Santri Banyuwangi Tewas di Kediri

Pesan Terakhir Santri Bintang kepada Ibunya, Sebelum Dipulangkan ke Banyuwangi Sudah Tak Bernyawa

Pulangnya Bintang tak bernyawa dengan kondisi badan penuh luka. Ada juga ceceran darah dari keranda yang dipakai untuk membawa Bintang.

|
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Cak Sur
Istimewa/Tangkapan layar
Tangkapan layar percakapan Bintang Balqis Maulana dan ibunya. 

SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - Sebelum meninggal dunia diduga akibat dianiaya di pondok pesantren wilayah Kediri, Bintang Balqis Maulana (14) sempat mengirim pesan ke ibunya, Suyanti.

Pesan tersebut disampaikan melalui panggilan video dan pesan WhatsApp pada Selasa (20/2/2024) dan Rabu (21/2/2024).

Suyanti menjelaskan, Bintang awalnya sempat melakukan panggilan video. Bintang mengeluhkan dirinya sakit. Namun panggilan video itu tak berlangsung lama.

Baca juga: Kasus Tewas Santri Banyuwangi di Kediri Versi Pengacara Para Pelaku

Tapi, Suyanti mengaku sempat mendengar suara laki-laki meminta Bintang untuk mematikan panggilan video itu.

"Dari belakang ada suara laki-laki menyuruh mematikan," katanya, Rabu (28/2/2024).

Setelah itu, Bintang mengirim pesan ke ibunya melalui aplikasi WhatsApp.

Baca juga: Jenazah Santri Asal Banyuwangi yang Mondok di Kediri Dipulangkan dalam Kondisi Penuh Luka

Isinya, ia mengaku tak kuat dan meminta tolong ke ibunya. Belakangan, pesan WhatsApp tersebut ramai tersebar di media sosial.

Isi percakapan yang disampaikan Bintang, menunjukkan kondisinya yang tak baik-baik saja.

"Cepet sini. Aku takut ma. Maaa tolong," begitu sebagian isi dari pesan yang dikirim Bintang ke ibunya.

Sang ibu yang tak mengetahui bahwa anaknya mengalami hal yang menyiksa itu, tak bisa menyanggupi permintaan Bintang.

"Saya tak bisa. Karena punya anak kecil," tambahnya.

Esok harinya, Bintang kembali menghubungi ibunya melalui panggilan telepon. Saat itu, ia menyampaikan, keluarganya tak perlu cepat-cepat menjemput.

"Katanya, 'sekarang jangan dijemput. Tanggal 17 (Maret) sudah mau libur," katanya.

Telepon tersebut merupakan komunikasi terakhir Suyanti dengan Bintang.

Suyanti sempat mengirim pesan panjang. Namun, pesan itu tak pernah dibalas oleh anaknya.

"Itu pesannya dibuka. Tapi bukan anaknya yang membuka," tuturnya.

Suyanti akhirnya mendapatkan kabar, bahwa anaknya telah meninggal pada Jumat (23/2/2024), sekitar pukul 11.00 WIB.

Informasi awal yang diterima, Bintang meninggal karena jatuh dari kamar mandi.

Namun, kenyataan pahit ia terima setelah jenazah tiba di rumah pada tengah malam di hari yang sama.

Pulangnya Bintang tak bernyawa dengan kondisi badan penuh luka. Ada juga ceceran darah dari keranda yang dipakai untuk membawa Bintang.

Keluarga pun meminta agar kain kafan pembungkus tubuh korban dibuka.

Permintaan itu awalnya dicegah oleh sepupu korban yang turut membawa pulang jenazah.

Alasan sepupu korban melarang pembukaan kain kafan, adalah karena jenazah sudah disucikan. Namun, keluarga tetap kekeh untuk membukanya.

Saat membuka kain kafan, keluarga korban terperangah. Kondisi jenazah korban penuh dengan luka dan lebam. Luka banyak terlihat di bagian wajah dan dada.

Kondisi lain, yakni terlihat luka seperti bekas jeratan leher. Tulang hidung korban juga terlihat seperti patah.

Ada juga luka yang mirip dengan bekas sudutan rokok pada kaki korban.

Belakangan diketahui, bahwa Bintang meninggal karena dianiaya oleh sesama santri.

Polisi di Kota Kediri juga telah menetapkan empat tersangka dalam kasus itu.

Salah satunya adalah sepupu Bintang yang turut mengantarkan jenazah pulang ke Banyuwangi.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved