Ketahanan Pangan Jatim

Bukan Hanya Dikenal Pecelnya, 4 Komoditas Kabupaten Madiun Jadi Produk Unggulan dan Ikon Baru

Produk produk inilah yang diharapkan bakal menjadi ikon baru di Kabupaten Madiun. Produk itu adalah Porang, Beras Sehat Rendah Karbon, Kopi dan Kakao.

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Wiwit Purwanto
surya.co.id/feb
Petani di Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, tengah menanam Porang, salah satu komoditas yang menjadi produk unggulan ketahanan pangan di Kabupaten Madiun, Selasa (5/11/2024). 

Dalam meningkatkan produk unggulan, lanjut Sumanto, pihaknya melakukan peningkatan kualitas produk dengan pemilihan varietas unggul, penerapan teknik budidaya yang baik, pengolahan pasca panen yang baik, hingga penerapan standar mutu.

“Lalu soal peningkatan produksi dengan, optimalisasi lahan, pemanfaatan teknologi pertanian, peningkatan sumber daya manusia, dari sisi pemasaran ada pengembangan branding atau merk yang mudah diingat konsumen, diversifikasi produk, sampai kerjasama dengan koperasi, pedagang besar, atau supermarket,” bebernya.

Pihaknya juga memberikan bantuan berupa sarana produksi pertanian, berupa benih, pupuk,dan pestisida.

Selain itu juga ada alat mesin pertanian, serta infrastruktur terdiri dari jaringan irigasi dan perpompaan.

“Selanjutnya bantuan dengan pupuk alokasi pupuk bersubsidi mendapatkan tambahan alokasi agar pupuk bisa tercukupi,” katanya.

Mengenai persoalan pada Kakao, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun menghadirkan inovasi pengendalian hama kakao dengan pestisida organik, di wilayah Kecamatan Kare dan Kecamatan Gemarang.

“Masih adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman, antara lain Penggerek Buah Kakao dan Helopeltis,” terangnya.

“Apalagi disaat musim penghujan,dalam kondisi kebun posisi kelembaban tinggi, kadang masih ada serangan jamur pada buah, yang berakibat buah busuk dari ujung buahnya. Tentu berdampak ke produksi jadi berkurang,”sambung Sumanto.

Pihaknya mengaku rutin mengadakan pembinaan terkait penanganan panen dan pasca panen tanaman Kakao, yang diharapkan sebelum penjemuran atau pengeringan dilakukan fermentasi, untuk meningkatkan mutu Biji Kakao.

Di satu sisi, kegiatan yang terus dilaksanakan yaitu Gerakan Pengendalian Hama Penyakit, agar tidak terserang hama dengan menggunakan Pestisida Nabati, yang dilakukan bersama antara Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, dengan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, serta Direktorat Jenderal Perkebunan.

“Pemasaran terbuka lebar khususnya Kakao, harga saat ini Rp 80.000- Rp 90.000 per kilogram biji kering. Kalau yang fermentasi sampai Rp 140.000 per kilogram biji kering,” ujarnya.

“Pemasaran sangat mudah karena banyak pedagang yang mencari Biji Kakao. Ada yang dijual ke pengepul terus dari pengepulnya ada yang dibawa ke Blitar,” lanjut Sumanto.

Kedepan pihaknya tetap konsisten dalam pembinaan petani, maupun pengembangan dan rehabilitasi tanaman yang rusak, dengan harapan petani mendapatkan penghasilan lebih baik.

“Tujuannya adalah lebih mensejahterakan para petani. Terlebih Kakao ini kan bahan baku industri, jadi jualnya bukan untuk konsumsi sendiri karena masih panjang rantai prosesnya untuk konsumsi,” pungkas Sumanto.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved