WCC : Di Jombang Masih Dominan KDRT dan Kekerasan Seksual Anak

Kekerasan Seksual dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga masih jadi yang paling dominan terjadi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Anggit Puji Widodo
KEKERASAN - Agenda catatan tahunan WCC Kabupaten Jombang yang digelar di Gedung PKK Pemkab Jombang, terkait kasus kekerasan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sepanjang tahun 2024, Rabu (26/2/2025). KDRT dan kekerasan seksual anak masih dominan terjadi di Jombang. 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Kekerasan Seksual (KS) dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih jadi yang paling dominan terjadi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim), sepanjang tahun 2024.

Data tersebut, terungkap dalam agenda catatan tahunan Women Crisis Center (WCC) Kabupaten Jombang 2024, yang digelar di Gedung Aula PKK Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang, Rabu (26/2/2025).

Berdasarkan data penanganan kasus di WCC Jombang, terdapat tren peningkatan jumlah kasus selama tiga tahun terakhir, 2022-2024.

Pada tahun 2022, jumlah korban KDRT yang mengadu tercatat sebanyak 38 kasus. 

Angka tersebut, mengalami penurunan pada 2023 menjadi 34 kasus. Aduan KDRT kembali meningkat drastis pada 2024, menjadi 50 kasus.

Sebaliknya, untuk Kekerasan Seksual (KS), terdapat lonjakan signifikan pada 2024. 

Jumlah kasus Kekerasan Seksual yang tercatat pada 2022 dan 2023 masing-masing adalah 46 dan 49 kasus. Pada 2024, jumlah kasus Kekerasan Seksual melonjak tajam menjadi 55 kasus.

Berdasarkan data pengaduan yang masuk pada 2024, WCC Jombang mencatat, bahwa kekerasan seksual terhadap anak usia 5 hingga 18 tahun masih tergolong tinggi dengan total 48 kasus.

"Jumlah ini, menunjukkan tren peningkatan dibandingkan jumlah kasus kekerasan terhadap anak pada 2023," ucap Direktur WCC Jombang, Ana Abdillah saat dikonfirmasi awak media usai kegiatan.

Dalam kasus kekerasan yang melibatkan anak pada 2024 tersebut, pelaku Kekerasan Seksual adalah 14 pacar, 2 mantan pacar dan 3 korban yang mengalami kehamilan tidak diinginkan.

Mirisnya, dari ketiga korban tersebut, 2 diantaranya melahirkan, sementara 1 korban mengalami keguguran. 

Selain itu, terdapat 3 korban yang terpaksa tidak melanjutkan pendidikan formal akibat kehamilan, sehingga mereka putus sekolah.

"Perbandingan data kasus dari tahun 2022 hingga 2024, terdapat tren peningkatan jumlah pada kasus Kekerasan Seksual yang kami tangani," katanya.

Ana menjabarkan, pada 2022, jumlah kasus kekerasan seksual yang ditangani pihaknya sebanyak 46 kasus.

Lalu pada 2023, mengalami peningkatan menjadi 49 kasus, 2024 mengalami lonjakan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 55 kasus.

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved