Penderita DBD di Lamongan Capai Ratusan Orang, Didominasi Anak-anak

Angka penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lamongan, Jawa Timur pada Januari 2025, tercatat mencapai ratusan kasus.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Hanif Manshuri
KASUS DBD - Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Dinkes mencatat, angka penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lamongan pada Januari 2025 mencapai 102 kasus. 

SURYA.CO.ID, LAMONGAN - Angka penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lamongan, Jawa Timur (Jatim) pada Januari 2025 tercatat mencapai ratusan kasus.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Lamongan mencatat, dari data tersebut, penderita DBD didominasi anak-anak.

"Kasus demam berdarah per-Januari kemarin sebanyak 102, terbanyak berasal dari Kecamatan Solokuro," ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Mafidhatul Laely, Jumat (14/2/2025).

Diungkapkannya, sebelumnya demam berdarah lebih banyak berkutat di wilayah perkotaan, namun kini terbantahkan setelah dilakukan  berbagai upaya, salah satunya sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Endemi penderita DBD, kini cenderung ke wilayah utara dan terpantau penderita terbanyak ada di Kecamatan Solokuro.

"Mungkin masih kurang optimalnya gerakan PSN di Solokuro," katanya.

Atau di Solokuro mungkin masih banyak genangan air di pemukiman, alasan lain juga karena tanaman jagung yang menyebabkan banyaknya genangan air.

Perempuan yang akrab disapa Fidha itu menegaskan, 102 kasus itu dipastikan terdeteksi virus DBD. 

Menyikapi banyaknya kasus demam berdarah, Dinkes Lamongan mengintensifkan sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui Puskesmas dan Posyandu.

Untuk meminimalisir berkembang biaknya nyamuk pemicu demar berdarah, masyarakat diimbau untuk melakukan 3M.

Pertama, menguras atau membersihkan tempat penampungan air yang jarang digunakan atau tidak terpakai seperti bak mandi, ember dan tempat penampungan air minum.

Kedua, menutup rapat tempat penampungan air yang digunakan sehari-hari, seperti drum, kendi dan toren air.

Dan langkah ketiga adalah mengubur, yakni memusnahkan benda-benda bekas yang dapat menampung air hujan, seperti kaleng bekas, botol bekas atau ban bekas.


Ada juga fogging yang dilaksanakan secara swadaya oleh desa.

"Fogging dilakukan oleh swadaya desa, Dinkes memberikan sosialisasi PSN melalui Puskesmas di tiap-tiap wilayah," pungkas Fidha.

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved