Hikmah Ramadan 2025
Hikmah Ramadan 2025, Puasa dan Kepedulian Sosial
Puasa merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada umat manusia dari generasi ke generasi.
Oleh: Drs H Ahsanul Haq MPdI,
Ketua MUI Jatim Bidang Ukhuwah, Katib Syuriyah PWNU Jawa Timur & Wakil Ketua II BAZNAS Jawa Timur
SURYA.co.id - Puasa merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada umat manusia dari generasi ke generasi.
Ibadah tersebut telah diperintahkan oleh- Nya kepada para nabi dan umat terdahulu hingga umat akhir zaman guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT (QS. Al-Baqarah:2/183).
Secara etimologi, puasa berasal dari kata ṣāma-yaṣūmu-ṣawman (صوما يصوم - - صام) yang berarti menahan diri dari sesuatu.
Dalam terminologi ilmu fikih, puasa didefinisikan sebagai suatu ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari makan, minum, berhubungan badan, dan segala hal yang membatalkannya sejak terbitnya fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan syarat serta rukun tertentu.
Membincang tentang puasa tentu tidak dapat dilepaskan dari bulan Ramadhan, salah satu bulan yang sering disebutkan oleh baginda Rasulullah SAW sebagai bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan.
Di dalamnya diturunkan Alquran secara utuh ke Baitul ‘Izzah untuk selanjutnya diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup bagi umat manusia (QS. Al- Baqarah:2/185).
Tidak hanya mulia dengan keberadaannya sendiri, ibadah puasa di bulan Ramadan juga menjadikan setiap orang yang berpuasa pada bulan tersebut mulia di sisi Allah SWT dan dicintai oleh Rasul-Nya.
Terdapat banyak hadis maupun atsar dari para Sahabat yang memuat riwayat kemuliaan bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadan, mulai dari mendapatkan ampunan atas dosa yang telah diperbuat; memperoleh rahmat dari Allah SWT; wafat dalam keadaan husnul khotimah; hingga kebahagiaan di akhirat kelak berupa perjumpaan dengan Rafīq al- a’lā, Allah SWT.
Kata Ramadhan berasal dari kata dasar ramidha (رمض) yang berarti panas.
Terkait pemberian nama 'Ramadhan' bagi bulan Ramadhan, dalam kitab Hāshiyah Bujayrami ‘Alā al- Khāṭib dijelaskan bahwa penamaan tersebut berkaitan dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada tiap-tiap bulan dalam setahun.
Saat itu musim yang sedang berlangsung bertepatan dengan musim panas sehingga kata ramadh yang berarti panas dipilih menjadi kata dasar untuk penamaan bulan tersebut.
Dari kata dasar itu para ulama memaknainya sebagai sebuah keadaan yang dapat membakar dan menghapus segala dosa-dosa orang yang berpuasa di dalam bulan tersebut.
Menurut Imam Al- Mawardi dalam kitabnya, Al- Ḥāwī al- Kabīr, pemaknaan tersebut berdasar pada sebuah riwayat dari Sahabat Anas bin Malik r.a. yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: (bulan itu) disebut Ramadhan karena sesungguhnya ia (Ramadhan) dapat membakar dosa-dosa.
Kemuliaan dan Keutamaan Ibadah Puasa
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa ibadah puasa merupakan ibadah yang menempati posisi istimewa di sisi Allah SWT sebagaimana termaktub dalam sebuah hadis Qudsi yang berbunyi, “Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah Saw. pernah bersabda: Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya. Sebuah kebaikan akan diganjar pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah azza wajalla berfirman; Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan mengganjarnya” (HR. Muslim).
Renungan Spiritual dan Sosial di Penghujung Ramadhan : Sudahkah Kita Menjadi Pribadi yang Fitri ? |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa - Dari Salam, Islam dan ke Istislam |
![]() |
---|
Puasa Ramadhan di Indonesia, Indah dan Nikmat ! |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa - Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati |
![]() |
---|
Kebutuhan Ramadhan Meningkat, Pinjol Solusinya? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.