Berita Surabaya

Survei Manulife: Masyarakat Indonesia Hadapi Tekanan Finansial Akibat Biaya Perawatan Kesehatan Naik

Survei terbaru dari Manulife Asia Care Survey 2024 menyatakan meningkatnya biaya perawatan kesehatan jadi kekhawatiran utama bagi masyarakat Indonesia

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
ist
Survei terbaru dari Manulife Asia Care Survey 2024 menyatakan meningkatnya biaya perawatan kesehatan dan biaya hidup menjadi kekhawatiran utama bagi masyarakat Indonesia 

Hanya Vietnam yang mendekati angka tersebut, sementara rata-rata negara-negara di Asia masing-masing 20 persen (kemungkinan besar tidak akan atau belum pasti meningkat) dan 22 persen (masih belum yakin).

“Masyarakat Indonesia memiliki investasi yang lebih beragam ketimbang negara lain di Asia, namun mereka amat bergantung pada tabungan. Hal ini beresiko tinggi karena uang pasti akan mengalami depresiasi, terutama ketika laju inflasi tinggi. Uang bukanlah jawaban,” terang Ryan.

Merupakan tanggung jawab Manulife untuk membantu masyarakat lebih memahami asuransi dan investasi lainnya agar bisa melindungi dan mengembangkan tabungan mereka  untuk masa depan.

Survei juga mengungkapkan bahwa persepsi responden terhadap inflasi biaya perawatan kesehatan selama 12 bulan terakhir adalah sebesar 26 persen, di atas rata-rata negara-negara di Asia (23 persen) dan lebih besar dua kali lipat dari angka yang sebenarnya.

Responden sangat  khawatir dengan kenaikan harga pada resep obat (61 persen), perawatan kesehatan untuk pencegahan (42 persen), dan rawat inap (41 persen).

Penyakit yang paling dikhawatirkan adalah penyakit jantung (40 persen), stroke (35 persen), obesitas (24 persen), serta kanker dan diabetes (keduanya 22 persen).

Perlindungan kesehatan responden masih rendah, terutama untuk penyakit kritis: rawat jalan 40 persen, rawat inap 34 persen, kecelakaan 30 persen, dan hanya 15 persen untuk penyakit kritis.

Bahkan, angka-angka tersebut sebagian besar akan turun dalam beberapa tahun ke depan.

Jaminan rawat jalan diperkirakan akan turun menjadi 25 persen rawat inap menjadi 27 persen dan kecelakaan menjadi 25 persen, dengan hanya penyakit kritis yang sedikit lebih tinggi menjadi 18 persen.

Menunda masa pensiun semakin menjadi pilihan dibandingkan bergantung pada anak.

Sebagian besar responden di Asia merasa bahwa tunjangan dan cakupan kesehatan dari perusahaan mereka tidak cukup.

Begitu pula di Indonesia, dengan 74 persen responden memiliki pandangan serupa.

Sebanyak 85 persen merasa perlu menambah tunjangan pensiun dan tunjangan hari tua yang mereka terima dari perusahaan—angka tertinggi di kawasan Asia bersamaan dengan Vietnam.

Selain itu, 60 persen dari mereka yang sudah menikah ingin menunda masa pensiun karena tanggung jawab finansial mereka terhadap keluarga.

Pada umumnya di Asia dan di berbagai belahan dunia lainnya, alternatif untuk bergantung memiliki asuransi dan pensiun di hari tua adalah dengan memiliki anak untuk dapat menafkahi mereka di masa pensiun. Ini merupakan pandangan yang semakin memudar.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved