Pelajar SMP Tewas Usai Tawuran

Cerita Lengkap Pelajar SMP Tewas usai Terlibat Tawuran di Surabaya, Gelagat Aneh Diungkap Ibu

Begini lah cerita lengkap pelajar sekolah menengah pertama (SMP) yang meninggal dunia akibat terlibat tawuran antar kelompok remaja di Surabaya. 

|
Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID/Luhur Pambudi
Para pelayat yang berdatangan ke rumah Jonathan Marcel (16), di kawasan Jalan Kapasari Perdukuhan Gang 5, Simokerto, Surabaya, Sabtu (9/12/2023). 

Namun, lanjut Rita, ternyata permintaan tersebut merupakan permintaan terakhir MC akan berpulang untuk selama-lamanya. 

"Nah pikiran saya itu, sudah merasa aneh sendiri. Kok MC begitu. Wes (sudah) gak ada apa-apa. Biasanya, kalau ada makanan di kulkas, dia pulang dan langsung dimakan."

"Anehnya kok dia minta disimpan. Padahal juga dia habis makan, kok minta lagi," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com, di rumah duka, kawasan Kecamatan Simokerto, Surabaya. 

Gelagat menandai firasat yang kedua.

Rita mengungkapkan, sehari sebelum kejadian tersebut, MC sempat mencurahkan isi hati atau curhat agak mendalam mengenai kehidupan pribadinya di sekolah dan lingkungan pertemanan. 

MC sempat menceritakan kebaikan sosok wali kelasnya di sekolah yang memberikannya uang untuk melunasi pembayaran uang kas rutin. 

Dia mengatakan, nilainya tak besar, yakn Rp 68 ribu. Namun, lanjut Rita, kebaikan dari wali kelas MC membekas di benak anaknya. 

Atas kebaikan sederhana yang diterima oleh MC, ia merasa bahwa sang anak sangat terpacu motivasinya untuk bisa membalas kebaikan dari sang wali kelas di kemudian hari, kelak. 

"Lalu saya pesan ke MC untuk menurut kepada saya. Sekolah terus sampai pintar. Kalau sudah kerja jangan lupakan (kebaikan) Bu Pram, kalau ketemu, salim, sapa," ungkapnya. 

Rita tak menampik, perekonomian keluarganya memang pas-pasan.

Sang suami tak lagi bekerja sehingga untuk sekadar memberi uang kepada MC agar dapat membayar uang kas rutin di kelas pun, ia kesulitan. 

"Kondisi kami ya begini. Ayahnya juga enggak kerja. Dia mandiri juga. Intinya Bu Pram mau menolong MC," katanya. 

Namun, MC tidak pernah mengeluh dengan kondisi tersebut.

Bahkan saat Rita berupaya memberikan penawaran agar memilih SMA setelah lulus dari SMP nantinya, ia begitu terenyuh dengan keinginan sang anak yang masih tetap berusaha untuk mencari pilihan sekolah yang murah dan tak memberatkan beban perekonomian keluarga. 

"Sempat saya tanya mau masuk SMA mana. Dia jawab 'terserah mama, yang penting kalau bisa yang enggak bayar.' Saya juga nanti akan memintakan surat MBR ke kelurahan," jelasnya. 

Kemudian, gelagat ketiga yang menandai kepergian MC, Rita menjelaskan, sebelum MC pamit untuk pergi keluar rumah, anaknya itu sempat bermain dan bercanda tawa dengan adik perempuannya yang bungsu. 

Selisihnya 12 tahun dari kelahiran usia MC, namun anak keempatnya itu begitu sayang dengan si kecil. 

Bahkan, malam itu, si bungsu sempat memijati punggung sang kakak, dan bercanda tawa riang gembira seperti tak bakal terbayang sentuhan lentik jemari si bungsu pada malam itu, menjadi momen terakhir kali bakal menjumpai sang kakak. 

"Jadi omongannya itu, berbeda, dan gak biasanya. Bahkan biasanya saya curhatin, 'kamu kelas 3, jangan sering keluar, cuma hari Sabtu buat keluar, jangan malam-malam, ibu gak mau kamu keluar malam, karena malam banyak orang jahat-jahat gangster,'" terangnya. 

"Sempat juga dipijitin sama adiknya selisih 12 tahun. Kayak main manja-manja gitu. MC dipijit N. Dia perhatian sekali sama adiknya. Sayang sama saya dan adiknya," pungkasnya. 

Polisi Lakukan Penyelidikan

Pihak Polsek Simokerto telah melakukan serangkaian tahapan penyelidikan atas kejadian tersebut. 

Tentunya, proses penyelidikan tersebut juga melibatkan anggota Tim Inafis Polrestabes Surabaya, mengingat adanya korban jiwa. 

Pihaknya sudah memeriksa sejumlah saksi yang mengetahui kejadian tersebut.

Bahkan, ia tak menampik sudah ada sedikitnya dua orang yang sedang menjalani penyelidikan di Mapolsek Simokerto. 

Namun, ia memastikan, sementara status kedua orang yang dimintai keterangan di ruang penyidik masih menjadi saksi.

Kompol Moh Irfan berjanji akan melansir perkembangan hasil penyelidikan atas kasus tersebut dalam waktu dekat. 

"Sementara masih ada dua orang (dimintai keterangan), mohon waktu," ujar Irfan.

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved