Hikmah Ramadhan 2024
Ramadhan dan Tazkiyatun Nafs di Tengah Kompleksitas Kehidupan oleh Prof Dr Muhammad Turhan Yani MA
Ramadhan mengajarkan kepada umat manusia untuk membersihkan dan mensucikan diri dari sifat-sifat buruk yang ada dalam diri melalui berpuasa.
Penulis: Abdullah Faqih | Editor: Cak Sur
Oleh karena itu, tidak heran dalam faktanya banyak orang alim yang allaamah (para wali, kiai, dan habib) memiliki ilmu mukasyafah (menembus tabir) secara cerdas dan tepat.
Hal demikian tidak lepas dari jiwa yang bersih dan suci yang telah melekat pada dirinya, sehingga hati dan pikirannya dapat menembus sekat-sekat fisik dan non fisik.
Dari fakta inilah, banyak orang yang sowan kepada para wali, kiai dan habib untuk mohon doa restu atau mohon dapat barokahnya, karena kemuliaan ilmu dan akhlaknya.
Bukan karena harta dan kepopulerannya, mereka dengan riyadloh spiritualnya menjadi pribadi teladan yang layak menjadi role model bagi kehidupan umat manusia, karena merekalah sesungguhnya pewaris Nabi.
Derajat (maqom) keilmuan dan pribadi berakhlak menjadikan para wali, kiai dan habib didatangi/disowani oleh kalangan masyarakat.
Hal demikian dapat dilihat, khususnya ketika seseorang memiliki hajat tertentu. Baik dari kalangan pejabat, akademisi, politisi, profesional maupun orang biasa silaturrahim dan sowan kepada orang-orang mulia tersebut untuk mendapatkan wasilah (link) kepada Allah melalui nasihat-nasihat, hikmah dan doa-doa yang dimunajatkan kepada Allah.
Kekuatan spiritual orang-orang istimewa tersebut tidak tiba-tiba dimiliki, akan tetapi melalui proses panjang dan lama. Di antaranya tirakat dan riyadloh-(latihan spiritual) seperti puasa Senin dan Kamis, atau puasa Dawud secara istiqomah dan tirakat-tirakat lainnya.
Sehingga, pengembaraan spiritualnya melalui taqarrub (mendekatkan) diri kepada Allah, menjadikan dirinya pribadi yang baik (akhlaqul karimah) dan membuahkan keistimewaan serta kemuliaan yang Allah anugerahkan kepadanya.
Dalam konteks Ramadhan yang di dalamnya ada perintah berpuasa, kekuatan spiritual Ramadhan di atas puasa-puasa sunnah di bulan lainnya.
Oleh karena itu, diperlukan internalisasi dan pembiasaan-pembiasaan kebaikan yang dapat mengasah dimensi batin manusia. Tidak sekedar puasa fisik, akan tetapi juga puasa dalam pengendalian sifat-sifat buruk, sehingga hati dan pikiran menjadi lebih jernih dan terbuka menerima nasihat dan kebaikan yang datang kepadanya.
Selanjutnya, bisakah orang awam mensucikan jiwa (tazkiyatun nafs) melalui puasa Ramadhan? Jawabannya bisa, minimal dia dapat mengendalikan sesuatu yang buruk mulai dari fajar sampai matahari terbenam.
Pada masa itu pula, jiwanya telah terbentengi dari sifat-sifat buruk seperti mengumpat, bermusuhan, korupsi dan perbuatan-perbuatan buruk lainnya.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW mengajarkan ketika seseorang berada dalam berinteraksi sosial yang tidak baik, diajarkan untuk menegaskan diri inni shoimun (sesungguhnya saya berpuasa).
Penegasan ini, sebagai pengingat dan sekaligus untuk mencegah supaya keburukan itu tidak dilakukan karena sedang berpuasa.
Secara substansi menunaikan puasa Ramadhan diharapkan tidak hanya berhenti saat ibadah puasa dilaksanakan, akan tetapi juga berdampak positif sampai masa selanjutnya, sehingga efek dari puasa dapat membersihkan hati dan pikiran kotor.
Hikmah Ramadhan 2024
Hikmah Ramadhan
Ramadhan dan Tazkiyatun Nafs
Prof Dr Muhammad Turhan Yani MA
surabaya.tribunnews.com
SURYA.co.id
Hikmah Ramadhan 2024 - Hari Raya, Antara Tradisi dan Tuntunan Syariat |
![]() |
---|
Hikmah Ramadhan 2024, Islam yang Diamalkan |
![]() |
---|
Hikmah Ramadhan, Memahami Fungsi Zakat Fitrah oleh Sholihin Hasan |
![]() |
---|
Hidup Bersukma Ramadhan, Menjemput Hari Kemenangan Sesungguhnya |
![]() |
---|
Hikmah Ramadhan, Muhasabah Ramadhan oleh Dr KH Ilhamullah Sumarkan M Ag |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.