Berita Surabaya

Mahasiswi UINSA Surabaya Tewas Kecelakaan saat Kejar Jambret, Ini Kesaksian Ibunda Korban

Korban Maya Dwi R (21) tewas usai terjatuh di tengah pengejaran komplotan begal yang menjambret dirinya saat melintas di ruas Jalan Arjuno, surabaya

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: irwan sy
Luhur Pambudi/TribunJatim.com
Milah (44) saat ditemui di rumahnya Jalan Tambak Dalam Baru, Asemrowo, Surabaya. Milah adalah orang tua mahasiswi UINSA yang meninggal dunia saat mengejar jambret yang mencuri tasnya. 

Tas milik Maya berbentuk persegi berbahan kulit berukuran dimensi ruang 10 cm x 5 cm.

Di dalam tas kulit berwarna abu-abu tersebut, terdapat ponsel iPhone, dompet dan alat pengisi daya milik wanita yang akrab disapa Wiwik, oleh keluarganya di lingkungan rumah.

Saksi yang juga kebingungan mencari cara untuk mengembalikan tas tersebut kepada pemilik, akhirnya memutuskan membawa tas tersebut ke rumah, dengan harapan, ada telepon masuk ke ponsel yang ada di dalam ras tersebut.

Ternyata, titik terang soal tas tersebut, muncul pada pukul 01.30 WIB, Jumat (24/5/2024).

Pria yang memiliki hubungan sebagai pacar dengan Maya menelepon ponsel Maya yang sedang berada di tangan saksi.

Alhasil, duduk perkara tentang nasib tas Maya yang hilang dijambret, akhirnya terjawab sudah.

Namun, pada saat yang bersamaan, muncul pertanyaan utama; lantas di mana Maya berada.

"Nah setelah ditelpon, akhirnya mbaknya bilang (cerita soal si Maya kena jambret tapi tasnya jatuh, dan si Maya gak sadar lalu tetap kejar). Jam 01.30 hari jumat. Disamperin ke rumah saksi daerah Dupak," ungkapnya.

Maka dimulailah pencarian keberadaan Maya beserta kendaraan motornya, secara sporadis menerka-nerka ke segala penjuru arah mata angin.

Milah mengatakan, pencarian itu, dilakukannya bersama sang suami, anak pertama, dan pacar Maya.

Semula ia memperkirakan Maya berada di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak, atau Surabaya Utara.

Lalu ada yang mencari di kawasan sekitaran SPBU, berlanjut hingga ke jalanan kawasan Bubutan, dan emperan depan Mal BG Junction.

"Kami awalnya mencari tanpa arah. Kita gak bisa menghubungi siapa," ujar ibu empat anak yang telah berjualan sayur di Pasar Tembok, selama 16 tahun itu.

Sebenarnya, motor yang dikendarai Maya terpasang alat pelacak GPS.

Namun, karena fitur layanan berbayarnya sejak beberapa bulan lalu, tidak diperpanjang.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved