Pelajar SMP Tewas Usai Tawuran

Cerita Lengkap Pelajar SMP Tewas usai Terlibat Tawuran di Surabaya, Gelagat Aneh Diungkap Ibu

Begini lah cerita lengkap pelajar sekolah menengah pertama (SMP) yang meninggal dunia akibat terlibat tawuran antar kelompok remaja di Surabaya. 

|
Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID/Luhur Pambudi
Para pelayat yang berdatangan ke rumah Jonathan Marcel (16), di kawasan Jalan Kapasari Perdukuhan Gang 5, Simokerto, Surabaya, Sabtu (9/12/2023). 

SURYA.CO.ID - Begini lah cerita lengkap pelajar sekolah menengah pertama (SMP) yang meninggal dunia akibat terlibat tawuran antar kelompok remaja di Surabaya. 

Pelajar SMP itu diketahui berinisial MC (16).

MC tewas dalam aksi tawuran di ruas Jalan Sidotopo Wetan, Simokerto, Surabaya, sekira pukul 04.15 WIB. 

Kasus ini pun menyita perhatian banyak pihak. 

Berikut cerita lengkap dan fakta-faktanya.

Tak Sadarkan Diri

Berdasarkan catatan pihak kepolisian, MC mengalami luka parah berupa sobekan pada bagian punggung sisi atas yang berdekatan dengan leher belakang.

Korban sempat terkapar tak sadarkan diri.

Lalu ditolong oleh warga dan pengendara yang telah beraktivitas pada dini hari itu.

Ditolong Warga

Seorang pengemudi becak berusaha menolong MC dengan menaikkannya ke bangku penumpang depan untuk dibawa ke RS Adi Husada, Kapasari, Surabaya.

Namun, ungkap Moh Irfan, di tengah perjalanan korban tak sadarkan diri dan tak lagi dapat bergerak.

Dan saat diperiksa oleh Tim Medis ternyata korban telah menghembuskan nafas terakhir.

"Betul (sempat ditolong warga untuk dibawa ke RS terdekat). Dalam perjalanan meninggal dunia," pungkasnya.

Cerita Teman Masa Kecil

Sahabat semasa kecil MC, Nezha Gayyisa Fazil (16) mengaku tak menyangka bakal kehilangan teman dan sahabat karib semasa kecilnya itu dalam waktu cepat dengan cara yang demikian tragis.

Nezha mengaku, ia mengetahui pertama kali kabar duka tersebut melalui pesan berantai yang masuk ke grup WhatsApp (WA) kalangan pertemanannya.

Ia tak menyangka, sang sahabat tewas dengan kondisi yang mengenaskan.

Berdasarkan video rekaman kondisi jenazah sang teman, ia melihat darah membasahi sekujur tubuh MC.

Kemudian, ia melihat kondisi luka sobek yang begitu jelas dan panjang. Yakni luka sobek berpola setengah lingkaran dari dada depan dekat ketiak sisi kanan hingga ke belakang punggung tubuh sang sahabat.

"Saya lihat video jenazah yang banyak darahnya. Luka di dada depan sampai belakang, melingkar," ujar Nezha saat ditemui SURYA.CO.ID di rumah duka.

Padahal, lanjut Nezha, beberapa jam sebelum kejadian, ia mengaku sempat menemui MC di rumah sang sahabat.

Rencananya, ia ingin mengajak sang sahabat untuk bermain dan tidur di rumahnya yang memang bertetangga.

Namun, Nezha mengaku, mengingat betul MC menjanjikannya bakal datang ke rumah setelah selesai 'ngonten'.

Benar, lanjut remaja bertopi abu-abu itu, bahwa MC sempat menunda ajakannya karena hendak bermain dengan kelompok pertemanan lainnya untuk 'ngonten', yang artinya, tawuran.

"Maksudnya ngonten, ya tawuran itu. Komunitas teman MC yang bikin konten itu, berbeda jauh dengan komunitas teman sekolah," jelas Nezha.

Nezha berharap kepada pihak kepolisian dapat segera menangkap para pelaku yang menewaskan sahabatnya itu. Ia menduga pelaku berjumlah lebih dari satu orang.

"Ya lekas ditangkap pelakunya. Temanku sampai meniggal begitu."

"Sampai kehilangan nyawa. Iya berharap agak polisi menangkap. Kalau dibiarkan dia enak-enak, gak ada pertanggungjawaban. Harus ditangkap, kalau gak malah korban tambah banyak," pungkasnya.

Dikenal Sosok Humoris

Teman sekolah korban, Attarullah (14) mengatakan, sosok MC merupakan pribadi yang baik dan selalu membawa keceriaan di lingkungan tongkrongan sekolah.

"Saya teman akrab satu kelas di SMP 37, dia orangnya baik, periang, pelawak. Ketika nongkrong seru ada dia, asyik," katanya saat ditemui SURYA.CO.ID di depan rumah duka, Sabtu (9/12/2023).

Atta sapaan akrabnya mengaku, dirinya tidak mendapati adanya firasat yang menandai kepergian sang sahabat.

Terakhir kali ia bertemu dan bermain dengan MC, saat sepulang sekolah, usai menunaikan ibadah Salat Jumat.

Atta, MC dan beberapa teman satu tongkrongan duduk-duduk bermain ponsel dan bercanda tawa di pinggir pantai Jalan Watu-Watu Kenjeran Surabaya, hingga sore hari.

"Gak ada omongan melantur. Gak ada apa-apa, besoknya saya bangun, kok ada kabar itu di grup," jelasnya.

Selain itu, lanjut Atta, dirinya, MC dan temannya yang lain juga sempat merencanakan agenda olahraga jogging di Lapangan Thor, Wonokromo, Surabaya pada Sabtu (9/12/2023).

Namun, rencana itu, hanyalah rencana yang bakal dikenang sebagai permintaan terakhir dari sang sahabat.

"Padahal, besok paginya, ya Sabtu tadi pagi, kami bertiga mau berencana jogging ya gabut aja buat olahraga. Rencananya mau olahraga di Lapangan Thor," pungkasnya.

Gelagat Aneh

Sementara ibu MC, Rita Maulita (48) menceritakan gelagat aneh yang pertama dari putranya sebelum kejadian nahas tersebut. 

Tak seperti biasanya, MC meminta dirinya untuk menyimpan makanan di kulkas agar nantinya dapat dimakan sepulang bermain pada  Jumat (8/12/2023) malam. 

Padahal, selama ini, Rita, sapaannya, hafal betul kebiasaan sang anak ketika memperlakukan makanan.

MC tidak pernah menyimpan makanan, agar dapat dimakan di kesempatan waktu yang lain. 

Pada malam itu, sekitar pukul 19.00 WIB, MC mendadak meminta izin kepada dirinya untuk menyimpan sebungkus mi instan di dalam kulkas agar dapat dimasak dan dimakan sepulang bermain. 

Namun, lanjut Rita, ternyata permintaan tersebut merupakan permintaan terakhir MC akan berpulang untuk selama-lamanya. 

"Nah pikiran saya itu, sudah merasa aneh sendiri. Kok MC begitu. Wes (sudah) gak ada apa-apa. Biasanya, kalau ada makanan di kulkas, dia pulang dan langsung dimakan."

"Anehnya kok dia minta disimpan. Padahal juga dia habis makan, kok minta lagi," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com, di rumah duka, kawasan Kecamatan Simokerto, Surabaya. 

Gelagat menandai firasat yang kedua.

Rita mengungkapkan, sehari sebelum kejadian tersebut, MC sempat mencurahkan isi hati atau curhat agak mendalam mengenai kehidupan pribadinya di sekolah dan lingkungan pertemanan. 

MC sempat menceritakan kebaikan sosok wali kelasnya di sekolah yang memberikannya uang untuk melunasi pembayaran uang kas rutin. 

Dia mengatakan, nilainya tak besar, yakn Rp 68 ribu. Namun, lanjut Rita, kebaikan dari wali kelas MC membekas di benak anaknya. 

Atas kebaikan sederhana yang diterima oleh MC, ia merasa bahwa sang anak sangat terpacu motivasinya untuk bisa membalas kebaikan dari sang wali kelas di kemudian hari, kelak. 

"Lalu saya pesan ke MC untuk menurut kepada saya. Sekolah terus sampai pintar. Kalau sudah kerja jangan lupakan (kebaikan) Bu Pram, kalau ketemu, salim, sapa," ungkapnya. 

Rita tak menampik, perekonomian keluarganya memang pas-pasan.

Sang suami tak lagi bekerja sehingga untuk sekadar memberi uang kepada MC agar dapat membayar uang kas rutin di kelas pun, ia kesulitan. 

"Kondisi kami ya begini. Ayahnya juga enggak kerja. Dia mandiri juga. Intinya Bu Pram mau menolong MC," katanya. 

Namun, MC tidak pernah mengeluh dengan kondisi tersebut.

Bahkan saat Rita berupaya memberikan penawaran agar memilih SMA setelah lulus dari SMP nantinya, ia begitu terenyuh dengan keinginan sang anak yang masih tetap berusaha untuk mencari pilihan sekolah yang murah dan tak memberatkan beban perekonomian keluarga. 

"Sempat saya tanya mau masuk SMA mana. Dia jawab 'terserah mama, yang penting kalau bisa yang enggak bayar.' Saya juga nanti akan memintakan surat MBR ke kelurahan," jelasnya. 

Kemudian, gelagat ketiga yang menandai kepergian MC, Rita menjelaskan, sebelum MC pamit untuk pergi keluar rumah, anaknya itu sempat bermain dan bercanda tawa dengan adik perempuannya yang bungsu. 

Selisihnya 12 tahun dari kelahiran usia MC, namun anak keempatnya itu begitu sayang dengan si kecil. 

Bahkan, malam itu, si bungsu sempat memijati punggung sang kakak, dan bercanda tawa riang gembira seperti tak bakal terbayang sentuhan lentik jemari si bungsu pada malam itu, menjadi momen terakhir kali bakal menjumpai sang kakak. 

"Jadi omongannya itu, berbeda, dan gak biasanya. Bahkan biasanya saya curhatin, 'kamu kelas 3, jangan sering keluar, cuma hari Sabtu buat keluar, jangan malam-malam, ibu gak mau kamu keluar malam, karena malam banyak orang jahat-jahat gangster,'" terangnya. 

"Sempat juga dipijitin sama adiknya selisih 12 tahun. Kayak main manja-manja gitu. MC dipijit N. Dia perhatian sekali sama adiknya. Sayang sama saya dan adiknya," pungkasnya. 

Polisi Lakukan Penyelidikan

Pihak Polsek Simokerto telah melakukan serangkaian tahapan penyelidikan atas kejadian tersebut. 

Tentunya, proses penyelidikan tersebut juga melibatkan anggota Tim Inafis Polrestabes Surabaya, mengingat adanya korban jiwa. 

Pihaknya sudah memeriksa sejumlah saksi yang mengetahui kejadian tersebut.

Bahkan, ia tak menampik sudah ada sedikitnya dua orang yang sedang menjalani penyelidikan di Mapolsek Simokerto. 

Namun, ia memastikan, sementara status kedua orang yang dimintai keterangan di ruang penyidik masih menjadi saksi.

Kompol Moh Irfan berjanji akan melansir perkembangan hasil penyelidikan atas kasus tersebut dalam waktu dekat. 

"Sementara masih ada dua orang (dimintai keterangan), mohon waktu," ujar Irfan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved