Sindikat Uang Palsu Kampus UIN Makassar

Sosok Perayu Andi Ibrahim Masuk Sindikat Uang Palsu Kampus UIN Makassar, Padahal Hampir Profesor

Ini lah sosok yang merayu Andi Ibrahim, Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar untuk mau masuk dalam sindikat uang palsu. 

Editor: Musahadah
Kolase Kompas/Tribun Timur
Andi Ibrahim diduga jadi otak kasus percetakan uang palsu di 

Pengusaha Annar Sampetoding Diperiksa

Annar Salahuddin Sampetoding, terduga otak sindikat uang palsu di UIN Alauddin, Makassar. 
Annar Salahuddin Sampetoding, terduga otak sindikat uang palsu di UIN Alauddin, Makassar.  (kolase tribun timur/instagram)

Setelah namanya disebut-sebut terlibat dalam pabrik uang palsu di UIN Alauddin Makassar, Annar Salahuddin Sampetoding pun menyerahkan diri ke Polres Gowa, pada Kamis (26/12/2024) malam.

Annar datang mengenakan kaus putih berjaket dan memakai topi hitam datang ke Mapolres Gowa sekitar pukul 19.00 Wita didampingi dua pengacara.

Sedianya dia dipanggil untuk menjalani pemeriksaan pada Jumat (27/12/2024) hari ini. 

Namun, sehari sebelumnya dia sudah mendatangi Mapolres Gowa. 

Annar Salahuddin Sampetoding diduga berperan penting dalam pabrik uang palsu beromzet miliaran rupiah ini.

 Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono mengatakan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar

Rumah tersebut adalah milik Annar Salahuddin Sampetoding alias ASS.

"Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa," kata Irjen Pol Yudhiawan, Kamis (19/12/2024) siang.

 
Awalnya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS di Jl Sunu 3, Kota Makassar

Namun karena jumlah uang yang akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, akhirnya dipindahkan ke UIN.

"Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil," sebutnya.

Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin dibeli seharga Rp 600 juta.

Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

"Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari Cina, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa," bebernya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved