Hikmah Ramadhan
Ramadhan dan Penguatan Ketahanan Keluarga di era Digital
Kedua pribadi berkompromi atas dasar cinta kasih membuat keduanya saling menerima dan menghormati kekurangan masing-masing.
Untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi keluarga, tentu suami sebagai imam dan pemimpin keluarga perlu menunjukkan ikhtiar terbaik untuk menjemput rizki dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan keluarganya dengan sebijak mungkin.
Istri dapat mendukung usaha suami dengan usaha yang positif disertai pola komunikasi yang sehat dan respectful. Di samping cara-cara yang digunakan bersifat halal, baik dan legal, pengelolaan dan pemanfaatan rizki juga harus mengikuti ketentuan agama.
Budaya konsumtif, hedonis, maniak barang bermerek, persaingan antar individu dan kebiasaan flexing atau pamer kekayaan melalui media sosial menjadi salah satu tantangan kehidupan keluarga di era digital.
Tantangan yang hanya dapat dihadapi dengan pemikiran sehat dan waras bahwa flexing hanya kesenangan sesaat namun akan menjadi candu yang tak berkesudahan. Pelakunya tidak akan pernah puas, terus tertantang dan menjadi pribadi yang kurang sejahtera secara psikologis.
Pasangan suami istri perlu memiliki mindset bahwa rizki adalah karunia dan amanah dari Allah SWT yang perlu dimanfaatkan menjadi infrastruktur ibadah untuk mencapai kesejahteraan hakiki berupa keberkahan keluarga dan Ridho Ilahi.
Jangan sampai harta yang berlimpah menjadi bumerang bagi pasangan, memicu pertengkaran apalagi perpisahan.
Pilar keamanan, kenyamanan dan kedilan nampaknya lebih banyak bertumpu pada pola komunikasi antar pasangan dan anggota keluarga. Proses komunikasi yang penuh respek akan menguatkan ketahanan keluarga.
Keluarga yang membangun pola komunikasi saling terbuka, memberikan kesempatan anggotanya untuk menyampaikan pendapat secara terbuka, memberikan respon emptik dan respek akan menghadirkan kehangatan dan kenyamanan.
Banyak ahli menyebutkan bahwa sebagian besar kehidupan berkeluarga berupa proses komunikasi. Hal ini melibatkan upaya untuk saling memahami, menghargai, dan berempati terhadap keunikan pasangan.
Hal ini relevan dengan pandangan yang menyatakan bahwa sejatinya, pernikahan adalah persandingan dua pribadi yang berbeda baik pandangan, kebiasaan maupun kharakter.
Kedua pribadi berkompromi atas dasar cinta dan kasih yang membuat keduanya saling menerima dan menghormati kekurangan masing-masing. Tentu diperlukan proses penyesuaian yang terus menerus sepanjang kehidupan pernikahan.
Konflik dapat tersulut mana kala salah satu memiliki cara pandang, sikap dan perilaku yang berbeda dengan pasangannya. Teori konseling Analisis Transaksional yang dicetuskan Eric Berne dapat digunakan untuk menganalisis kondisi ini.
Terdapat tiga pola relasional yang mungkin terjadi yaitu (1) I am Ok- You are Ok, (2) I am Ok-You are Not Ok dan (3) I am not Ok-You are Ok.
Pola relasi pertama akan melahirkan relasi penuh hormat, respek dan empati karena masing-masing memandang pasangannya secara positif.
Pola relasi tidak seimbang terjadi pada pola kedua dan ketiga, pada pola ketiga salah satu bersikap superior sehingga berpotensi memunculkan sikap merendahkan, melecehkan dan tidak menghormati pasangan, sedangkan pola ketiga berupa sikap inferior atau rendah diri pada salah satu pasangan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.