SURYA Kampus

Kisah Mundakir, Anak Buruh yang Kini Jadi Rektor UM Surabaya, Dulu Ngutang demi Bisa Sekolah

Kisah insipiratif dalatang dari Mundakir, anak buruh serabutan yang kini jadi rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.

UM Surabaya
Mundakir bersama ayahnya. Anak Buruh yang Kini Jadi Rektor UM Surabaya, Dulu Ngutang demi Bisa Sekolah. 

Kapasitasnya tak perlu diragukan, Mundakir memiliki segudang prestasi. Secara internasioal Mundakir tergabung dalam CASE (Council of Asian Science Editors) dan ISQua (International Society of the Quality in Health Care) hingga sekarang dan buku-buku kesehatan dan jurnal yang telah diterbitkan.

Dilantik Jadi Rektor

Dr. Mundakir, S.Kep., Ns., M.Kep., resmi menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) periode 2024-2028 menggantikan Dr. dr. Sukadiono, MM., usai prosesi serah terima jabatan di kampus setempat, Senin.

Usai dilantik Mundakir menyampaikan visi utama yakni transformasi berkelanjutan yang terdiri dari tiga hal penting.

"Pertama, penguatan kapasitas sumber daya insani (SDI). Sumber Daya Insani atau manusia merupakan denyut jantung kemajuan universitas," katanya.

Secara kuantitas dan kualitas, SDI di kampus harus menjadi perhatian penting agar visi-misi universitas bisa tercapai. Keberadaan dosen dan tenaga pendidik (tendik) harus dipastikan efektif dan berkontribusi positif terhadap perkembangan universitas.

Itulah sebabnya kapasitas SDI harus terus meningkat dan terukur. Budaya inovasi dan kolaborasi harus terus dipupuk supaya kampus ini terus bergerak, hidup, tumbuh dan berkembang.

"Kebijakan penguatan kapasitas SDI ini diharapkan dalam dua tahun ke depan, tidak ada lagi dosen yang statusnya TP (tenaga pengajar), jumlah lektor kepala dan guru besar kita harapkan meningkat hingga 5-7 persen. Selain itu, budaya inovasi harus menjadi nafas dari aktifitas utama seluruh Civitas Akademika UM Surabaya," katanya.

Kedua, penguatan implementasi AL-Islam Kemuhammadiyahan (AIK). Menurut Mundakir, nilai-nilai AIK adalah paru-paru Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) yang harus benar-benar tumbuh subur dan bersemi di kampus UM Surabaya.

"Hal tersebut selain menjadi amanat persyarikatan, Saya juga berkeyakinan bahwa diferensiasi yang paling menarik dan efektif yang tidak dimiliki oleh perguruan tinggi yang lain adalah adanya implementasi nilai-nilai Islam bagi seluruh Civitas Akademika UM, termasuk mahasiswa,” katanya.

Ketiga, penguatan program internasionalisasi dan digitalisasi kampus. Mundakir mengatakan, setelah UM Surabaya terakreditasi unggul, maka posisi kampus ini harus ditingkatkan dari tingkat nasional menuju ke internasional.

Mitra kerja sama internasional melalui riset collaboration, join publication, students exchange, program double degree dan international accreditation perlu dilakukan dan ditingkatkan.

Terlebih dari itu semua dengan internasionalisasi kampus, maka peluang untuk dakwah global menyebarluaskan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil alamin semakin terbuka.

Menurut Mundakir, program digitalisasi merupakan salah satu kebutuhan dan bentuk penyesuaian kampus terhadap perubahan teknologi informasi yang terus berkembang pesat. Digitalisasi adalah keniscayaan di era global.

Terakhir, ia mengucapkan terima kasih atas amanah yang diberikan. Mundakir menyadari tidak banyak orang atau kader yang diberikan kesempatan untuk memimpin AUM termasuk UM Surabaya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved