Berita Pasuruan
Nasib Wiwin Dwi Jayanti Usai Kisahnya Viral, Bikin Orang Singapura Terenyuh, Kini Dapat Rejeki
Beginilah nasib Wiwin Dwi Jayanti setelah kisahnya viral. Bikin orang Singapura terenyuh hingga dapat rejeki nomplok.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
“Saya ingin berbakti dan berdedikasi untuk sekolah ini."
"Makanya, penghargaan ini untuk sekolah ini."
"Saya bangga bisa ikut memberikan akses pendidikan tanpa membedakan latar belakang mereka,” ungkapnya.
Masa Lalunya Penuh Perjuangan
Wiwin Dwi Jayanti ternyata memiliki pengalaman yang cukup pilu.
Sebelum mencapai titik ini, Wiwin, sapaan akrab perempuan berjilbab ini ternyata pernah mengalami masa - masa sulit. Itu diawali saat orang tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya setelah tamat Sekolah Dasar (SD).
Padahal, hasrat Wiwin untuk mengenyam sekolah setinggi - tingginya saat itu sudah memuncak. Ia ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMP. Sayangnya, orang tuanya tidak sanggup membayar sekolahnya.
“Dulu, waktu di SD, saya selalu dapat ranking 1. Itu mulai kelas 1 sampai kelas 6. Saat itu, saya hanya bisa pasrah dan kecewa karena tidak dikasih kesempatan sekolah lebih tinggi karena tidak ada biaya,” kata Wiwin.
Semuanya berubah saat ia mendapat kesempatan mengenyam pendidikan di SMP Kristen Bhaitani, Tutur. Dia mendapat kesempatan sekolah dan tidak perlu memikirkan biayanya karena ditanggung penuh yayasan.
“Ya jujur langsung senang, karena saya bisa sekolah di bangku SMP seperti teman - teman saya. Orang tua juga sudah mengizinkan kalau saya sekolah di sini, karena tidak perlu memikirkan biaya, sudah gratis,” ungkapnya.
Namun, cibiran itu mulai datang, seperti dari tetangga dan orang - orang yang di sekitarnya. Bahkan, yang membuatnya paling marah saat itu, ada cibiran yang cukup menyakitkan dan sulit untuk dilupakan.
“Kebetulan lingkungan saya itu kan muslim sekali. Saya sempat dicibir semacam rela menjual agama hanya untuk bisa sekolah. Itu dalam banget sih, karena saya sekolah yang ada dalam naungan yayasan kristen,” jelasnya.
Apalagi, saat itu, seragam di sekolahnya masih pendek. Itu seolah - olah membuat mereka semakin yakin bahwa cibiran itu benar. Bahkan, ada cibiran bahwa saya tidak akan lulus sekolah dan putus di tengah jalan.
Namun, ia tetap percaya diri dan tidak memasukkan cibiran itu dalam - dalam. Dia tetap fokus sekolah sekalipun banyak cibiran miring yang menerpanya. Ia tetap berusaha menjadi siswa yang baik dan berprestasi.
Di sisi lain, Wiwin ternyata memiliki tekat yang kuat untuk sekolah. Dia rela berjalan kaki kurang lebih 5 Km dari sekolah ke tempat penurunan angkutan dan masuk ke dalam rumahnya dari jalan raya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.