Berita Pasuruan

Budayakan Hidup Bersih Pada 225 Siswanya, SDN Sumbersari II Pasuruan Raih Predikat Adiwiyata Jatim

Ratna mengaku lega karena berhasil menjadikan anak-anak didik sebagai generasi penerus menjadi agen kebersihan

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Deddy Humana
surya/Galih Lintartika (Galih)
Kepala Sekolah SDN Sumbersari II Pasuruan, Ratna Mufidah (kiri) dan Rosikhul Hidayah, Ketua Tim Adiwiyata. 

SURYA.CO.ID, PASURUAN - Menciptakan anak didik sadar kebersihan dan berwawasan lingkungan di sekolah bukan perkara mudah. Tetapi SDN Sumbersari II Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan mampu melakukannya lewat perjuangan panjang hingga mampu menjadi sekolah Adiwiyata tahun 2024.

Seperti diketahui,  Adiwiyata adalah program Kementrian Lingkungan Hidup (LH) agar sekolah menerapkan sistem untuk mewujudkan warga sekolah yang peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.

Predikat sekolah Adiwiyata untuk SDN II Sumbersari ini juga diapresiasi PJ Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono sebagai pemenang tingkat Provinsi Jawa Timur. Penghargaan ini berlaku empat tahun sejak diterbitkan.

Kepada SURYA, Kepala Sekolah SDN Sumbersari II, Ratna Mufidah mengaku bersyukur karena sekolahnya mendapatkan amanah menjadi sekolah Adiwiyata Jawa Timur.

Menurutnya, kerja keras dan perjuangan semua pihak membuahkan hasil. Ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah bergotong-royong dan bekerja keras selama ini.

Namun terlepas dari semua itu, Ratna mengaku lega karena berhasil menjadikan anak-anak didik sebagai generasi penerus menjadi agen kebersihan. Ada pesan dari Adiwiyata ini yang bisa diterima dan dipahami dengan baik oleh semua siswa.

“Alhamdulillah, kami berhasil membentuk kharakter dengan membiasakan anak-anak hidup bersih. Contoh sederhana,  anak-anak sekarang sudah mau membuang sampah pada tempatnya,” kata Ratna, Jumat (13/9/2024).

Menurutnya, ini adalah sebuah pencapaian mengingat mereka adalah generasi penerus bangsa yang dipersiapkan menuju Indonesia Emas. Sebanyak 225 siswa di SDN Sumbersari II sudah bisa membedakan sampah organik dan non organik.

“Anak-anak menjadi aset penting bangsa ini. Makanya, kami biasakan agar mereka membuang sampah pada tempatnya. Tidak seperti sebelumnya, sampah dibuang ke tempat sembarangan,” paparnya.

Ia juga mengakui, Adiwiyata ini sebagai wadah untuk menyampaikan pesan moral kepada anak-anak. Dan harapannya, mereka bisa menjadi agen lingkungan untuk terus mengkampanyekan hidup bersih.

Caranya dengan membuang sampah pada tempatnya. Padahal prosesnya tidak mudah untuk mengubah kebiasaan anak. Namun ia meyakini hal itu bisa dilakukan lewat pendekatan dari hati ke hati kepada anak-anak secara persuasif.

“Jadi awalnya memang berat, tidak mudah mengajak anak untuk membuang sampah pada tempatnya. Tetapi kami tidak menghukum mereka yang membuang sampah sembarangan,” ungkapnya.

Ratna lebih memilih cara mengingatkan secara halus sembari diberikan arahan. Meski pelahan dan sulit awalnya tetapi pendekatan itu ternyata membuahkan hasil maksimal. 

Rosikhul Hidayah, Ketua Tim Adiwiyata mengatakan, mendidik siswa bukan hanya soal akademik, tetapi juga pendidikan kharakter seperti menumbuhkan sikap peduli lingkungan anak juga harus diterapkan. 

“Mudah-mudahan inovasi ini akan membawa kebaikan untuk Indonesia. Dan semoga anak didik kami bisa memberi manfaat untuk lingkungan dan bangsa utamanya dalam hal kebersihan,” ujar Rosikhul..

Sumber: Surya
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved