Santri Banyuwangi Tewas di Kediri

Sosok Pria Viral Cengar-cengir saat Antar Jasad Santri Banyuwangi Tewas Dianiaya, Perannya Janggal

Terungkap sosok pria yang turut mengantar Bintang Balqis Maulana, santri Banyuwangi yang tewas dianiaya di pondok pesantren (ponpes) di Kediri, Jawa T

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
KOLASE IST/Youtube
Pria pengantar jasad santri Banyuwangi jadi sorotan 

SURYA.CO.ID - Terungkap sosok pria yang turut mengantar Bintang Balqis Maulana, santri Banyuwangi yang tewas dianiaya di pondok pesantren (ponpes) di Kediri, Jawa Timur.

Dalam video beredar, pria berbaju koko abu-abu yang juga mengenakan peci warna-warni itu tampak berdiri di dekat jasad Bintang. 

Ia terekam mengatupkan dua tangan seperti sedang menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga Bintang, lantaran anaknya kembali dalam kondisi tak bernyawa. 

Namun, yang semakin jadi sorotan, adalah sikap pria tersebut yang dinilai tak sopan karena cengar-cengir saat keluarga Bintang dalam kondisi berduka. 

Usut punya usut, pria tersebut adalah Gus Fatihunnada, pengasuh Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Kediri.

Kepada polisi, pihak ponpes mengaku Gus Fatihunnada sebagai pengasuh.

Baca juga: Nasib Pengantar Jenazah Santri yang Tewas Ikut Tercatut, Begini Perannya dalam Kasus Penganiayaan

Namun, keluarga korban justru mengungkap faktanya berbeda.

"Katanya sih pas polisi nanya kalau dia pengurus bukan kiyainya, sedangkan bude datang bude bilang kalau dia kiyainya."

"Jadi di sini udah banyak kecurigaan, pihak pondok juga menutup-nutupi," katanya.

Gus Fatihunnada mengaku tidak tahu Bintang tewas karena dianiaya di Ponpes Kediri.

"Tidak tahu karena laporan yang saya terima itu sakit, terpeleset, jatuh lah. Terus dalam keadaan kemudian meninggal, saya cuma dapat kabar awal itu ya itu dikabari ketika sudah meninggal," kata Gus Fatihunnada.

Sementara ibu Bintang, Suyanti menekankan bahwa anaknya bukan tewas karena terjatuh.

Ia mengaku amat kecewa dengan sikap pengasuh Ponpes Al Hanifiyah.

Nasib Pengantar Jasad Bintang

Terpisah, pengantar jenazah Bintang diduga turut menutupi kasus penganiayaan seorang santrinya. 

Terkait hal tersebut, Polres Kediri Kota akan melakukan pemeriksaan kepada pengasuh pesantren Al Hanifiyah di Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Kepala Kepolisian Resor (Polres) Kediri Kota Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Bramastyo Priaji mengatakan, pemeriksaan itu akan dilakukan dalam waktu dekat karena saat ini pengasuhnya masih berada di Banyuwangi.

"Waktunya nanti akan disesuaikan,” ujar AKBP Bramastyo kepada awak media seusai rekonstruksi di Mapolres Kediri Kota, Kamis (29/2/2024).

Selain pengasuh, pihaknya juga akan memeriksa seluruh anggota rombongan pesantren yang turut mengantarkan jenazah ke rumah duka di Banyuwangi pada Jumat (25/2/2024).

Pemeriksaan itu, menurut Kapolres, untuk memfokuskan pendalaman penyidikan terhadap empat orang tersangka yang ada.

Sejauh ini, masih kata mantan Koordinator Staf Pribadi Pimpinan (Koorspripim) Jawa Timur itu, total sudah ada 9 orang saksi yang telah dimintai keterangannya.

“Sementara ada 9 saksi,” pungkasnya.

Pihak Pesantren Harus Tanggung Jawab

Sementara itu, Kementerian Agama Jawa Timur (Kemenag Jatim) mengungkapkan, bahwa ponpes Al Hanifiyyah ternyata tak memiliki izin.

Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Mohammad As'adul Anam mengungkapkan PPTQ Al Hanifiyyah belum mengantongi izin operasional pesantren.

Dijelaskan Anam, pesantren itu mulai beroperasi sejak 2014 dan memiliki 74 santri putri serta 19 santri putra.

"Kami menyayangkan kekerasan di Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Mayan Mojo itu dan turut belasungkawa pada keluarga korban atas kejadian tersebut," ungkap dia, dikutip dari kompas.com pada Selasa (27/2/2024).

Hingga kemarin, kemenag Jatim belum menentukan langkah yang akan diberikan ke ponpes terkait insiden tragis di pesantren tersebut. 

Sementara Pengasuh Pesantren Al Hanifiyyah, Fatihunada mengaku mendapatkan kabar salah satu santrinya meninggal dunia pada Jumat (23/2/2024).

Namun pria yang disapa Gus Fatih itu mengaku tidak mengetahui kejadian penganiayaan. Dia hanya tahu bahwa Bintang meninggal karena terpeleset di kamar mandi.

"Saya dikabari (kondisi) sudah meninggal. Dapat laporan itu karena jatuh terpeleset di kamar mandi,” kata dia, Senin (26/2/2024).

Fatih mengaku tidak tahu menahu terkait kejadian penganiayaan karena sejak awal dia mendapat laporan bahwa Bintang terpeleset.

"(Perihal penganiayaan) tidak tahu sama sekali. Jadi di luar prediksi saya dugaan semacam itu. Lha wong dari awal bilangnya terpeleset,” lanjut dia.

Pihak ponpes kemudian memulangkan jenazah ke daerah asalnya di Banyuwangi, Jawa Timur.

Dia pun turut serta mendampingi pemulangan jenazah bersama beberapa pengurus pesantren.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved