Sindikat Uang Palsu Kampus UIN Makassar
Siasat Licik Andi Ibrahim Bos Sindikat Uang Palsu UIN Makassar, Janjikan Untung Segini ke Pengedar
Inilah siasat licik Andi Ibrahim bos sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar, agar bisnisnya mulus.
SURYA.co.id - Ini lah siasat licik Andi Ibrahim agar sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar yang dikomandoi, tidak ketahuan.
Andi Ibrahim rupanya sudah menyusun rencana secara matang, mulai dari memasukkan mesin cetak ke perpustakaan hingga mengoperasikannya.
Berikut siasat liciknya:
1. Masukkan mesin cetak Rp 600 juta pada malam hari
Untuk memasukkan mesin cetak seharga Rp 600 juta yang dibeli dari Tiongkok, Andi lebih dahulu mengelabui satpam kampus.
Baca juga: Daftar Kebohongan Andi Ibrahim Bos Sindikat Uang Palsu UIN Makassar, Pihak Rektorat Tak Berkutik
Mesin cetak itu dimasukkan pada malam hari untuk menghindari kecurigaan.
Menurut Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Bahtiar, mesin cetak berukuran besar itu diangkut menggunakan forklift oleh Andi Ibrahim dan komplotannya.
Namun, untuk mengelabui petugas keamanan kampus, Andi mengaku mesin tersebut digunakan untuk mencetak buku yang akan disimpan di perpustakaan.
“Satpam sempat menanyakan perihal mesin itu, tapi Andi berdalih mesin tersebut untuk keperluan percetakan buku,” ujar Bahtiar, Senin (23/12/2024).
Sebelumnya, Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, mengungkapkan, rekonstruksi yang dilakukan pihak kepolisian mengungkapkan bagaimana mesin cetak seberat 2 ton itu bisa masuk ke dalam gedung perpustakaan.
Mesin tersebut dimasukkan menggunakan papan sebagai alas agar lebih mudah didorong.
“Ketika kami mencoba mengangkat mesin itu dengan 25 personel, ternyata tidak bisa terangkat. Tapi dengan papan, mesin tersebut bisa didorong masuk,” jelas Reonald.
Proses pemindahan mesin tersebut bahkan menyebabkan lantai di beberapa titik retak.
Mesin kemudian ditempatkan di sebuah ruangan bekas toilet di perpustakaan dengan luas sekitar 2x4 meter.
Ruangan tersebut telah dilengkapi peredam suara menggunakan lapisan gipsum dan gabus, sehingga suara dari dalam terdengar samar-samar.
2. Pura-pura panggil pelaku ke perpustakaan
Setelah memasukkan mesin cetak ke perpustakaan, Andi lalu menyusun cara agar pekerja bisa masuk leluasa.
Kali ini dia kembali mengelabui Satpam kampus.
Menurut Wakil Rektor I UIN Alauddin, Makassar, Prof Kamaluddin, dari keterangan yang dia terima, pelaku pencetak uang palsu datang ke UIN Alauddin pada malam hari. Dan saat ditanya petugas keamanan dia mengaku dipanggil kepala perpustakaan.
"Kalau yang memanggil kepala perpustakaan gak ada yang berani," katanya.
3. Jadwal kerja siang hari
Andi Ibrahim memberi jadwal kerja kepada Syahruna, operator mesin pabrik uang palsu agar menghindari mencetak uang palsu pada malam hari.
Andi Ibrahim memilih jadwal siang hari agar tidak ketahui Rektor UIN Alauddin Prof Hamdan Juhannis ataupun petugas keamanan kampus.
Hal itu dibongkar oleh Syahruna, seorang tersangka kasus pabrik uang palsu di UIN Alauddin Makassar.
"Dikasih peredam agar nggak kedengeran. Jendela semua ditutup," kata Syahruna, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Selasa (31/12/2024).
Syahruna menceritakan, ada 19 tahapan yang harus dilewati agar uang palsu siap untuk diedarkan.
Satu saja tahapan tidak lolos, maka uang palsu akan cacat dan terpaksa dibuang.
"Ada 19 tahapan, kalau ada salah satu tahapan rusak, maka gagal dan dibuang."
"Dari 19 tahapan itu harus lulus semua," urai Syahruna, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Selasa (31/12/2024).
Syahruna lantas menguraikan secara garis besar tahapan produksi uang palsu.
Semua dimulai dari tahapan mencetak benang pengaman dan tanda air.
Pembuatan kedua item itu menggunakan mesin sablon.
"Setelah itu cetak UV-nya dan magnetik agar lolos dari mesin (cek uang palsu)," tambahnya.
Syahruna menceritakan, di awal pembuatan uang palsu, ia dan kawan-kawan tidak memproduksi banyak.
Awalnya hanya ada satu rim atau 500 lembar uang palsu.
"Sedikit dulu karena itu butuh proses," katanya.
Syahruna mengaku dari 200 lembar komplotannya mampu memproduksi uang palsu sebanyak Rp 100 juta.
Sedangkan bahan-bahan sebelumnya sudah disimpan digudang.
Lokasinya berada di lantai dua gedung perpustakaan.
Syahruna menjelaskan, semua bahan berasal dari China.
"Pesan di China semua," tambahnya.
4. Janjikan imbalan besar untuk pengedar
Di bagian lain, Mubin, anggota sindikat lain mengaku dijanjikan keuntungan besar oleh Andi Ibrahim, jika dia mau mengedarkan uang palsu.
"November saya diminta ke ruang beliau, untuk melihat (uang palsu). Awalnya gak tahu melihat apa. Setiba saya disana, ngobrol santai, diperlihatkan uang. Saya dikasih pegang," katanya.
Kepada Mubin, Andi Ibrahim tidak menyebut itu uang palsu, tapi uang layak edar.
Andi Ibrahim pun mempraktikkan hasil tes UV pada uang palsu produksinya itu, ternyata timbul semua.
Setelah itu, Mubin diminta mengedarkan dengan perhitungan 1:3 dari Andi Ibrahim, lalu dilepas ke orang lain dengan hitungan 1:2.
Artinya dari Rp 1 juta, dia mendapat Rp 1,5 juta.
"Awalnya khawatir juga, karena faktor kebutuhan ya terpaksa saya ambil. Awalnya saya dikasih 1 juta. saya pakai untuk kebutuhan.
Pecahannya 100 ribu semua," katanya.
Hingga ditangkap, Mubin mengaku sudah mendapat sekira Rp 4 juta dari mengedarkan uang palsu tersebut.
Seperti diketahui, sindikat uang palsu ini terungkap berkat laporan dari petugas BRILink.
Kapolres Gowa AKPB Reonald Simanjuntak mengungkapkan, petugas ini mencurigai warga yang ingin membayarkan BRILink dengan menggunakan 5 lembar uang palsu pecahan 100 ribu.
Petugas ini lalu melaporkan hal itu ke Polsek Palangga, jajaran Polres Gowa, Sulawesi Selatan.
Selanjutnya Polsek Pallangga berkoordinasi dengan Satreskrim Polres Gowa mengembangkan laporan itu, hingga akhirnya menemukan adanya pabrik uang palsu di kampus UIN Alauddin, Makassar.
Baca juga: Daftar Kebohongan Andi Ibrahim Bos Sindikat Uang Palsu UIN Makassar, Pihak Rektorat Tak Berkutik
Polisi lalu menyita sejumlah alat, termasuk alat cetak di perpustakaan UIN Alauddin Makassar yang didatangkan dari China seharga Rp 600 juta.
Selain itu juga disita ribuan lembar pecahan 100 ribu yang dipalsukan serta sejumlah tinta yang harganya Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per jenis.
"Mereka juga sudah memesan tinta dari luar negeri yang harganya lebih dari Rp 20 juta per jenis, namun tidak bisa masuk karena dibanned bea cukai," terang AKBP Reonald dikutip dari tayangan Fakta TVOne pada Senin (30/12/2024).
Untuk membuat uang palsu ini, menurut Reonald, pelaku membutuhkan 11 kali proses pencetakan,
Dikatakan Reonald, meskipun sekilas mirip dan bisa tembus sinar UV, uang palsu yang dicetak sindikat pimpinan Annar Sampetoding dan Andi Ibrahim ini tidak sama.
Jika diraba akan kelihatan uang ini tidak kasar di bagian yang diperuntukkan bagi tuna netra.
Lalu, gambar penarinya buram dan nomor serinya tidak jelas.
Reonald akan menjerat para pelaku dengan Pasal 37 ayat 1,2 dan 3, dan pasal 36 ayat 1 dan 2 KUHP dengan ancaman hukuman minimal 10 tahun dan maksimal seumur hidup.
sindikat uang palsu
Bos Sindikat Uang Palsu
Andi Ibrahim
Pabrik Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
| 4 Kelakuan Annar Sampetoding Terdakwa Bos Uang Palsu UIN Makassar yang Perintah Wakapolsek Jaga Aset |
|
|---|
| Sosok Eks Wakapolsek yang Sering Terima Uang Annar Salahuddin, Bos Sindikat Uang Palsu UIN Makassar |
|
|---|
| Siapa Syahruna? Terdakwa Kasus Uang Palsu UIN Makassar yang Pasrah Ditendang Annar Salahuddin |
|
|---|
| Bos Sindikat Uang Palsu di UIN Alauddin Blak-blakan Sebut Ada Orang di BI Terlibat, Kuncinya di DPO |
|
|---|
| Tabiat Annar Salahuddin Bos Pabrik Uang Palsu di UIN Makassar, Tempeleng Anak Buah Gara-gara Ini |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.