SURYA Kampus
Sosok Asti Shafira Pegawai Puskesmas Lulusan S2 Harvard, Pernah Utang UKT Jutaan usai Ayah Meninggal
Asti Shafira (27) harus berjuang mati-matian untuk bisa kuliah di Harvard University, Amerika. Begini kisahnya
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Asti Shafira (27), baru saja menyelesaikan pendidikan master di Harvard University, Amerika.
Di balik pencapaian itu, ternyata Asti Shafira harus berjuang mati-matian.
Perjuangan Asti Shafira bermula ketika dirinya masih menempuh pendidikan S1 di Universitas Indonesia (UI).
Asti kehilangan sang ayah selamanya.
“Di tahun ke-2 kuliah, ayahku meninggal. Beliau satu-satunya tulang punggung keluarga,” ujar Asti dalam video di Instagram @kobieducation pada Desember 2023 lalu.
Kepergian ayahnya yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga menyebabkan Asti mengalami kesulitan membayar uang kuliah tunggal (UKT).
Saat itu, ia memiliki utang UKT belasan juta.
Baca juga: Respon Keluarga Vina Jika PK Terpidana Kasus Vina Dikabulkan: Alhamdulilah Kalau Bukan Pembunuhan
Baca juga: Alasan Mayor Teddy Belum Dilantik Bersama Menteri Kabinet Merah Putih, Tak Perlu Pensiun dari TNI
Ia pun memohon kepada pihak kampus agar diberi keringanan.
Memutar otak agar bisa membayar kuliah, Asti lantas mencoba berbagai beasiswa.
“Jungkir balik apply belasan beasiswa selalu ditolak. Akhirnya di tahun ke-3 kuliah baru dapat beasiswa yang sesuai,” cerita dia.
Setelah mendapat beasiswa, Asti tak lantas bersantai.
Ia justru makin giat belajar dan semakin aktif dalam berbagai kegiatan.
Kondisi ekonomi yang pas-pasan membuat Asti berpikir ulang untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2.
Ia dilema antara bekerja atau melanjutkan kuliah setelah lulus sarjana.
“Dari dulu pengin banget kuliah di Harvard. Bener-bener kampus impian aku. Tapi keadaannya enggak memungkinkan karena aku juga harus bantu hidupi keluarga,” tutur dia.
Baca juga: Ingat Pak Alvi Guru Honorer yang Nyambi Kerja Jadi Pemulung? Nasibnya Disinggung Lagi Anggota DPR
Baca juga: Sosok Kolonel Inf Wahyo Yuniartoto Ajudan Presiden Prabowo Pengganti Mayor Teddy, Motivator Andal
Sayangnya, selepas kuliah S1, Asti tak segera mendapat pekerjaan. Ia juga sempat sakit.
Padahal, dia harus bekerja untuk membantu menghidupi ibu dan adik-adiknya.
Setelah berbulan-bulan mencari pekerjaan, akhirnya Asti diterima di salah satu perusahaan startup sebagai Business Development.
Namun, ia hanya bertahan empat bulan.
Ia mencoba peruntungan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) untuk mengisi formasi sebagai Ahli Gizi, yang sesuai dengan jurusannya saat kuliah.
“Akhirnya aku berhasil diterima sebagai PNS Ahli Gizi dan ditempatkan di salah satu puskesmas di Jakarta."
"Sejak saat itu, aku jadi tulang punggung keluarga. Kalau kata anak zaman sekarang ‘frugal living’, kalau ada opsi enggak ngeluarin uang, ya aku akan pilih itu,” ucap dia.
Bekerja di puskesmas tak membuatnya meninggalkan impian melanjutkan kuliah di Harvard University.
Sempat mendapat cemooh dari orang sekitar, Asti tak patang menyerah.
“Walaupun banyak banget yang ngeremehin. Katanya enggak mungkin bisa kuliah di Harvard, enggak ada sejarahnya pegawai puskesmas kuliah sampai ke sana,” kenang dia.
Baca juga: Ingat Esa Bocah Minta Dijemput Polisi di Kota Blitar? Kini Senang Bisa Sekolah Lagi di Sini
Baca juga: Nggak Nyangka Candaan Soal Kematian Korban Pesawat Jatuh SAM Air Jadi Kenyataan, Ini Isinya
Asti tetap bertekad kuliah di Harvard University.
Upgrade ilmu saat pandemi covid-19
Selama pandemi covid-19 pada 2020, banyak permasalahan yang dialami terutama berkaitan dengan pekerjaannya sebagai tenaga kesehatan (nakes).
Hal itu justru membuatnya semakin semangat memantapkan impiannya untuk melanjutkan S2 di luar negeri untuk meningkatkan ilmu dan mewujudkan cita-citanya di bidang kesehatan.
“Wah pas covid-19 itu kacau banget sih, sebagai nakes aku kewalahan banget sampai overworked."
"Dari kejadian pandemi covid-19, aku jadi melihat dan mengalami banyak hal. Sistem kesehatan di Indonesia masih butuh banget untuk dibenahi,” tutur dia.
Berangkat pagi buta pulang malam lanjut persiapan beasiswa
"Dalam kesehariannya bekerja banting tulang untuk keluarga, Asti harus berangkat kerja di pagi buta. Jarak antara tempat kerja dan rumahnya terbilang cukup jauh, sehingga ia juga harus pulang larut malam.
Baca juga: Daftar Tugas Mayor Teddy Indra Wijaya Jadi Sekretaris Kabinet Merah Putih, di Bawah Presiden Prabowo
Baca juga: Tak Ikut Hiruk-Pikuk Pelantikan Prabowo-Gibran, Rocky Gerung Pilih Cari Bojo ke Bojonegoro
Meskipun di tengah kepadatan aktivitasnya, Asti tetap menyempatkan diri belajar persiapan mendaftar beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Hal tersebut dilakukannya karena dia sudah berkomitmen mendapatkan beasiswa ke luar negeri.
“Jadi mau secapek apa pun harus disempetin buat belajar IELTS dan lainnya,” ujar dia.
Asti mengaku mengalami kesulitan ketika belajar IELTS mandiri lantaran tak memiliki biaya untuk mengikuti les bahasa Inggris.
“Aku juga struggle belajar IELTS sendiri, karena enggak bisa mengeluarkan modal untuk ikut les,” ucap dia.
Dapat LoA dari Harvard University
Berkat ketekunannya dalam belajar, akhirnya Asti berhasil membuktikan bisa diterima di kampus impiannya, yaitu Harvard University dalam program Master of Science in Global Health.
Bahkan, ia juga mendapat LoA dari John Hopkins University.
Tentunya, hal ini dikarenakan persiapan matang. Mulai dari riset kampus, jurusan, dan melatih diri menulis untuk bekal persiapan menulis esai.
“Enggak peduli omongan orang lain, aku nekat daftar ke kampus impianku,” tutur dia.
Gagal 1 Kali
Sebelum dinyatakan lolos LPDP pada 2023, Asti ternyata pernah gagal satu kali saat mendaftar LPDP di 2021.
Tak menyerah, Asti berani mencoba lagi sampai akhirnya berhasil dinyatakan lolos.
“Tahun 2021 pernah daftar LPDP tapi enggak lolos gara-gara kurang syarat berkas perizinan sebagai PNS."
"Enggak mau mengulangi kesalahan yang sama, aku daftar lagi di tahun berikutnya. Finally lolos LPDP!” kenangnya.
Baca juga: Kronologi Pesawat Sam Air Jatuh Ke Tambak Di Gorontalo 4 Orang Tewas, Terdengar Suara Gemuruh
Baca juga: Kisah Pak Ujang Nafkahi Keluarga, Pagi Kayuh Odong-odong Sore Jadi Pemulung, Cuma Dapat Rp 20 Ribu
Dari yang awalnya dihantui keraguan, bahkan sampai banyak yang meremehkan, semua itu bisa dipatahkan oleh Asti.
Dia berhasil membuktikan dirinya bisa diterima di Harvard University dengan beasiswa.
“Aku memilih di Harvard University karena itu kampus impianku dari dulu dan paling cocok dengan jurusan dan pekerjaanku,” ujar Asti.
===
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur. Klik di sini untuk untuk bergabung
SURYA Kampus
Asti Shafira
Pegawai Puskesmas
Harvard University
berita viral
surabaya.tribunnews.com
SURYA.co.id
Pasca ORI Campak di Sumenep, FK Unair Tekankan Pentingnya Imunisasi Berkelanjutan |
![]() |
---|
Sosok Lima Kandidat yang Maju dalam Pemilihan Dekan FK Unair 2025–2030 |
![]() |
---|
16 Produk Teknologi Tepat Guna KKN UMSurabaya Telah Didaftarkan HKI, Ini Pesan Armuji |
![]() |
---|
Grab dan Narasi Hadirkan Generasi Campus Roadshow 2025, Dimulai dari Surabaya |
![]() |
---|
Mahasiswa Untag Surabaya Hadirkan Inovasi IoT untuk Peternakan Ayam Petelur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.