Dampak Boikot Israel, Starbucks PHK 2.000 Karyawan

Sebanyak 2.000 karyawan Starbucks di Timur Tengah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK)dampak boikot terhadap Israel.

Editor: Tri Mulyono
cosmopolitan.com
Foto ilustrasi : Starbucks. Sebanyak 2.000 karyawan Starbucks di Timur Tengah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK)dampak boikot terhadap Israel 

SURYA.CO.ID, JAKARTA - Dampak nyata dari aksi boikot terhadap Israel mulai memakan korban.

Sebanyak 2.000 karyawan Starbucks di Timur Tengah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) karena penjualan Starbucks terus menurun pascaseruan boikot terhadap Israel.

Seperti diketahui, Starbucks menjadi salah satu perusahaan yang terkena dampak boikot perang Israel-Palestina.

Hingga saat ini, gerakan memboikot produk Starbucks masih tetap disuarakan.

Starbucks  sempat membantah keterlibatan brand minuman kopi asal Amerika Serikat tersebut dalam memberikan dukungan finansial kepada Israel.

Berita yang beredar di media sosial tersebut menurut mereka tidak benar.

Meski begitu, raksasa ritel GULF, AlShaya Group, yang memiliki hak untuk mengoperasikan Starbucks di Timur Tengah, telah mengalami dampaknya.

Mereka pun akan memberhentikan lebih dari 2.000 orang karyawannya.

Dilansir dari The Business Times yang mengutip laporan Reuters, Rabu (6/3/2024), disebutkan bahwa keputusam PHK tersebut diambil lantaran kondisi bisnis ritel menurun akibat terdampak aksi boikot konsumen terkait konflik Gaza.

Perusahaan telah melakukan PHK pada pekan lalu sekitar 4 persen dari total karyawan yang berjumlah 50.000 orang dan sebagian besar terkonsentrasi di waralaba Starbucks di Timur Tengah dan Afrika Utara.

AlShaya Group membenarkan keputusan PHK karyawan meski sulit untuk dilakukan.

AlShaya Group juga memastikan akan membantu karyawan yang terdampak.

“Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus-menerus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah kolega di gerai Starbucks MENA kami,” kata Alshaya dalam sebuah pernyataan.

“Kami akan memastikan bahwa kami memberikan rekan-rekan kami yang meninggalkan bisnis ini, dan keluarga mereka, dukungan yang mereka butuhkan,” kata perusahaan tersebut.

Didirikan pada tahun 1890 di Kuwait, AlShaya adalah salah satu pewaralaba ritel terbesar di kawasan itu yang memiliki hak untuk menjalankan bisnis merek-merek Barat yang populer termasuk The Cheesecake Factory dan Shake Shack.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved