baik mempertanggungjawabkan pada yang dilakukannya saat di dunia.
Ketiga, akan menjadi manusia yang produktif mengukir kebaikan untuk manusia lain, peduli kepada orang lain, serta tidak abai dengan hak-hak mereka. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Nabi Saw, manusai yang baik adalah yang bermanfaat untuk orang lain.
Lalu jika banyak disaksikan adanya perilaku manusia yang semena-mena pada orang lain, termasuk saat menjadi pejabat banyak membuat susah pada rakyatnya, seperti menggusur warga tanpa menimbang perasaan mereka, sebenarnya akarnya berasal dari kesalahan menentukan orientasi hidup. Yang dilihat hanyalah dunia dan lupa bahwa semua di akhirat ada pertangungjawabannya. (*)
Renungan Spiritual dan Sosial di Penghujung Ramadhan : Sudahkah Kita Menjadi Pribadi yang Fitri ? |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa - Dari Salam, Islam dan ke Istislam |
![]() |
---|
Puasa Ramadhan di Indonesia, Indah dan Nikmat ! |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa - Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati |
![]() |
---|
Kebutuhan Ramadhan Meningkat, Pinjol Solusinya? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.