Santri Banyuwangi Tewas di Kediri

Nasib Gus Fatihunada, Pengasuh Pesantren yang Ikut Antar Jenazah Santri yang Tewas Dianiaya

Nasib Gus Fatihunada, pengasuh Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Kediri, Jawa Timur, sudah menjalani pemeriksaan di Polres Kediri Kota. 

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
KOLASE IST/Youtube
Pria pengantar jasad santri Banyuwangi jadi sorotan 

SURYA.CO.ID - Nasib Gus Fatihunada, pengasuh Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Kediri, Jawa Timur, sudah menjalani pemeriksaan di Polres Kediri Kota. 

Pemeriksaan Gus Fatihunada buntut santri Banyuwangi, Bintang Balqis Maulana (14) yang tewas dianiaya 4 seniornya. 

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Kediri Kota Ajun Komisaris Polisi (AKP) Nova Indra Pratama menjelaskan, pemeriksaan terhadap Gus Fatihunada sempat tertunda.

Hal ini lantaran Gus Fatihunada berada di luar kota. 

Adapun keterangan dari pengasuh itu diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuannya tentang perkara tersebut.

“Pemeriksaannya tentang pengetahuan dia kapan dilapori sama siswanya sampai dia mengantar jenazah korban ke Banyuwangi,” ujar AKP Nova dikutip dari Kompas.com, Sabtu (2/3/2024).

Baca juga: Sosok Gus Fatihunada Pengasuh Pesantren Tempat Santri Banyuwangi Tewas Dianiaya, Diperiksa Polisi

Disinggung tentang hasil dari pemeriksaan tersebut, pihaknya mengaku masih membutuhkan pendalaman lebih lanjut.

"Keterangannya masih kita dalami,” ujarnya.

Dengan diperiksanya pengasuh tersebut, jumlah saksi yang sudah diperiksa atas perkara itu sebanyak 10 orang.

Sementara jumlah tersangka masih tetap empat orang santri senior yakni MN (18) seorang pelajar kelas 11 asal Sidoarjo, MA (18) pelajar kelas 12 asal Nganjuk, AF (16) asal Denpasar, serta AK (17) asal Kota Surabaya.

Baca juga: Nasib Keluarga Santri Banyuwangi yang Tewas Dianiaya Senior, Kondisi Psikologis Jadi Perhatian KPAI

Pesantren Tak Diberi Sanksi

Sebelumnya, Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur tidak memberikan sanksi terhadap pondok pesantren yang berlokasi di Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Padahal, pondok presantren ini belum memiliki izin operasional memberi layanan pendidikan agama (pondok). 

Kabid Pendidikan Diniyah dan Ponpes Kanwil Kemenag Jatim As'adul Anam menyerahkan pada proses hukum, meski tindakan kekerasan yang berujung kematian santri itu terjadi di Ponpes di bawah Kemenag Jatim.

"Kami tidak bisa memberikan sanksi karena secara administratif belum ada keterkaitan. Kami akan lakukan pendampingan dan pembinaan," ungkap Anam.

Kemenag Jatim juga menyerahkan semua pengusutan terkait peristiwa di Ponpes itu kepada polisi.

Kemenag akan kooperatif dan membantu kelancaran proses penyelidikan.

"Biarlah masyarakat yang menilai akan keberadaan ponpes itu seperti apa," katanya. 

Dijelaskan Anam, pesantren itu mulai beroperasi sejak 2014 dan memiliki 74 santri putri serta 19 santri putra.

Sebelumnya, Satreskrim Polres Kediri Kota akan memeriksa pihak pondok pesantren dalam kasus ini.

Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji mengatakan, pemeriksaan itu akan dilakukan dalam waktu dekat karena saat ini pengasuhnya masih berada di Banyuwangi.

"Waktunya nanti akan disesuaikan,” ujar AKBP Bramastyo kepada awak media seusai rekonstruksi di Mapolres Kediri Kota, Kamis (29/2/2024).

Selain pengasuh, pihaknya juga akan memeriksa seluruh anggota rombongan pesantren yang turut mengantarkan jenazah ke rumah duka di Banyuwangi pada Jumat (25/2/2024).

Pemeriksaan itu, menurut Kapolres, untuk memfokuskan pendalaman penyidikan terhadap empat orang tersangka yang ada.

Sejauh ini, masih kata mantan Koordinator Staf Pribadi Pimpinan (Koorspripim) Jawa Timur itu, total sudah ada 9 orang saksi yang telah dimintai keterangannya.

“Sementara ada 9 saksi,” pungkasnya. 

Sementara Pengasuh Pesantren Al Hanifiyyah, Fatihunada mengaku mendapatkan kabar salah satu santrinya meninggal dunia pada Jumat (23/2/2024).

Namun pria yang disapa Gus Fatih itu mengaku tidak mengetahui kejadian penganiayaan. Dia hanya tahu bahwa Bintang meninggal karena terpeleset di kamar mandi.

"Saya dikabari (kondisi) sudah meninggal. Dapat laporan itu karena jatuh terpeleset di kamar mandi,” kata dia, Senin (26/2/2024).

Fatih mengaku tidak tahu menahu terkait kejadian penganiayaan karena sejak awal dia mendapat laporan bahwa Bintang terpeleset.

"(Perihal penganiayaan) tidak tahu sama sekali. Jadi di luar prediksi saya dugaan semacam itu. Lha wong dari awal bilangnya terpeleset,” lanjut dia.

Pihak ponpes kemudian memulangkan jenazah ke daerah asalnya di Banyuwangi, Jawa Timur.

Dia pun turut serta mendampingi pemulangan jenazah bersama beberapa pengurus pesantren.

Diberitakan sebelumnya, Bintang Balqis Maulana meninggal dunia dan jenazahnya dipulangkan ke kampung halamannya di Banyuwangi, Jumat (25/2/2024).

Mulanya, penyebab kematiannya dikabarkan akibat terpeleset di kamar mandi.

Namun keluarga tak mempercayainya. Video perihal protesnya keluarga korban atas kondisi jenazah tersebut viral di media sosial.

Peristiwa itu lalu bergulir di kepolisian dan hasil penyelidikan mengungkap, korban tewas akibat pengeroyokan oleh sesama santri di pondok Al Hanifiyah Kabupaten Kediri.

Penyelidikan juga menetapkan empat orang santri sebagai tersangka pelakunya. Mereka melakukannya dengan dalih jengkel terhadap sikap korban yang sudah dinasehati. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved